Konsep Implementasi Kebijakan Publik Model George C Edward III
773
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Pemilu dan Parlemen 1. Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyam paian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan
policy maker kepada pelaksana kebijakan policy Implementor. Informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat
mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran target groups kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar tentang apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan untuk melaksanakan
kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
7
Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik,
sehingga setiap keputusan, kebijakan dan peraturan harus ditransmisikan atau dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Komunikasi merupakan hal yang sangat menentukan terhadap keberhasilan Suatu kebijakan,
baik itu komunikasi antara implementor dengan policy maker pembuat kebijakan, maupun antara implementor dengan target atau sasaran dari kebijakan tersebut. Kebijakan harus dikomunikasikan secara tepat akurat dan konsisten.
Kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksanaan kebijakan adalah bahwa mereka yang menerapkan keputusan tersebut haruslah tahu tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, jika kebijakan itu ingin dilaksanakan dengan
tepat maka arahan serta petunjuk pelaksanaan tidak hanya diterima tetapi juga harus jelas, dan apabila hal ini tidak jelas para pelaksana akan kebingungan tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, dan pada akhirnya mereka
akan mempunyai kebijakan tersendiri dalam memandang penerapan kebijakan tersebut. Yang mana pandangan ini seringkali berbeda dengan pandangan atasan mereka.
8
Pengkomunikasian Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2015 oleh Komisi Pemilihan Umum dilakukan melalui tahap sosialisasi, tahap penerapan dan tahap evaluasi dengan mengikuti Rapat Evaluasi
Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik yang bertempat di Kantor KPU RI pada tanggal 22 -23 Maret 2016 yang dihadiri oleh Divisi Sosialisasi yang didampingi oleh Kasubbag Teknis dan Hupmas sesuai dengan surat
nomor 66UND-KPUIII2016.
Pada tanggal 20-21 April 2016, KPU Provinsi Riau mengadakan Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Pelayanan Infomasi Publik di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau. Bimtek ini dihadiri oleh
5 perwakilan kabupatenkota se-Provinsi Riau yaitu KPU Kabupaten Siak, KPU Kabupaten Pelalawan, KPU Kabupaten Kampar, Kpu Kota Pekanbaru dan KPU Kota Dumai yang dihadiri oleh masing-masing Kasubbag
Teknis dan Hupmas.
Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis merupakan langkah penting untuk melakukan komunikasi dalam rangka menjelaskan tentang apa yang ingin dicapai oleh adanya kebijakan. Menurut Edward III komunikasi akan
sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi dari suatu kebijakan
9
. Agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik, maka harus ada komunikasi dan koordinasi yang
sempurna diantara berbagai unsur atau badan yang terlibat dalam suatu program. Hood dalam hubungan ini menyatakan bahwa guna mencapai implementasi yang sempurna barangkali diperlukan suatu sistem satuan
adminis trasi tunggal unitary administrative system seperti halnya satuan Tentara yang besar yang hanya memiliki satu satuan komando tanpa kompartementa;isasi atau konflik di dalamnya.
10
Komunikasi yang terjadi antara Komisi Pemilihan Umum sebagai pembuat kebijakan dengan Komisi Pemilihan Umum Provinsi sebagai implementor kebijakan di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau sudah berjalan baik.
7. Edward III, George C. Implementing Public Policy dalam Widodo, Joko, Analisis Kebijakan Publik; Konsep Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik, Banyumedia, Malang; 2010 hal.97
8. Jones, Charles O. Pengantar Kebijakan Publik, Rajawali Press, Jakarta; 1991, hal.320 9. Ibid, hal.150
10. Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implemenbtasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta; 2008, hal.101
774
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Pemilu dan Parlemen 2. Sumberdaya
Edward III mengemukakan bahwa faktor sumberdaya juga mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Bagaimanapun jelas dan konsisten nya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan, serta bagaimanapun
akuratnya penyampai an ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber daya-sumberdaya untuk melakukan
pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan terlaksana dengan efektif.
Sumberdaya sebagaimana dimaksud adalah meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan, sumberdaya peralatan gedung, peralatan, tanah, dan suku cadang lainnya dan kesemuanya diperlukan dalam melaksanakan
kebijakan.
11
Sumberdaya utama dalam mengimplementasikan kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebab kan oleh karena staf yang kurang mencukupi atau kurang memadai dan
kurang kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidaklah cukup, tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan sesuai dengan bidang tugas yang diperlukan kompeten dan kapabel
dalam mengimplemen tasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri. Dalam menjalankan tugas dan fungsi dari Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau sangat memerlukan adanya sumberdaya,
baik sumberdaya manusia, sumberdaya keuangan maupun sumberdaya sarana prasarana kantor.
Dari aspek sumberdaya manusia, sebenarnya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau sudah cukup memadai. Hal ini terlihat dari aspek kompetensi dan pendidikannya semua unsur pimpinan pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Riau minimal berpendidikan S.1 sampai dengan S3, sehingga memudahkan di dalam melaksanakan implementasi kebijakan. Tetapi untuk Sub Bagian Teknis dan Hupmas masih kekurangan staf yang berkompeten dan kapabel.
Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya adalah persoalan anggaran atau pendanaan, bagaimanapun bagusnya komunikasi dan Sumber Daya Manusia yang ada tanpa ada dukungan dana yang memadai, implementasi kebijakan
akan terhambat. Kondisi ini terjadi di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau, keterbatasan anggaran yang tersedia pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara DIPA APBN Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Riau membuat proses penerapan PKPU nomor 1 Tahun 2015 menjadi terhambat.
Sumberdaya memegang peranan penting terhadap keberhasilan implementasi kebijakan. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk
melaksanakannya, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial. Sumberdaya adalah faktor penting untuk
implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di atas kertas menjadi dokumen saja.
12
Sumberdaya manusia dalam implementasi kebijakan disamping harus cukup tetapi juga harus memiliki keahlian dan kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran, perintah dari atasan pimpinan. Oleh karena
itu, sumberdaya manusia harus ada ketetapan dan kelayakan antara jumlah staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang ditanganinya.
13