729
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Demokrasi, Desentralisasi, Governance
b. kesepakatan dituangkan dalam ADART yang sekurangkurangnya berisi: organisasi dan tata kerja, penetapan personil, sistem pertanggung jawaban dan pelaporan, bagi hasil dan kepailitan;
c. pengusulan materi kesepakatan sebagai draft peraturan desa; dan d. penerbitan peraturan desa.
b. Pengelola BUM Des
Mengacu pada Pasal 5 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, dimana pada tahap persiapan pendirian BUM Des harus disiapkan siapa pengelola yang akan menjalankan dinamika BUM
Des. Organisasi pengelola BUM Des terpisah dari organisasi pemerintahan desa.
72
Sehingga pengelola BUM Des juga terpisah dari pengelola organisasi Pemerintahan Desa.
73
Hal ini penting mengingat pengelola adalah sumber daya utama yang dapat menggerakan roda organisasi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 132 ayat 4 dan 5 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, dimana ditegaskan Pengelola BUM Des paling sedikit terdiri atas penasihat dan pelaksana
operasional. Dimana Penasihat sebagaimana dijabat secara ex-officio oleh Kepala Desa. Penasihat mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan
pengurusan dan pengelolaan usaha desa. Selain itu, menurut Pasal 133 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, penasihat dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewenangan meminta
penjelasan pelaksana operasional mengenai pengurusan dan pengelolaan usaha desa.
Selain itu, menurut Pasal 132 ayat 6 dan 7 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa menegaskan bahwa Kepala Desa sebagai penasehat dapat menunjuk dan memperhentikan
pelaksana operasional selaku perseorangan. Oleh karenanya, pelaksana operasional dilarang merangkap jabatan yang melaksanakan fungsi pelaksana lembaga Pemerintahan Desa dan lembaga kemasyarakatan desa. Pelaksana
operasional terdiri atas direktur atau manajer dan kepala unit usaha.
74
Pelaksana operasional mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Des sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
75
c. Permodalan BUM Des
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dimana sumber permodalan BUM Des berasal dari penempatan dan pemisahan dana desa itu sendiri melalui Peraturan Desa Perdes. Namun demikian untuk mengembangkan
kegiatan usahanya, BUM Des dapat menerima pinjaman danatau bantuan yang sah dari pihak lain.
76
Selain itu, dalam upaya meningkatkan sumber pendapatan desa, BUM Des dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal
masyarakat desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam. BUM Des dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa. BUM Des diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi.
Selain sumber permodalan, perlu juga ditegaskan bahwa BUM Des berperan sebagai stimulator roda perekonomian di pedesaan. Substansi dan filosofi BUM Des harus dijiwai dengan semangat kebersamaan dan self
help sebagai upaya memperkuat aspek ekonomi dan kelembagaannya. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat desa memiliki peran strategis dalam pengembangan BUM Des demi kepentingan pemberdayaan ekonomi rakyat.
Sebagai suatu usaha ekonomi kerakyatan, BUM Des tidak serta merta menjelma menjadi sebuah badan usaha ekonomis yang menguntungkan, justru bila tidak dikelola secara baik, malah dapat merugikan atau setidaknya
memberikan masalah baru bagi masyarakat.
72. Pasal 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa. 73. Pasal 132 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 74. Pasal 7 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa.
75. Pasal 134 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
76. Pasal 137 ayat 1 huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
730
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Demokrasi, Desentralisasi, Governance
Disinilah terletak point penting yang perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan BUM Des, sebab tidak semua elemen jajaran pemerintahan dan masyarakat desa mengenal dan memiliki jiwa kewirausahaan yang
baik dan benar. Lebih luas perlu dipikirkan dan dirumuskan pola pembinaan dan pengawasan BUM Des yang efektif. Disisi lain BUM Des juga tidak mungkin berkembang tanpa dukungan semua pihak termasuk semua stakeholder.
Merujuk pada ketentuan Pasal 135 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dimana modal awal BUM
Des memang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Oleh karena modal awal pendirian BUM Des berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, maka kekayaan yang dimiliki BUM Des merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Kekayaan BUM Des tidak terbagi atas saham karena kepemilikannya sepenuhnya dimiliki desa. Namun, setelah BUM Des berdiri modal BUM Des nantinya
dapat terdiri dari 2 dua sumber yakni penyertaan modal desa dan penyertaan modal masyarakat desa. Sehingga penyertaan modal desa dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa maupun dari sumber lainnya.
Penyertaan modal desa yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ini dapat bersumber dari dana segar, bantuan pemerintah, bantuan pemerintah daerah dan aset desa yang diserahkan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa. Untuk bantuan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah maka mekanismenya akan disalurkan melalui Anggaran Pendapatam dan Belanja Desa.
d. Pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Des
Pada saat merencanakan pendirian BUM Des,sudah seyogyanya dipersiapkan mengenai rancangan Anggaran Dasar atau akta pendiriannya. Hal ini perlu dilakukan, agar pada saat adanya kesepakatan untuk mendirikan
BUM Des, perangkat organisasi termasuk pedoman organisasi telah ada dan dapat dijadikan landasan operasional BUM Des. Oleh karenanya, pelaksana operasional BUM Des wajib menyusun dan menetapkan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga setelah mendapatkan pertimbangan Kepala Desa.
77
Merujuak pada ketentuan Pasal 136 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dimana Anggaran Dasar
BUM Des paling sedikit memuat nama BUM Des, tempat kedudukan, maksud dan tujuan, modal, kegiatan usaha, jangka waktu berdirinya BUM Des, organisasi pengelola, serta tata cara penggunaan dan pembagian
keuntungan. Nama BUM Des perlu dipersiapkan pada tahap perencanaan pendirian, karena akan menjadi branding. Begitu pula dengan tempat kedudukan BUM Des juga perlu disepakati, dimana tempat kedudukan
ini akan menjadi pusat aktivitas BUM Des. Selain itu yang penting sekali di sepakati adalah maksud dan tujuan berdirinya BUM Des agar sejalan dengan pembangunan desa. Sedangkan besarnya modal awal untuk pendirian
BUM Des merupakan hal yang sangat urgen, karena salah satu sumber modalnya berasal dari asset desa yang dipisahkan. Oleh karena itu masalah modal perlu legal standingnya.
Sedangkan Anggaran Rumah Tangga BUM Des ini paling sedikit memuat hak dan kewajiban, masa bakti, tata cara pengangkatan dan pemberhentian personel organisasi pengelola, penetapan jenis usaha, dan sumber modal.
78
Hak dan kewajiban itu perlu dimasukkan dalam anggaran rumah tangga agar pengelola dan stakeholder dapat mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Selain itu, perlu juga dimasukkan
masa bakti pengelola BUM Des agar dapat diketahui periode kepengurusannya. Termasuk juga mekanisme tata cara pengangkatan dan pemberhentian pengelola BUM Des juga merupakan hal yang penting dan perlu dimasukkan
dalam anggaran dasar sehingga kejelasan tata cara pengangkatan dan pemberhentian pengelola menjadi pasti.
Kesepakatan penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Des dilakukan melalui musyawarah desa. Seletah tercipta kesepakatan mengenai apa yang harus dituangkan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUM Des yang dilakukan melalui mekanisme musyawarah Desa, maka Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Des tersebut ditetapkan oleh kepala Desa.
77. Pasal 153 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor6 Tahun 2014 tentang Desa.
78. Pasal 136 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
731
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Demokrasi, Desentralisasi, Governance
PENUTUP
Sebagaimana telah dijelaskan di atas dimana keberadaan BUM Des merupakan suatu stimulus dalam upaya percepatan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya.
Mengingat hal ini merupakan kewenangan dari Pemerintahan Desa maka dapat disimpulkan hal sebagai berikut : a. Ketentuan yang menjadi dasar kewenangan Pemerintah Desa dalam mendirikan BUM Des tidak terlepas
dari amanat Pasal 87 UU Desa dan Pasal 371 UU Pemerintahan Daerah yang telah melimpahkan sebagian wewenang dari pemerintah Provinsi dan KabupatenKota kepada desa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam pembentukan BUM Des harus memperhatikan ketentuan Pasal 2 ayat 2 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa menegaskan bahwa pendirian BUM Des harus
berpedoman pada Peraturan Daerah yang mengatur mengenai mekanisme pendirian BUM Des. Kemudian merujuk pada Pasal 3 UU Desa berkaitan dengan asas pemerintahan desa, diantaranya asas kegotongroyongan,
kekeluargaan, musyawarah, demokrasi, kemandirian, partisipasi, pemberdayaan dan keberlanjutan. Sebagai badan usaha BUM Des dimana seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan.
b. Adapun mekanisme pendirian BUM Des merujuka pada Pasal 4 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, dimana Pemerintah Desa dalam mendirikan BUM Des harus didasarkan
pada Peraturan Desa yang berpedoman pada Peraturan Daerah. Pendirian BUM Des dilakukan melalui musyawarah desa yang ditetapkan dengan peraturan desa. Sesuai dengan ketentuan Pasal 80 ayat 1, 2,
dan 3 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa, dimana Musyawarah Desa ini diikuti oleh Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa, dan unsur masyarakat. Unsur masyarakat
dapat terdiri dari tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan maupun perwakilan kelompok lainnya. Kemudian berdasarkan Pasal 132 ayat 4 dan 5 Permendagri Nomor 39 Tahun 2010
menegaskan bahwa Pengelola BUM Des paling sedikit terdiri atas penasehat dan pelaksana operasional. Dimana Penasehat sebagaimana dijabat secara ex-officio oleh Kepala Desa. Sedangkan dari aspek permodalan
berasal dari penempatan dan pemisahan dana desa melalui Peraturan Desa Perdes.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
HR. Ridwan, HukumAdministrasi Negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008, hlm. 104. Hadjon Philipus M., Tentang Wewenang Pemerintahan Bestuurbevoegdheid, Pro Justitia Tahun XVI Nomor I
Januari 1998, him. 90. Soetopo, Imam Yudhianto, 2010, Mengejawantahkan Peran dan Eksitensi BUM Des.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Milik Desa.