Unsur-unsur sistem pemilu full proseding JILID 2

845 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen partai politik, bukan kehendak segelintir pengurus. Mareka yang dicalonkan bukan karena faktor kedekatan pribadi seperti istri, anak, saudara, dll, tetapi lebih karena faktor integritas dan kredibelitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh calon tersebut. Untuk keterwakilan 30 perempuan dalam daftar calon yang disusun, di antara tiga calon harus terdapat satu calon perempuan, dan calon perempuan harus mendapat prioritas dibeberapa daerah pemilihan sehingga, perempuan bukan hanya untuk pelengkap dalam daftar calon yang diajukan. Sistem Penyuaraan yang digunakan adalah kategorikal, yaitu dengan memilih satu partai politik, hal ini sesuai dengan pasal 22E ayat 3 UUD 1945 dan, untuk mempermudah pemilih dalam menentukan pilihan dalam bilik suara serta memudahkan badan penyelenggara ad hoc dalam proses penghitungan suara di TPS. Untuk menghasilkan sistem multipartai sederhana seperti yang diinginkan undang-undang, ambang batas legal threshold yang digunakan tetap sama dengan pemilu 2014 yaitu sebesar 3,5 tiga koma setengah persen. Sedangkan, besaran daerah pemilihan yang ditawarkan adalah besaran daerah pemilihan kecil 3-6 kursi perdapil, guna tercipta sistem multi partai sederhana untuk memperkuat lahirnya sistem pemerintahan presidensial yang efektif. Oleh karena itu, penataan besaran daerah pemilihan merupakan sebuah keniscayaan. Dengan menggunakan rumus Lijphart dapat dilihat rasionalitas perkiraan dari hubungan antara besaran distrik dengan ambang batas efektif sebagai berikut : Be saran Dae rah Pe milihan Rumus Te ff: 75 m + 1 Hasil 3 75 3 + 1 = 75 4 18,75 4 75 4 + 1 = 75 5 15 5 75 5 + 1 = 75 6 12,5 6 75 6 + 1 = 75 7 10,7 7 75 7 + 1 = 75 8 9,4 8 75 8 + 1 = 75 9 8,3 9 75 9 + 1 = 75 10 7,5 10 75 10 + 1 = 75 11 6,8 11 75 11 + 1 = 75 12 6,25 12 75 12 + 1 = 75 13 5,76 Sumber: Diolah sendiri atas rumus Lijphart mengenai Ambang Batas Tertinggi Tabe l 1. Perbandingan Ambang Batas Besaran Daerah Pemilihan Dari tabel diatas dapat dilihat apabila besaran daerah pemilihan 3-12, maka akan mempermudah partai politik untuk memperoleh kursi karena jumlah suara minimal partai untuk memperoleh kursi relatif kecil hanya 6,8– 18,75. Sedangkan dengan besaran daerah pemilihan 3-6 maka jumlah suara kursi minimal partai untuk memperoleh kursi jauh lebih tinggi yaitu antara 10,7 s.d. 18,75. Dengan penjelasan dari penerpan rumus Lijphart dapat dilihat bahwa daerah pemilihan yang kecil 3-6 dapat menyederhanakan partai politik yang duduk diparlemen. Untuk formula penghitungan suara menjadi perolehan kursi, metode yang digunakan adalah divisor varian sainte laguewebster dengan penetapan calon terpilih berdasarkan nomor urut calon. Metode saint lague digunakan karena merupakan metode yang paling adil dan proporsional untuk partai besar maupun kecil dan tidak begitu rumit untuk diterapkan. Metode kuota Hare tidak digunakan karena cenderung memperbanyak partai politik dominan di parlemen, sedangkan metode kuota droop dan metode divisor d’Hondt cenderung memperkecil jumlah partai dominan di parlemen. Contoh penerapan terhadap keempat varian tersebut dapat dilihat dalam tabel 2, 3, 4, dan 5. Terdapat 100.000 suara sah yang berasal dari 4 kontestan yaitu A,B,C, dan D untuk memperebutkan 6 kursi di sebuah daerah pemilihan. Perbandingan antara formula penghitungan suara menjadi kursi dapat dilihat ditabel 2 sampai tabel 5. 846 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Partai Suara Pe rse ntase Pe role han Suara Kuota Hare Kursi dari Kuota Pe nuh Sisa Kursi Total Kursi A 42,000 42 2.52 2 2 B 31,000 31 1.86 1 1 2 C 15,000 15 0.90 1 1 D 12,000 12 0.72 1 1 TOTAL 100,000 100

6.00 3

3 6 Tabel 2. Alokasi Kursi Versi Kuota Hare Sumber : Andrew Reynolds dan Arend Lijphart, Bagaimana Mengkonversi Suara Menjadi Kursi, dalam Ace Project, Sistem Pemilu, International IDEA, United Nations dan IFES, Jakarta, 2001, hal 73 Partai Suara Pe rse ntase Pe role han Suara Kuota Droop Kursi dari Kuota Pe nuh Sisa Kursi Total Kursi A 42,000 42 2.94 2 1 3 B 31,000 31 2.17 2 2 C 15,000 15 1.05 1 1 D 12,000 12 0.84 TOTAL 100,000 100 7.00 5 1 6 Tabel 3. Alokasi Kursi Versi Kuota Droop Sumber : Andrew Reynolds dan Arend Lijphart, Bagaimana Mengkoversi Suara Menjadi Kursi, dalam Ace Project, Sistem Pemilu, International IDEA, United Nations dan IFES, Jakarta, 2001, hal 73 A 42,000 42 42,000 1 21,000 3 14,000 6 3 B 31,000 31 31,000 2 15,500 4 10,333 2 C 15,000 15 15,000 5 7,500 1 D 12,000 12 12,000 TOTAL 100,000 100 6 Tabel 4. Alokasi Kursi Versi DHondt Sumber : Andrew Reynolds dan Arend Lijphart, Bagaimana Mengkoversi Suara Menjadi Kursi, dalam Ace Project, Sistem Pemilu, International IDEA, United Nations dan IFES, Jakarta, 2001, hal 73 Partai Suara Total Kursi Alokasi dHondt V1 V2 V3 Pe rse ntase Pe role han Suara A 42,000 42 42,000 1 14,000 4 8,400 2 B 31,000 31 31,000 2 10,333 6 6,200 2 C 15,000 15 15,000 3 5,000 3,000 1 D 12,000 12 12,000 5 1 TOTAL 100,000 100 6 Sumber : Andrew Reynolds dan Arend Lijphart, Bagaimana Mengkoversi Suara Menjadi Kursi, dalam Ace Project, Sistem Pemilu, International IDEA, United Nations dan IFES, Jakarta, 2001, hal 73 Tabel 5. Alokasi Kursi Versi Sainte Lague Partai Partai Suara Total Kursi V1 V2 V3 Alokasi Sainte Lague Pe rse ntase Pe role han Suara Dari keempat contoh formula penghitungan suara, terlihat bahwa metode sainte laguewebster merupakan metode yang paling adil dan proporsional dan memiliki tata cara penghitungan yang tidak begitu rumit dibandingkan dengan metode yang lain. Adapun jumlah kursi legislatif yang diperebutkan sama dengan pemilu 2014 yaitu berjumlah 560 kursi. Untuk menjamin perwakilan dan kesetaraan kekuatan suara di DPR perlu diberlakukan pemerataan pembagian alokasi kursi antara provinsi diwilayah jawa dan provinsi diluar Jawa. Agar perwakilan dan kesetaraan suara sesuai dengan prinsip-prinsip universal. KESIMPULAN Pemilu pada hakekatnya adalah sarana kedaulatan rakyat, sehingga tidak satu pun negara di dunia ini yang mengklaim dirinya sebagai negara demokratis yang tidak menyelenggarakan pemilu. Pemilu dihadirkan sebagai