Sistem Pemilu Dan Variannya
3. Sistem Campuran
Sistem ini merupakan perpaduan penerapan secara bersama-sama sistem distrik dan sistem proporsional. Sistem ini meliputi sistem Parallel, dan Mixed Member Proportional MMP. 93 Disebut sistem parallel bila dua perangkat sistem pemilihan yang digunakan tidak berhubungan dan dibedakan, dan satu sama lain tidak saling bergantung. Sementara bila hasil dari dua sistem pemilihan dihubungkan, sedang alokasi kursi disisi sistem proportional bergantung pada yang terjadi di sistem mayoritas-pluralitas, sistem tersebut dinamakan Mixed Member Proportional MMP. 94 1. Parallel Pada sistem ini sebagian distrik memakai PR list, sebagian memakai Plurality Majority SystemDistrik. Oleh karena itu, sistem ini menerapkan 2 dua ballots 2 jenis kotak suara. Pemilih memilih; 1 ballot pertama untuk pemilihan distrik, dan 2 ballot kedua untuk memilih partai. 95 2. Mixed Member Proportional Pada sistem MMP, sebagian anggota parlemen dipilih melalui sistem distrik biasanya FPTP, sebagian melalui representasi proporsional. Sebelumnya sudah ditentukan berapa jumlah anggota parlemen yang dipilih melalui sistem distrik dan beberapa sistem proporsional. Partai-partai yang tidak mendapatkan suara melalui pemilu distrik dikompensasi dari penerapan sistem proporsional. Contohnya, bila suara partai memenangkan 10 suara nasional tetapi tidak mendapatkan satupun kursi dari distrik maka partai akan dihadiahi kursi dari sistem PR agar perwakilan partai tersebut mencapai kira-kira 10 dari total keanggotaan di parlemen. 96 91. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 35-36. 92. Pippa Noris, Memilih Sistem Pemilihan ….. Dalam Khairul Fahmi, Pemilihan Umum.., Op. Cit, hal 70. 93. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 36. 94. Pemilihan Umum, http:setabasri01 ….. Dalam Khairul Fahmi, Pemilihan Umum.., Ibid, hal 76. 95. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 36. 96. Ibid, hal 36-36. 841 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen4. Sistem Pemilu Di Luar Mainstream
Adapun yang dimaksud dengan sistem pemilu di luar mainstream sistem pemilu yang ada adalah sistem yang berkecenderungan menerjemahkan perhitungan suara menjadi kursi dengan cara yang berkisar pada sistem proporsional dan distrik atau merupakan campuran antara distrik dan proporsional. 97 Adapun varian dari sistem ini adalah : Single Non-Transferable Vote, Limited Vote, dan Borda Count. 981. Single Non Transfereble Vote SNTV
Prinsip yang dipakai SNTV hampir sama denganSTV yaitu distrik berwakil majemuk, pemilih memilih satu kandidat, dan pemenangnya adalah yang memperoleh suara terbanyak. Yang membedakan adalah tidak ada penghapusan kandidat yang paling sedikit preferensinya. Pembeda lainnya adalah pada SNTV tidak ada redistribusi suara preferensi kedua dari kandidat yang mendapatkan suara paling sedikit. 992. Limited Vote
Prinsip sistem ini adalah distrik berwakil banyak juga, sama dengan prinsip sistem SNTV. Namun, dalam sistem ini pemilih dalam memberikan suara lebih dari satu kali, dengan ketentuan harus lebih sedikit dari jumlah kursi yang akan diisi di satu distrik.pemenangnya adalah yang mengumpulkan suara terbanyak. 100 Misalnya, kursi yang tersedia di satu distrik adalah tiga kursi, maka pemilih dapat memberikan suara sebanyak dua suara. Calon terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak secara berurutan sesuai dengan ketersediaan kursi. 1013. Sistem Borda Count BC
BC merupakan sistem versi AV yang dimodifikasi. Pemilih tetap diminta merangking kandidat dalam jumlah tertentu sesuai dengan preferensinya. Bedanya adalah sistem ini diterapkan dalam distrik berwakil banyak maupun tunggal. Selain itu, tidak ada penghapusan kandidat yang mendapatkan suara terkecil. Preferensi pemilih dihitung hanya sebagai “suara pecahan”. Misalnya suara pertama nilainya sama dengan satu, preferensi kedua setengah, dan preferensi ketiga bernilai sepertiga dan seterusnya. Apabila tidak ada caleg yang memperoleh mayoritas absolut atas preferensi pertama, preferensi dari tingkatan yang lebih rendah akan dihitung dan total yang paling tinggi memenangkan kursi. Sistem ini dipraktekkan di sebuah negara kecil di pasifik yaitu Nauru. 1021. Unsur-unsur sistem pemilu
Sebagai mana telah diuraikan pada pendahuluan bahwa terdapat unsur-unsur yang membentuk pemilu sebagai sebuah sistem. Rae 1967 mengidentifikasi empat unsur sistem pemilu, yaitu: besaran daerah pemilihan district magnitude, metode pencalonan candidacy, metode pemberian suara balloting, formula perolehan kursi dan calon terpilih electoral formula. Selanjutnya, Nohlen 2008 menempatkan ambang batas perwakilan threshold sebagai variabel penting dalam menentukan perolehan kursi. Merujuk pada pengalaman negara-negara demokrasi baru, Reynolds 2010 menyebut persyaratan partai politik menjadi peserta pemilu menjadi faktor penting dalam perebutan kursi. Terakhir Lijphart 1994 menyatakan, dalam sistem pemerintahan presidensial di mana terdapat pemilu legislatif untuk memilih parlemen dan pemilu pemilu eksekutif untuk memilih presiden, faktor waktu penyelenggaraan berpengaruh besar terhadap keterpilihan presiden dan parlemen. Di sini hasil pengkajian Pyne dkk 2002 menyimpulkan: jika pemilu legislatif diselenggarakan bersamaan waktunya dengan pemilu eksekutif concurrent election maka cenderung berhasil menghindari terbentuknya divided government. 103 97. Pemilihan Umum, http:setabasri01 ….. Dalam Khairul Fahmi, Pemilihan Umum.., Op. cit, hal 78. 98. Sigit Pamungkas, Op. Cit, hal 37 99. Ibid, hal 37. 100. Ibid, hal 37 101. Khairul Fahmi, Ibid, hal 79. 102. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 37. 103. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, Ibid hal, 21.Parts
» Etika Politik full proseding JILID 2
» Pelanggaran Kode Etik oleh KPU KabupatenKota di Sumatera Barat
» Seleksi Psikologi Anggota KPU KabupatenKota
» KERANGKA TEORI Bimbingan Teknis Penyelenggara Pemilu
» Teori Struktuasi full proseding JILID 2
» Kiprah Aktivis Dakwah Pada Internal Universitas Andalas
» Pola distribusi Kader Lembaga Dakwah Kampus
» Kiprah Aktivis Dakwah Pada Gerakan Ekstra Universitas Andalas
» Teknik pengumpulan data full proseding JILID 2
» Teknis analisis data full proseding JILID 2
» Populasi dan sampel full proseding JILID 2
» Lokasi penelitian full proseding JILID 2
» Perencanaan strategis dan Perencanaan Pembiayaan
» Sosialisasi dan Informasi Pemilu
» Pendaftaran Pemilih. full proseding JILID 2
» Administrasi Peserta Pemilu Nominasi Kandidat Kampanye Pemilu dan Dana Kampanye
» Proses Pengadaan Logistik Pemilu
» Penyelenggaraan Pemungutan Suara Dan Perhitunganya.
» K onsep Umum Sumber Daya Alam
» Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam SDA
» Aktor-aktor yang terlibat dalam tambang emas illegal
» Faktor Penyebab Aktivitas Tambang Emas Ilegal
» Potensi Konflik Tambang Emas Ilegal
» Optimalisasi Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam
» Indeks Demokrasi Indonesia dan Konstruksi Demokrasi yang Teknokratis
» Indeks Demokrasi Asia dan Demonopolisasi Kekuasaan
» Badan Penyelenggara Pemilu full proseding JILID 2
» Prinsip Penyelenggara Pemilu full proseding JILID 2
» Penyelenggara Pemilu di Indonesia
» Menciptakan Penyelenggara Pemilu Indonesia yang Profesional
» Konsolidasi Demokrasi full proseding JILID 2
» Politik Distribusi dan Money Politics dalam Kontestasi Pemilu
» Sikap dan perilaku Pemilih terhadap Politik uang Money Poltics
» Mengimplementasikan Kebijakan Konsep Kebijakan
» Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan
» Masalah Sosial dan Kebijakan Sosial
» Sekilas tentang Teleju full proseding JILID 2
» Dampak Penyebaran Lokalisasi Prostitusi
» Kebijakan CSR Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah dan DIY
» Kelembagaan Forum CSR di Pemerintah Daerah
» Latar Belakang Masalah. full proseding JILID 2
» Rumusan Masalah full proseding JILID 2
» Tujuan full proseding JILID 2
» Menuju Kebijakan Publik Yang Baik Dan Ideal.
» Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan Publik
» Fungsi Evaluasi full proseding JILID 2
» Revitalisasi full proseding JILID 2
» Pengumpulan Data. full proseding JILID 2
» Metode Analisa full proseding JILID 2
» Kasus Tanjab Timur full proseding JILID 2
» Kasus Kota Jambi full proseding JILID 2
» Kasus Kabupaten Batanghari full proseding JILID 2
» Lingkungan Sosial Penyalahgunaan Narkotika
» Narkotika Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.
» Peran serta masyarakat. full proseding JILID 2
» Antisipasi Dini full proseding JILID 2
» Pencegahan full proseding JILID 2
» Tujuan Khusus Penelitian full proseding JILID 2
» Pengertian Pemberdayaan full proseding JILID 2
» Pengertian Pemberdayaan Masyarakat full proseding JILID 2
» Penyandang Disabilitas full proseding JILID 2
» Pendekatan dalam Memberdayakan Penyandang Disabilitas
» Implementasi Program Reduce, Reuse dan Recyle 3R Melalui Bank Sampah.
» Lokasi dan Sampel Pragmatik Penelitian
» Desain Penelitian, Pengumpulan dan Pengelolaan
» Analisis Data Penelitian full proseding JILID 2
» Pendekatan Aksesibilitas Non Fisik
» Pendekatan Rehabilitasi Pelatihan full proseding JILID 2
» Tujuan Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian
» Kebijakan Publik full proseding JILID 2
» Perumusan Kebijakan Publik full proseding JILID 2
» Jejaring Kebijakan dalam Perumusan Kebijakan Publik
» Sistem Nilai Dalam Perumusan Kebijakan Pubik
» Kebakaran Hutan Peraturan tentang Perlindungan Hutan dan Lahan
» Sistem Nilai full proseding JILID 2
» Pengertian Kebijakan Fiskal full proseding JILID 2
» Pengaruh Insentif Pajak terhadap Penanaman modal Asing PMA
» Fasiltas ,mekanisme dan pensyaratan dalam pengajuan Tax Holiday.
» Efektivitas Penertapan TAX Holiday di Indonesia :
» Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
» Sejarah Kenadziran Banten Lama
» Manajemen Pengelolaan oleh Kenadziran
» Konsep Pariwisata full proseding JILID 2
» Leslie A. White 2006:86 Wisata Religi
» Edward B. Tylor 2006:87 Wisata Religi
» J. Van Baal 2006:88 Wisata Religi
» Emile Durkheim 2006:89 Wisata Religi
» Myron Bromley 2006:89 Wisata Religi
» Konsep Koordinasi full proseding JILID 2
» Kondisi Geografis, Topografis dan Demografis
» Deskripsi Problem Batas Wilayah Negara
» Upaya Penyelesaian full proseding JILID 2
» Latar Belakang full proseding JILID 2
» Tujuan dan Manfaat Penelitian
» Perumusan Masalah full proseding JILID 2
» Tinjauan Pustaka full proseding JILID 2
» Kerangka Konseptual full proseding JILID 2
» Geographical Position Posisi Geografis
» Physical Conformation, including, as connected therewith, natural productions and climate.
» Extent of Territory full proseding JILID 2
» Number of Population full proseding JILID 2
» Character of the Government, including therein the national institutions
» Metode yang digunakan full proseding JILID 2
» Proses pengumpulan data full proseding JILID 2
» Pentingnya Samudra Hindia dan Kerangka Kerjasama IORA
» Character of the Government, including there in the national institutions
» Dasar Kewenangan Pemerintah Desa Mendirikan Badan Usaha Milik Desa
» Pendirian BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des
» Pengelola BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des
» Permodalan BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des
» Pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Des
» Penelitian terdahulu yang relevan
» Penanggulangan Bencana full proseding JILID 2
» Pengaturan Pembangunan, Pengaturan infrastuktur dan tata Bangunan
» Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern
» Pembuatan Protap Penanggulangan Bencana Dalam hal ini pemerintah Kota Padang telah melakukan
» Pengadaan Sistem Peringatan Dini pada 45 titik di Zona Merah Pemerintah Kota Padang juga telah
» Pembentukan Pemberdayaan Pusdalops Adapun yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang dalam
» Pembuatan Peta Informasi Petunjuk Evakuasi Untuk memudahkan masyarakat mengetahui arah dan
» Negara dan Kebijakan Pertanian
» Kebijakan Pertanian di Negara Berkembang
» Liberalisasi Ekonomi full proseding JILID 2
» Kebijakan Pertanian di Negara Maju
» Preferensi Petani di Negara maju dan berkembang
» Kasus Negara Maju full proseding JILID 2
» Kasus Negara Berkembang full proseding JILID 2
» Reformasi Administrasi full proseding JILID 2
» Keuangan Daerah full proseding JILID 2
» Transparansi dan Akuntabilitas full proseding JILID 2
» Good Governance Prinsip-Prinsip Good Governance
» Konsep Implementasi Kebijakan Publik Model George C Edward III
» Tinjauan Tentang Keterbukaan Informasi Publik
» Obyek Penelitian full proseding JILID 2
» DisposisiSikap full proseding JILID 2
» Struktur Birokrasi full proseding JILID 2
» Bentuk Komunikasi DPRD Sumbar dengan Konstituen
» Identitas Responden Konstituen Masyarakat
» Komposisi Responden berdasarkan Umur
» Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
» Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
» Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa
» Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan
» Tanggapan Masyarakat terhadap perlunya Komunikasi dengan DPRD
» Kebutuhan Masyarakat terhadap Peningkatan Hubungan Komunikasi Masyarakat dengan DPRD
» Alasan Perlunya Peningkatan Komunikasi Konstituen dengan DPRD
» Kesimpulan full proseding JILID 2
» Saran full proseding JILID 2
» Aspek Pengaturan Dana Kampanye:
» Regulasi Dana Kampanye dalam Aturan Perundangan Pemilu Indonesia
» Sumber Dana: full proseding JILID 2
» Pengendalian Pengeluaran Dana Kampanye
» Persyaratan Pelaporan dan Pengungkapan Pelaporan Dana Kampanye
» Definisi Akuntabilitas dalam Politik
» Akuntabilitas Politik dalam Pemilihan Umum
» Mencari Mekanisme Politik Untuk Memastikan Akuntabilitas
» Penyelenggara Pemilu full proseding JILID 2
» Model –Model Penyelenggara Pemilu
» Kelemahan Model Independen yang diterapkan Indonesia
» Alternatif Model KPU Untuk kedepan
» Menciptakan Organisasi Dan Manajemen KPU Yang Profesional
» Persyaratan Menciptakan KPU Yang Profesional
» Kegiatan yang dilaksanakan. full proseding JILID 2
» Pelaksanaan Seleksi. a. Tahap penerimaan pendaftaran
» Kegiatan awal Komisi Pemilihan Umum Kab. Solok.
» Proses P4B full proseding JILID 2
» Konsep Pergantian Antar Waktu PAW
» Legislasi dan Perwakilan Politik
» Teori full proseding JILID 2
» Proses PAW Enam Anggota DPRD Riau Periode 2014-2019
» Konsistensi Partai dalam Memproses Usulan PAW
» Mekanisme Internal Partai Dalam Proses PAW
» Lambatnya Surat Keputusan Mendagri
» Dinamika PAW Enam Anggota DPRD Riau Periode 2014-2019
» Konstelasi Politik Menjelang Pilkada 2015 di DPRD Riau
» Menurunnya Kinerja Anggota DPRD Riau
» Varian Sistem Distrik Sistem Distrik Memiliki 5 lima varian, yaitu :
» Block Vote BV full proseding JILID 2
» Alternative Vote AV full proseding JILID 2
» Varian Sistem Proporsional Sistem Proporsional Memiliki 2dua varian, yaitu :
» Proportional Representation PR full proseding JILID 2
» Sistem Campuran full proseding JILID 2
» Sistem Pemilu Di Luar Mainstream
» Single Non Transfereble Vote SNTV
» Limited Vote full proseding JILID 2
» Unsur-unsur sistem pemilu full proseding JILID 2
» Waktu penyelenggaraan full proseding JILID 2
» Metode pencalonan candidacy full proseding JILID 2
» Penyuaraan Balloting full proseding JILID 2
» Besaran Distrik District Magnitude
» Pembuatan Batas-Batas RepresentasiPendistrikan full proseding JILID 2
» Formula pemilihan Electoral Formula
» Ambang batas Threshold full proseding JILID 2
» Transaksi Politik. full proseding JILID 2
» Hubungan kekerabatan pertalian “guru dengan murid dalam tarekat Syathariyah” .
» Kepentingan keterwakilan tarekat Syathariyah dalam pemerintahan.
» Bantuan Langsung dan tidak langsung untuk pengembangan tarekat Syathariyah.
» Proses dukungan politik Zubir Tuanku Kuniang terhadap pasangan calon Yobana - Ril
» Kekecewaan Terhadap Calon Petahana Ali Mukhni.
» Kapasitas dan Kualitas Calon
» Standar Internasional Penyelenggaraa Pemilu
» Standar Penyelenggaraan Pemilu full proseding JILID 2
» Model Badan Penyelenggara Pemilu
» PENDAHULUAN full proseding JILID 2
» Konsep Partisipasi Pemilu KERANGKA KONSEPSUAL
» Konsep Perilaku Memilih KERANGKA KONSEPSUAL
» Konsep Politik Uang KERANGKA KONSEPSUAL
» METODE PENELITIAN full proseding JILID 2
» Peta Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu Legislatif 2014
» Pengetahuan dan Sikap Terhadap Politik Uang
» Temuan Khusus: Uji Hipotesis
» Fenomena Terorisme dan Radikalisme di Abad ke-21
» Pengertian Terorisme dan Radikalisme
» Upaya Penegakan Hukum terhadap Kejahatan Terorisme oleh Pemerintah RI
» Upaya Masyarakat di dalam Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme
» Demokrasi dan Demokratisasi: Menyatukan atau Memecahbelah?
» Angket full proseding JILID 2
Show more