Proses dukungan politik Zubir Tuanku Kuniang terhadap pasangan calon Yobana - Ril

855 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Temuan penelitian ini yang menunjukan bahwa Kapasitas dan Kualitas Calon sebagai salah satu peneyebab dukungan tuanku tarekat Syathariyah terhadap pasangan calon, juga telah mengkonfirmasi dan mendukung temuan penelitian Sadri et.al 2014 dan Sadri Chaniago, et al. 2015 yang menjelaskan bahwa kualitas kandidat berupa kemampuan memimpin, termasuk dalam hal ini kepedulian calon yang tinggi terhadap terhadap peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, kesejahteraan alim ulama dan masyarakat, merupakan salah satu penyebab dukungan politik tuanku tarekat Syathariyah terhadap calon. KESIMPULAN Tuanku tarekat Syathariyah masih menjadi magnet bagi kandidat dalam pilkada untuk meminta dukungan politik dari mereka. Dalam konteks kajian ini juga terlihat adanya pembelahan dukungan politik kalangan tuanku tarekat Syathariyah terhadap kandidat pada Pilkada Padang Pariaman tahun 2010 tersebut. Walaupun pembelahan dukungan politik dalam pilkada dianggap sebagai hal yang lumrah karena pemberian dukungan terhadap calon dianggap merupakan kewenangan pribadi dari masing masing tuanku, namun ini bagi penulis merupakan sebuah persoalan yang cukup serius yang mesti ditangani oleh kalangan tuanku tarekat Syathariyah di Padang Pariaman. Oleh karena dalam konteks dinamika poiltik lokal di Padang Pariaman – para tuanku tarekat Syathariyah ini berkemungkinan besar akan tetap “dicari” dan didekati oleh para elit politik terkait dengan agenda politik, maka akan lebih elok rasanya apabila “potensi politik” tuanku dan jamaah tarekat Syathariyah yang dianggap mayoritas di Padang Pariaman ini dikelola dengan baik, sehingga akan menimbulkan dampak daya tawar politik yang riil dalam percaturan politik lokal di Padang Pariaman. DAFTAR PUSTAKA Atjeh, Aboebakar. 1980. Pengantar ilmu tarekat dan tasauf huraian tentang mistik. Ipoh Perak: Pustaka Aman Press Sdn. Bhd. Bungin, Burhan. 2003. Teknik teknik analisis kualitatif dalam penelitian sosial. Dlm. Bungin, Burhan pnyt. Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis ke arah penguasaan model aplikasi, hlm. 83-105. Jakarta: PT. RajaGrafindo.ed.1.cet.1 Bruinessen, Martin Van. 1992. Tarekat dan politik: amalan untuk dunia atau akherat ? Majalah Pesantren Vol. IX No.1 3-14. Chua, Yan Piaw. 2006. Kaedah penyelidikan. Buku 1. Malaysia: Mcgraw-Hill Sdn.Bhd. Creswell, John.W. 2003. Desain penelitian, pendekatan kualitatif kuantitatif. Terj. Jakarta: KIK Press. Darlington, Yvonne,. Scott, Dorothy. 2002. Qualitative research in practice stories from the field. Singapore: South Wind Productions. Faisal, Sanapiah. 2003. Pengumpulan dan analisis dalam penelitian kualitatif. Dlm. Bungin, Burhan pnyt. Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis ke arah penguasaan model aplikasi, hlm. 64-79. Jakarta: PT. RajaGrafindo.ed.1.cet.1 Fathurrahman, Oman. 2003. Tarekat Syattariyyah di Dunia Melayu: kajian atas dinamika dan perkembangannya melalui naskah naskah di Sumatera Barat. Disertasi doktor ilmu pengetahuan budaya pada Program Studi Ilmu Susastra. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Harian Singgalang. 2009. Ulakan akan dibanjiri umat basyafa, berzikir, muliakan guru. 08 Februari. Kanto, Sanggar. 2003. Sampling, validitas dan reabilitas dalam penelitian kualitatif, Dlm. Bungin, Burhan pnyt. Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis ke arah penguasaan model aplikasi, hlm. 51-63. Jakarta: PT. RajaGrafindo.ed.1.cet.1 Makmur, Hendra. 2005. Pilkada Kabupaten Padang Pariaman antara lapau surau dan laga-laga. Media Indonesia. 08 April. 856 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Mack. Natasha., Woodsong, Cynthia., Macqueen, Kathleen M., Guest, Greg Namey, Emily. 2005. Qualitative research methods: a data collector’s field guide. North Carolina: Family Health International. Malalak, Yurisman. 2009. Syattariyyah: lebaran, Senin atau Selasa. Padang Ekspres, 15 September. Putra Halim, Nanda Eko.2013. Peran Zubir Tuanku Kuniang Dalam Mendukung Dedi Edwar Pada Pemilihan Umum DPRD Sumatera Barat Tahun 2009. Skripsi program sarjana S.1 di Jurusan Ilmu Politik FISIP Universitas Andalas Padang, tidak diterbitkan. Salim, Agus Penyt. 2001. Teori Dan paradigma penelitian sosial dari Denzin Guba dan penerapannya. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. Sadri. et al. 2014. Tuanku Dan Pemilukada: Dukungan Politik Ulama Tarekat Syathariyah Terhadap Kandidat Pada Pemilukada Gubernur Wakil Gubernur Propinsi Sumatera Barat Tahun 2010 di Padang Pariaman. Laporan penelitian yang dibiayai oleh Dana Hibah Penelitian Dosen FISIP Universitas Andalas Tahun Anggaran 2014. Sadri Chaniago. et al. 2015. Elit Tarekat Dalam Pusaran Kontestasi Pilkada : Dukungan Politik Tuanku Tarekat Syathariyah Terhadap Kandidat Pada Pilkada Sumbar Tahun 2010, Makalah yang dipresentasikan dan dimuat dalam prosiding 9 th International Conference on Malaysia-Indonesia Relations PAHMI 9 “Harmony In Diversity: Building ASEAN Community 2015”, Yogyakarta State University, 15-16 September 2015. ISBN: 978-602-72352-3-6. Samad, Duski. 2002. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau syarak mendaki adat menurun, Jakarta: The Minangkabau Foundation.Cet.1 ………..………2003. Tradisionalisme Islam di tengah modernisme. Disertasi doktor pada Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Seidman. Irving. 2006. Interviewing as qualitative research: a guide for researchers in education and the social sciences. Third edition. New York and London: Teachers College Press. Tempo. 1980. Tarekat bukan Islam jama’ah. 19 Januari. Edisi 47IX. Thohir, Ajid Riyadi. Dedi Ahimsa. 2002. Gerakan politik kaum tarekat, telaah historis gerakan politik antikolonialisme tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di pulau Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah. Tohri, Ahmad. 2006. Pandangan dan sikap politik Tuan Guru tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah dan implikasinya bagi partisipasi politik komunitas tarekat di Lombok, Tesis master S2 Program Studi Magister Sosiologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Turmudi, Endang. 2003. Perselingkuhan kiai dan kekuasaan. Yogyakarta: LKis. 857 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen INDEPENDENT INDONESIAN MODEL Kajian Mengenai Model Badan Penyelenggara Pemilu Indonesia Hasnul Marli S2 Konsentrasi Tata Kelola Pemilu, FISIP, Universitas Andalas E-mail: hasnul_marliyahoo.com Abstrak Pemilu merupakan salah satu instrumen dalam demokrasi dan badan penyelenggara pemilu yang profesional merupakan aspek utama yang menentukan apakah suatu pemilu telah dilaksanakan sesuai standar pemilu yang demokratis. Sejarah kepemiluan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah badan penyelenggara pemilu Indonesia. Rekam jejak badan penyelelenggara pemilu dimasa orde baru memerikan kesan yang negatif bahwa penyelenggara pemilu hanyalah merupakan alat oleh penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya melalui pemilu yang penuh dengan rekayasa dan intimidasi. Secara umum terdapat tiga model badan penyelenggara pemilu yaitu governmental model, independent model dan mixed model. Dihubungkan dengan teori tersebut, badan penyelenggara pemilu Indonesia disebut sebagai independent model. Namun jika diteliti lebih jauh lagi, ternyata badan penyelenggara pemilu Indonesia memiliki bentuk organisasi yang unik. Sesuai cita-cita konstitusi, badan penyelenggara pemilu indonesia bersifat nasional, tetap dan mandiriindependen. Namun, terdapat dua badan sebagai satu kesatuan fungsi pemilu yaitu KPU dan Bawaslu. Fungsi birokrasi pemilu yang dijalankan oleh sekretariat KPU juga memberikan warna dalam independensi badan penyelenggara pemilu Indonesia. Hasil analisa dari makalah ini menyimpulkan bahwa model penyelenggara pemilu Indonesia tidaklah sepenuhnya independen sesuai teori independent model. Perkembangan pemilu pada era reformasi membuat badan penyelenggara pemilu indonesia bertranformasi menjadi model independen ala Indonesia yang dapat disebut sebagai Independent Indonesian Model. Bagi negara maju, model seperti ini sangat rumit dan kompleks. Namun, sebagai negara demokrasi baru model ini cocok bagi Indonesia untuk menjamin pelaksanaan pemilu yang demokratis dan profesional sesuai standar internasional. Keywords: pemilu, badan penyelenggara pemilu, electoral management bodies, independent model PENDAHULUAN Pemilu merupakan salah satu instrumen dalam demokrasi dan badan penyelenggara pemilu yang profesional merupakan aspek utama yang menentukan apakah suatu pemilu telah dilaksanakan sesuai standar pemilu yang demokratis. Indonesia telah mempunyai sejarah pemilu yang cukup panjang. Sejarah perkembangan badan penyelenggara pemilu Indonesia ikut menjadi bagian dari sejarah pemilu tersebut. Tercatat tiga era kepemerintahan yang mewarnai kepemiluan Indonesia yaitu era orde lama, orde baru dan era reformasi sampai sekarang. Dalam tiga era pemerintahan tersebut, badan penyelenggara pemilu mengalami pasang surut. Mulai dari penyelenggaraan pemilu yang dinilai paling demokratis pada tahun 1955, kemudian menjadi alat kekuasaan orde baru sebagai pelaksana pemilu untuk melanggengkan kekuasaan. Hingga pada masa reformasi mulai mencari bentuk terbaik yang lebih demokratis, profesional dan berintegritas. Pada tahun 1955, pelaksanaan pemilu dilakukan oleh Panitia Pemilihan Indonesia PPI. 127 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953, Pemilu dimaksudkan untuk memilih anggota Konstituante dan Anggota DPR. 128 Badan-badan penyelenggara kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang ini. Presiden membentuk PPI pada tingkat pusat dan Menteri Kehakiman membentuk Panitia Pemilihan pada setiap daerah pemilihan. Di tingkat Kabupaten dibentuk Panitia Pemilihan Kabupaten PPK yang ditunjuk oleh menteri dalam negeri. Selanjutnya di tingkat kecamatan dibentuk Panitia Pemungutan Suara PPS dan terakhir di tingkat desa dibentuk Panitia Pendaftaran Pemilih PPP. 127. Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, 2006, Jakarta, Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hal 26 128. Ali Masykur Musa salah seorang anggota panitia pembahasan menggarisbawahi bahwa ...yang namanya komisi pemilihan umum itu sebutannya tidak seperti itu. Karena itu kemarin diskusinya k-nya kecil, p-nya kecil, u-nya kecil. Jadi bukan singkatan KPU. Lebih lengkap baca Risalah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 1999-2002 Tahun Sidang 2000 Buku Ketujuh Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2008