Permodalan BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des

733 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Demokrasi, Desentralisasi, Governance Dari peta yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana maka terlihat Sumatera Barat dalam hal ini Padang memiliki tingkat ancaman yang tinggi terhadap bencana bersama dengan beberapa daerah lainnya di Indonesia. Sementara itu, kebijakan terhadap penanggulangan bencana baru muncul pada tahun 2007, ketika pemerintah dan DPR menyetujui ditetapkannya UU No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang merupakan landasan hukum bagi aktivitas pengurangan risiko bencana di Indonesia yang harus dilakukan secara lebih komprehensif. Kemauan politik ini sejalan dengan upaya masyarakat internasional untuk mengurangi dampak bencana sampai separohnya pada tahun 2015, seperti tertuang dalam kerangka kerja untuk aksi Hyogo Hyogo Framework for action Pramusinto, 2009. Untuk itu, berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tersebut pemerintah mereformasi lembaga-lembaga penanggulangan bencana dan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Nasional BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD. BNPB mengkoordinasikan penanggulangan bencana secara nasional dan BPBD di Daerah. Setelah pemberlakuan UU No. 24 Tahun 2007 tersebut, pada tingkat pemerintah provinsi dan kabupaten kota ditetapkan peraturan daerah tentang kebencanaan. Untuk Provinsi Sumatera Barat diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2007, sedangkan untuk Kota Padang diatur dalam Peraturan daerah No. 3 Tahun 2008. Dalam aturan yang ada yang dimaksudkan dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Untuk kasus Kota Padang dengan adanya pemberlakuan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2008 tentang penanggulangan bencana, seharusnya dengan telah adanya aturan tentang kebencanaan maka korban akan dapat diminimalisir jika ada nya bencana. Namun kenyataannya pada contoh kasus saat terjadi bencana Gempa besar tanggal 30 September 2009 yang lalu masih banyak korban berjatuhan. Seperti yang diketahui, bencana gempa bumi yang melanda Sumatera Barat termasuk Kota Padang yang mengakibatkan ribuan jiwa menjadi korban dan ribuan rumah dan fasilitas umum serta infrastuktur menjadi hancur. Kepanikan melanda dimana-mana keadaan menjadi kacau karena pada umumnya masyarakat tidak tahu harus berbuat apa, hal ini disebabkan minimnya pengetahuan tentang kebencanaan yang mereka miliki. Hal itulah yang banyak terlihat ketika gempa bumi melanda Sumatera Barat khususnya Kota Padang pada tanggal 30 September 2009 yang lalu. Data menunjukkan korban meninggal di Sumatera Barat adalah sebanyak 1.195 Orang, luka berat 619 orang dan luka ringan 1.179 orang. Sementara kerugian materi tercatat 114.797 rumah rusak berat. 676.198 rusak sedang dan 67.828 rusak ringan. Untuk kerusakan sarana fasilitas umum, tercatat jumlah kerusakan sebanyak 2.163 ruang pendidikan, 51 unit fasilitas kesehatan, 1.001 rumah ibadah, 21 unit jembatan, 178 unit ruas jalan dan 130 irigasi rusak berat. Sedangkan untuk Kota Padang sendiri jumlah korban dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 1. Jumlah Korban Jiwa Gempa 30 September 2009 No Kecamatan Korban Jiwa Hilang Meninggal Luka Berat Luka Ringan Mengungsi 1 Lubuk Kilangan 3 1 1 2 Koto Tangah 1 20 3 30 3 Kuranji 6 9 7 4 Padang Barat 128 90 228 5 Padang Utara 13 2 6 Padang Selatan 20 2 12 7 Padang Timur 68 39 82 8 Nanggalo 17 10 28 9 Lubuk Begalung 3 31 24 29 10 Pauh 4 1 1 11 Bungus Teluk Kabung 6 7 Jumlah 4 316 181 425 Sumber: www.padang.go.id 734 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Demokrasi, Desentralisasi, Governance Banyaknya korban yang berjatuhan ditenggarai karena kurangnya persiapan untuk menghadapi kondisi terburuk dalam menghadapi bencana, terutama bencana gempa bumi, apalagi yang berpotensi tsunami. Selain itu menurut data awal peneliti jalur lokasi evakuasi belum siap untuk menampung masyarakat yang mengungsi, pengalaman satu tahun lalu menunjukkan, gempa 7,9 SR yang mengguncang Kota Padang menyebabkan jalanan kota menjadi macet sehingga sulit untuk dilewati. Warga mengungsi menggunakan kendaraan roda empat sehingga membuat sejumlah jalan utama menjadi macet total .Selain itu peringatan dini juga menjadi masalah jika terjadinya gempa yang diiringi dengan tsunami. Hal ini dikarenakan Kota Padang belum memiliki SOP peringatan dini saat terjadinya bencana. Belajar dari pengalaman tersebut maka Kota Padang perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana, sehingga kemungkinan korban yang berjatuhan dapat diminimalisir. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini di fokuskan kepada mitigasi penanggulangan bencana sebagai upaya awal bagi Pemrintah Kota Padang dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana gempa bumi yang mungkin saja datang dengan tiba-tiba. Dengan demikian berpijak daripada permasalahan tersebut maka dalam penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan bagaimana kebijakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang dalam menghadapi kemungkinan akan terjadinya bencana alam gempa bumi. Adapun tujuan daripada penelitian ini adalah untuk melihat dan memberikan gambaran dan penjelasan apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah Kota Padang dalam rangka Kebijakan Mitigasi Bencana gempa bumi. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah memberikan masukan dan saran kepada pemerintah Kota Padang terhadap kebijakan mitigasi yang sudah ada saat sekarang ini dan diharapkan dapat menambah kazanah keilmuan dalam bidang studi ilmu administrasi publik, khususnya dalam hal manajemen bencana. TINJAUAN PUSTAKA

1. Penelitian terdahulu yang relevan

Pada awal peneliti menelaah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dan menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada. Penelitian Bevaola Kusumasari dkk 2010 tentang Resource Capability For Local Government In Managing Disaster menghasilkan bahwa kapabilitas pemerintah daerah dalam menghadapi bencana dilihat dari dimensi kelembagaan, sumber daya manusia, keuangan, teknis, implementasi kebijakan yang tepat dan kepemimpinan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bantul yang hasilnya adalah bahwa kapabilitas kelembagaan yang dimiliki oleh Kabupaten Bantul dalam menghadapi bencana sangatlah terbatas, namun untuk kapabilitas sumber daya manusia relatif memadai, dari segi kebijakan belum ada kebijakan tentang penanggulangan bencana pada saat terjadi gempa tahun 2006, dari segi keuangan terbatas karena 80 dari APBD Kabupaten Bantul dialokasikan untuk belanja Rutin, sedangkan dari segi manajemen logistic teknis Kabupaten Bantul Mampu mengelola dengan baik dan untuk kepemimpinan, Kabupaten Bantul menunjukkan sikap yang responsif dengan memberikan bantuan yang memadai bagi korban. Sementara itu penelitian Herry Yogaswara dkk 2012 tentang Kajian Kebijakan Pengurangan Resiko Bencana yang Berbasis Kearifan Lokal: Pembelajaran Peraturan daerah No. 8 Tahun 2010 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menhasilkan penelitian bahwa dalam peraturan daerah perlu juga diperhatikan indigenous knowledge pengetahuan masyarakat asli, dalam masyarakat jawa di kenal filosofi sepi ing pamrih rame ing gawe. Hubunganharmonis anara manusia dengan sesame manusia, manusia dengan sang pencipta, manusia dengan alam dan mahluk lainnya melalui filosofi Hamemayu Hayuning Bawono. Kemudian Filsosofi dimana manusia wajib mengasah ketajaman budi dan membersihkan keburukan yang ada di atas bumi mangasah mingising budi, masuh malaning bumi. Selain itu konsep-konsep seperti lantip menjadi tajam maupun guyup rukun, semakin memberikan penajaman tentang pentingnya kearifan loka dalam penanggulangan bencana. Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh RR Emilia Yustiningrum 2012 dengan judul Dinamika Kebijakan Penanggulangan Bencana Tsunami di Kepulauan Mentawai. Bencana Tsunami yang melanda Mentawai ditangani dengan tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi. Dalam hal rehabilitasi persoalan timbul karena tempat pengungsian korban Tsunami masyakat harus memenuhi kebutuhan sendiri dengan bekerja