Analisis Data Penelitian full proseding JILID 2

645 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Kebijakan Publik, Administrasi Publik Gambar 2: Penyandang Disabilitas Fisik Eks Penderita Kusta Menunjukkan Hasil Kerajinan Bros Dari Kain Bekas Rehabilitasi pelatihan dalam implementasi program Reduce, Reuse, dan Recycle 3R melaui bank sampah, Dinas Sosial Kota Makassar melakukan pelatihan pemilahan sampah dan daur ulang sampah di Kelurahan Balang Baru khususnya pada kompleks penyandang tuna daksa. Pelatihan yang diberikan pelatihan membuat tas dari sachet minyak goreng, membuat pot gantung dari botol bekas, membuat lampion dan membuat keset dari sisa-sisa kain bekas. Kegiatan pelatihan tersebut dilakukan di posyandu komplek tuna daksa yang dilakukan pada bulan april 2014. Selanjutnya pada 11 November 2015 Dinas Sosial melakukan kegiatan pelatihan sentra kerajinan yang dilaksanakan di kantor YAPTI Yayasan pendidikan Tunanetra Indonesia dan di ikuti oleh 100 peserta tuna daksa. Dalam pelatihan tersebut diberikan keterampilan membuat lampion lampu hias, keset kaki, dan bros. Gambar 3: Pelatihan penyandang disabilitas eks penderita kusta membuat keset kaki dari kain perca di Kantor Yayasan Pendidikan Tuna Netra Indonesia Perilaku penyandang daksa setelah diberikan pelatihan, sebagian kecil ada yang berubah hingga melanjutkan kegiatan keterampilan tersebut dengan memproduksi dan memasarkannya yakni kegiatan membuat keset kaki yang ditangani oleh sebanyak 50 orang tuna daksa. Mereka bekerjasama dengan mahasiswa aksi muda Indonesia dalam hal pemasaran. Penyandang tuna daksa dihargai dengan upah Rp.20.000 per satu keset kaki. Akan tetapi tiga bulan terakhir mereka tidak lagi membuat keset kaki karena harga yang ditawarkan hanya Rp.15.000 untuk setiap keset kaki. Keluhan mesin jahit yang sudah mulai kurang berfungsi dengan baik, juga menjadi alasan sehingga mereka tidak lagi membuat keset kaki. Dampak pelatihan bagi sebagian besar penyandang tuna daksa tidak memberi manfaat yang signifikan. Sebagian besar penyandang tuna daksa aktif sebagai pengemis dari pagi sampai sore hari. Mereka beranggapan bahwa menjadi pengemis lebih menguntungkan dikarenakan mereka bisa mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat. Rata-rata mereka mendapatkan Rp.100.000 sampai Rp. 180.000 dalam sehari. Jika