Sistem Pemilu Dan Variannya

840 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen 2. Teknik Devisor Teknik Devisor atau dikenal juga dengan penghitungan rata-rata angka tertiggi the highest avarage muncul berkaitan dengan kelemahan yang ditemukan pada teknik kuota. Seperti halnya teknik kuota, teknik Devisor ini juga memiliki beberapa varian. Yang membedakan dari tiap varian adalah bilangan pembaginya. Ciri khas dari teknik ini adalah Bilagan Pembagi BP tetap, tidak tergantung pada jumlah pendudukpemilihperolehan suara. Teknik Devisor juga memiliki beberapa varian, yaitu : a Varian D’Hondt Varian pertama adalah D’Hondt. Bilangan pembagi dari varian ini adalah berangka utuh 1,2,3,4,5,6,7, dan seterusnya kemudian diseleksi angka tertinggi. Kursi yang tersedia, pertama- tama akan disetorkan kepada daerah berpopulasi tinggi dan seterusnya. b Varian Sainte Lague Varian kedua adalah Sainte Lague. Varian ini meggunakan Bilanga Pembagi BP berangka ganjil 1,3,5,7,9, dan seterusya. Kemudian disaring angka tertinggi. Kursi yang tersedia, pertama-tama akan disetorkan kepada partai yang memperoleh suara tertinggi. 2. Single Transferable vote STV Karakter utama dari tipe ini adalah : pertama, menggunakan distrik beranggotakan majemuk. Kedua, pemilih melakukan rangking kandidat secara preferensial. Ketiga, kandidat yang mendapatkan suara melebihi kuota suara dinyatakan sebagai wakil distrik. Keempat, jika tidak ada yang melebihi kuota, kandidat yang preferensinya paling sedikit di singkirkan, tapi preferensi keduanya diredistribusikan kepada kandidat lain. 91 Sampai saat ini, negara yang menggunakan sistem ini adalah Irlandia. 92

3. Sistem Campuran

Sistem ini merupakan perpaduan penerapan secara bersama-sama sistem distrik dan sistem proporsional. Sistem ini meliputi sistem Parallel, dan Mixed Member Proportional MMP. 93 Disebut sistem parallel bila dua perangkat sistem pemilihan yang digunakan tidak berhubungan dan dibedakan, dan satu sama lain tidak saling bergantung. Sementara bila hasil dari dua sistem pemilihan dihubungkan, sedang alokasi kursi disisi sistem proportional bergantung pada yang terjadi di sistem mayoritas-pluralitas, sistem tersebut dinamakan Mixed Member Proportional MMP. 94 1. Parallel Pada sistem ini sebagian distrik memakai PR list, sebagian memakai Plurality Majority SystemDistrik. Oleh karena itu, sistem ini menerapkan 2 dua ballots 2 jenis kotak suara. Pemilih memilih; 1 ballot pertama untuk pemilihan distrik, dan 2 ballot kedua untuk memilih partai. 95 2. Mixed Member Proportional Pada sistem MMP, sebagian anggota parlemen dipilih melalui sistem distrik biasanya FPTP, sebagian melalui representasi proporsional. Sebelumnya sudah ditentukan berapa jumlah anggota parlemen yang dipilih melalui sistem distrik dan beberapa sistem proporsional. Partai-partai yang tidak mendapatkan suara melalui pemilu distrik dikompensasi dari penerapan sistem proporsional. Contohnya, bila suara partai memenangkan 10 suara nasional tetapi tidak mendapatkan satupun kursi dari distrik maka partai akan dihadiahi kursi dari sistem PR agar perwakilan partai tersebut mencapai kira-kira 10 dari total keanggotaan di parlemen. 96 91. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 35-36. 92. Pippa Noris, Memilih Sistem Pemilihan ….. Dalam Khairul Fahmi, Pemilihan Umum.., Op. Cit, hal 70. 93. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 36. 94. Pemilihan Umum, http:setabasri01 ….. Dalam Khairul Fahmi, Pemilihan Umum.., Ibid, hal 76. 95. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 36. 96. Ibid, hal 36-36. 841 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen

4. Sistem Pemilu Di Luar Mainstream

Adapun yang dimaksud dengan sistem pemilu di luar mainstream sistem pemilu yang ada adalah sistem yang berkecenderungan menerjemahkan perhitungan suara menjadi kursi dengan cara yang berkisar pada sistem proporsional dan distrik atau merupakan campuran antara distrik dan proporsional. 97 Adapun varian dari sistem ini adalah : Single Non-Transferable Vote, Limited Vote, dan Borda Count. 98

1. Single Non Transfereble Vote SNTV

Prinsip yang dipakai SNTV hampir sama denganSTV yaitu distrik berwakil majemuk, pemilih memilih satu kandidat, dan pemenangnya adalah yang memperoleh suara terbanyak. Yang membedakan adalah tidak ada penghapusan kandidat yang paling sedikit preferensinya. Pembeda lainnya adalah pada SNTV tidak ada redistribusi suara preferensi kedua dari kandidat yang mendapatkan suara paling sedikit. 99

2. Limited Vote

Prinsip sistem ini adalah distrik berwakil banyak juga, sama dengan prinsip sistem SNTV. Namun, dalam sistem ini pemilih dalam memberikan suara lebih dari satu kali, dengan ketentuan harus lebih sedikit dari jumlah kursi yang akan diisi di satu distrik.pemenangnya adalah yang mengumpulkan suara terbanyak. 100 Misalnya, kursi yang tersedia di satu distrik adalah tiga kursi, maka pemilih dapat memberikan suara sebanyak dua suara. Calon terpilih adalah calon yang memperoleh suara terbanyak secara berurutan sesuai dengan ketersediaan kursi. 101

3. Sistem Borda Count BC

BC merupakan sistem versi AV yang dimodifikasi. Pemilih tetap diminta merangking kandidat dalam jumlah tertentu sesuai dengan preferensinya. Bedanya adalah sistem ini diterapkan dalam distrik berwakil banyak maupun tunggal. Selain itu, tidak ada penghapusan kandidat yang mendapatkan suara terkecil. Preferensi pemilih dihitung hanya sebagai “suara pecahan”. Misalnya suara pertama nilainya sama dengan satu, preferensi kedua setengah, dan preferensi ketiga bernilai sepertiga dan seterusnya. Apabila tidak ada caleg yang memperoleh mayoritas absolut atas preferensi pertama, preferensi dari tingkatan yang lebih rendah akan dihitung dan total yang paling tinggi memenangkan kursi. Sistem ini dipraktekkan di sebuah negara kecil di pasifik yaitu Nauru. 102

1. Unsur-unsur sistem pemilu

Sebagai mana telah diuraikan pada pendahuluan bahwa terdapat unsur-unsur yang membentuk pemilu sebagai sebuah sistem. Rae 1967 mengidentifikasi empat unsur sistem pemilu, yaitu: besaran daerah pemilihan district magnitude, metode pencalonan candidacy, metode pemberian suara balloting, formula perolehan kursi dan calon terpilih electoral formula. Selanjutnya, Nohlen 2008 menempatkan ambang batas perwakilan threshold sebagai variabel penting dalam menentukan perolehan kursi. Merujuk pada pengalaman negara-negara demokrasi baru, Reynolds 2010 menyebut persyaratan partai politik menjadi peserta pemilu menjadi faktor penting dalam perebutan kursi. Terakhir Lijphart 1994 menyatakan, dalam sistem pemerintahan presidensial di mana terdapat pemilu legislatif untuk memilih parlemen dan pemilu pemilu eksekutif untuk memilih presiden, faktor waktu penyelenggaraan berpengaruh besar terhadap keterpilihan presiden dan parlemen. Di sini hasil pengkajian Pyne dkk 2002 menyimpulkan: jika pemilu legislatif diselenggarakan bersamaan waktunya dengan pemilu eksekutif concurrent election maka cenderung berhasil menghindari terbentuknya divided government. 103 97. Pemilihan Umum, http:setabasri01 ….. Dalam Khairul Fahmi, Pemilihan Umum.., Op. cit, hal 78. 98. Sigit Pamungkas, Op. Cit, hal 37 99. Ibid, hal 37. 100. Ibid, hal 37 101. Khairul Fahmi, Ibid, hal 79. 102. Sigit Pamungkas, Ibid, hal 37. 103. Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-Undang Pemilu, Ibid hal, 21.