Konsep Pariwisata full proseding JILID 2

690 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Kebijakan Publik, Administrasi Publik Livingstone menyatakan bahwa tidak sulit dalam mengorganisasikan kegiatan tunggal. Kesulitan dalam organisasi akan ditemui jika terdapat bermacam-macam kegiatan dalam suatu satuan kerja. Untuk mengimbangi kegiatan tersebut, koordinasi hadir untuk berperan sebagai kontrol keselarasan dalam satuan organisasi. Sedangkan menurut White 2006:141, koordinasi adalah: “Penyesuaian diri dari bagian-bagian satu sama lain, dan gerakan serta pengerjaan bagian-bagian pada saat yang tepat sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah suatu usaha untuk saling menyelaraskan antara individu maupun kelompok dalam organisasi, dengan melihat pertimbangan waktu dan jenis pekerjaan sehingga pencapaian tujuan organisasi akan lebih terarah dan optimal. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian.

Desain dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dalam bentuk studi kasus yang memusatkan perhatian pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial masyarakat. Penggunaan pendekatan kualitatif juga dimaksudkan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat danatau organisasi tertentu dalam suatu setting tertentu pula. Kesemuanya itu dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik Bogdan dan Taylor ataupun Fatchan yang dikutip Basrowi Sukidin, 2002:3. Creswell 2002:136 kemudian menyimpulkan pandangan berbagai ahli bahwa pendekatan kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses dan makna yang bersifat deskriptif didapat melalui kata atau gambar serta bersifat induktif dimana peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesa dan teori dari rincian. Dimana peneliti merupakan instrumen pokok yang secara fisik berhubungan dengan orang, latar, lokasi atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya.

2. Langkah Penelitian.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses pelaksanaan penelitian yang berlangsung secara simultan dan berkesinambungan sampai data yang diperoleh jenuh. Tahap, pertama, permohonan ijin penelitian ; kedua, menemui pengurus Kenadziran Banten dan Dinas Pariwisata dan Olahraga, Dinas Kebersihan dan Dinas Perhubungan; ketiga, menemui informan; keempat, pengumpulan data lapangan dengan melakukan wawancara kepada subjek penelitian yakni pengurus kenadziran dan pejabat Dinas Pariwista dan Olah Raga, Dinas Kebersihan dan Dinas Perhubungan Kota Serang yang mengelola wisata religi di Banten lama. Proses wawancara dilakukan dalam rangka mengkonstruksi pandangan, pendapat, dan opini subjek terhadap fokus penelitian; kelima, menganalisis data lapangan dan mengecek data lapangan; keenam, penyusunan hasil penelitian.

3. Penentuan Informan.

Penentuan informan didasarkan atas hasil kunjungan lapangan yaitu Kenadziran Banten sebagai pengelola inti wisata religi di Banten lama dan Dinas terkait. Informan tersebut, diperoleh tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai fokus masalah penelitian. Kategori subjek informan adalah mereka yang terlibat langsung dalam revitalisasi Kenadziran banten dalam mengelola wisata religi di Banten lama, yang menjadi indikator dalam pemilihan informan dalam penelitian adalah dengan melihat situasi sosial yang meliputi aspek: latar setting, para pelaku actor, peristiwa-peristiwa event dan proses process. Spradley dalam Sugiyono, 2005:146, Garna, 1999:67. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Masjid Agung Banten Sebagai Obyek Wisata Religi

Masjid Agung Banten merupakan obyek wisata religi alternatif yang banyak diminati oleh wisatawan atau pengunjung. Masjid Agung ini terletak di bagian barat alun-alun kota, diatas tanah seluas 0,13 hektar. Dibulan- 691 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Kebijakan Publik, Administrasi Publik bulan tertentu seperti bulan Maulid Nabi Muhammad SAW, bulan haji, dan sebagainya pengunjung mencapai ribuan. Masjid Agung ini memiliki kharisma yang amat tinggi, sehingga tidak pernah sepi pengunjung. Selain berziarah untuk memperoleh barokah dan qaromah, mereka juga ingin menyaksikan secara langsung peradaban islam di tanah Banten. Seperti halnya masjid yang lain, masjid ini dijadikan tempat ibadah baik untuk masyarakat Komplek Masjid Agung Banten dan pengunjung dari luar Banten bahkan mancanegara. Umumnya mereka datang pada malam jum’at, hari jum’at dan hari minggu. Dengan melihat banyaknya antusias pengunjung, tentu dibutuhkan pengelolaan yang baik guna mencapai tujuan yang memberi dampak multipier, baik bagi pemerintah, swasta, dan masyarakat yang tinggal dekat dengan Kawasan Masjid Agung Banten. Kawasan Masjid Agung Banten dimaksud dalam penelitian ini yaitu meliputi lingkup yang dikelola oleh kenadziran dimulai dari Masjid Agung Banten sampai alun-alun. Berdirinya Masjid Agung Banten tidak lepas dari tradisi masa lalu, dimana dalam sebuah Kota Islam terdapat 4 komponen. Pertama, ada istana sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja. Kedua, Masjid Agung sebagai pusat peribadatan. Ketiga, ada alun-alun sebagai pusat kegiatan dan informasi. Keempat, ada pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Kesemua komponen tersebut jejaknya masih terdapat di Desa Banten Lama Kecamatan Kasemen Kota Serang. Tapi yang masih kokoh berdiri serta berfungsi hingga saat ini hanya masjid Agung Banten. Sehingga hal tersebutlah yang membuat peneliti tertarik lebih lanjut meneliti mengenai Masjid Agung Banten sebagai obyek wisata religi yang mempunyai potensi besar. Masjid Agung Banten sendiri merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang kaya akan nilai sejarah dan pendidikan. Dengan mengunjungi Masjid Agung Banten wisatawan akan menyaksikan peninggalan bersejarah kerajaan islam di Banten pada abad ke 16 Masehi. Serta melihat keunikan arsitektur perpaduan Hindu Jawa, China dan Eropa. Sehingga menjadikan Masjid Agung Banten sebagai tempat favorit peziarah khususnya di jawa. Masyarakat Banten sejak dahulu dikenal dengan kehidupan agamanya yang harmonis dan toleran, hal itu terlihat dengan ditemukannya kuil China yang dibangun pada masa-masa awal Kesultanan Banten yang letaknya sekitar 50 meter dari Benteng Speelwijk. Kuil ini juga merupakan salah satu kuil tertua di Indonesia. Obyek wisata religi di kawasan Masjid Agung Banten dikelola oleh kenadziran. Secara historis kenadziran dibentuk setelah kemerdekaan RI berdsarkan anjuran presiden Soekarno dengan tujuan tidak menghilangkan jejak kebudayaan dari kesultanan Banten. Nadzir ini berfungsi sebagai pengganti kesultanan sekaligus mengelola peninggalannya. Dahulu ketua kenadziran masa jabatannnya seumur hidup tetapi saat ini hanya 5 tahun. Berikut tabel mengenai riwayat kepemimpinan dari kenadziran kesultanan Banten : Tabel: Riwayat Kepemimpinan Kenadziran Kesultanan Banten No. Nama Lama Jabatanan 1. KH.Tb.Abbas Wasee Seumur Hidup 2. KH.Tb.Ma’mun Abbas Seumur Hidup 3. KH.Tb.Wasi’ Abbas atau Gus Kuncung Seumur Hidup 4. KH.Tb.Fathul Adhim 5 Tahun 5. H.Tb.Ismetullah Al Abbas 2 Tahun- 2016 Jumlah keseluruhan pengurus kenadziran yakni sekitar kurang lebih 280 orang, yang terdiri dari keturunan kesultanan Banten dan masyarakat yang menjadi pengurus. Struktur organisasinya terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, kepala bidang makbaroh, kepala bidang ta’mir, humas pembangunan sosial, kebudayaan, keamanan, kebersihan dan lain-lain. Dari posisi ketua kenadziran sampai dengan kepala bidang dijabat oleh keturunan kesultanan dan selebihnya adalah masyarakat. Kenadziran memiliki 3 inti program unggulan yaitu dana wakaf, dana operasional dan dana dhuafa.

2. Kerjasama Instansi Pemerintah Kota Serang dengan Kenadziran Kesultanan Banten Lama

Banten lama dalam hal ini wisata religinya merupakan salah satu aset yang harus dijaga kelestariannya oleh pemerintah maupun oleh pihak kenadziran. Selama ini kenadziran sudah melakukan berbagai cara dalam hal