Pengertian Terorisme dan Radikalisme

900 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Perubahan Sosial, Gerakan Sosial, Multikulturalisme, Konflik, Terorisme, Penegakan Hukum telah menganalisa dan menjelaskan sejumlah langkah yang perlu dilakukan dalam konteks peran serta masyarakat antara lain; 1 proaktif membangun komunikasi, interaksi, dan hubungan dengan unit terkecil masyarakat mulai dari institusi keluarga, sampai lingkungan masyarakat terdekat;2 pemberdayaan kaum muda ke dalam aktifitas positif yang bersifat produktif dan membangun sehingga kaum muda sebagai elemen yang energik dan dinamis dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan lingkungan dan masyarakat melalui berbagai organisasi kepemudaan; dengan mendayagunakan berbagai macam organisasi-organisasi sosial seperti majelis taklim, forum pondok pesantren, sport club, perkumpulan arisan, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga PKK, Komunitas anak muda, Karang Taruna ;3 Melakukan ‘social mapping ‘dan pendataan serta identifikasi terhadap individu atau kelompok masyarakat maupun warganegara asing yang datang dan berpotensi menjadi pelaku teroris seperti orang atau kelompok tertentu yang tinggal sementara di lingkungan yang sifatnya mencurigakan oleh RT dan RW di lingkungan tempat tinggal masyarakat setempat. c. Program Deradikalisasi Terorisme Sebagai Upaya Pemerintah Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme Pasca ledakan bom Bali I di Legian, Bali, Pemerintah RI mengeuarkan Perpu Nomor 1 tahun 2002 tntang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang kemudian diundangkan menjadi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Perppu Nomor 2 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Perppu Nomor 1 tahun 2002 yang diberlakukan terhadap pelaku bom Bali pada 12 Oktober 2002 dan diundangkan menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2002. Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 2010 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Perpres Nomor 46 tahun 2010 tentang Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT dimana Perpres tersebut kemudian diubah dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2012. BNPT merupakan suatu lembaga non-departemen yang disusun oleh Pemerintah RI sebagai bagian dari Kebijakan Nasional Penanggulangan Terorisme di Indonesia. 24 BNPT dalam tugasnya memiliki wewennag untuk menyusun dan membuat kebijakan dan strategi serta menjadi koordinator aparat keamanan TNI-POLRI dalam bidang pencegahan terorisme. Terdapat 5 lima misi dari BNPT antara lain; a melakukan pencegahan terjadinya aksi terorisme; b melakukan deradikalisasi dan melawan propaganda radikal; c melakukan penindakan aksi terorisme melalui penggalangan dan surveillance, dan penegakan hukum melalui koordinasi dan kerjasama dengan institusi terkait, masyarakat dan seluruh komponen bangsa; d melaksanakan pembinaan kemampuan dan kesiapsiagaan nasional terhadap ancaman aksi terorisme;e melaksanakan kerjasama internasional dalam penanggulangan terorisme. 25 Sebagai sebuah badan, BNPT memiliki tugas pokok yang harus dijalankan berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Perpres Nomor 46 Tahun 2010 ,antara lain; 1 menyusun kebijakan , strategi dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme; 2 mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme, ;3 membentuk satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing- masing. 26 Dalam pelaksanaannya, BNPT juga telah membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme FKPT di berbagai daerah di Indoensia. FKPT merupakan salah satu upaya BNPT dalam mencegah terorisme di seluruh wilayah Indoensia. Pembentukan FKPT berutjuan untuk menghimpun dukungan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme dengan berbasiskan penerapan nilai kearifan local dari masing – masing daerah. 27 BNPT sendiri secara struktural bertanggung jawab kepada Presiden melalui visinya yaitu untuk mewujudkan penanggulangan terorisme dan radikalisme melalui upaya sinergi institusi pemerintah dan masyarakat yang meliputi pencegahan, perlindungan, deradikalisasi dan penindakan serta peningkatan kewaspadaan nasional dan kerjasama internasional untuk menjamin terpeliharanya keamanan nasional. 28 Salah satu strategi yang dilakukan oleh BNPT di dalam melaksanakan tugasnya untuk mencegah dan 24. Op.cit., hal. 74 25. Op.cit., hal. 75-76 26. Ibid. 27. Agus, SB., Darurat Terorisme…Op.cit., hal. 75 28. Ibid. 901 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Perubahan Sosial, Gerakan Sosial, Multikulturalisme, Konflik, Terorisme, Penegakan Hukum menanggulangi tindakan terorisme adalah melakukan program deradikalisasi. Deradikalisasi yang berasal dari istilah deradicalization secara etimologis berarti proses atau upaya untuk menghilangkan radikalisme. Menurut International Crisis Group ICG, organisasi multinasional nonpemerintahan nirlama yang berpusat di Brussels, merumuskan definisi deradikalisasi sebagai suatu upaya intuk membujuk teroris dan para pendukungnya untuk meninggalkan penggunaan kekerasan. 29 Istilah deradicalization juga dapat dimaksudkan sebagai suatu upaya agar para teroris mau meninggalkan atau melepaskan aksi terorisme. Sementara itu, pada tahun 2005, Counter Terrorism Implementation Task Force CTITF yang merupakan unit kelompok kerja di bawah naungan PBB dalam upaya menangani keajhatan terorisme global menyatakan bahwa deradicalization adalah suatu kebijakan yang ditujukan kepada orang-orang yang telah terpengaruh paham-paham radikal. Program ini dimaksudkan agar orang-orang tersebut mampu kembali terintegrasi dengan masyarakat atau setidak-tidaknya meredakan niat mereka agar tidak melakukan tindak kejahatan terorisme. 30 Menurut pendapat Agus SB, deradikalisasi adalah bagian dari strategi kontra-terorisme counter-terrorism. Deradikalisasi dipahami sebagai sebuah cara merubah ideologi kelompok teroris secara drastis. Perubahan drastis ini berwujud bukan hanya individu diharapkan terbebas dari tindakan kekerasan, namun juga melepakan diri dari kelompok radikal yang menaungainya selama ini. Dengan kata lain, deradikalisasi ditujukan untuk mengubah seseorang yang semula radikal menjadi tidak lagi radikal termasuk diantaranya menjauhkan mereka dari kelompok radikal tempat mereka bernaung. Program deradikalisasi ini lebih banyak berbentuk “soft approach” baik kepada masyarakat secara luas, kelompok tertentu maupun kepada individu-individu tertentu yang masuk dalam jejaring kelompok radikal. 31 Program deradikalisasi telah dilakukan di berbagai negara dan di Indonesia dilakukan oleh lembaga Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT melalui pendekatan interdisipliner, baik hukum, psikologi agama dan sosial-budaya bagi mereka yang dipengaruhi atau terekspos paham radikalpro-kekerasan. Dalam hal ini mereka termasuk; napi, mantan napi,individu, militant radikal yang pernah terlibat, keluarga, simpatisannya, dan masyarakat umum. Deradikalisasi terorisme diwujudkan dengan program reorientasi motivasi, reedukasi, resosialisasi, serta mengupayakan kesejahteraan sosial dan kesetaraan dengan masyarakat lain bagi mereka yang pernah terlibat terorisme maupun bagi simpatisan sehingga timbul rasa nasionalisme dan mau berpartisipasi sebagai layakya warga negara Indonesia. 32 PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a terorisme merupakan bentuk aksi kejahatan yang menggunakan cara –cara kekerasan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang ditujukan pada sasaran sipil baik masyarakat maupun harta benda kekayaannya untuk tujuan ideologis, politik dan keagamaan; b penegakan hukum terhadap terorisme telah diwujudkan melalui banyaknya konvensi internasional tentang terorisme yang menjadi payung hukum dalam pembentukan Undang-Undang Anti Terorisme yang dimiliki negara-negara di dunia termasuk Indonesia ; c peran pemerintah dalam melaksanakan pencegahan dan penanggulangan terorisme salah satunya adalah dengan melakukan program deradikalisasi kepada pelaku atau kelompok teroris sebagai salah satu upaya “soft approach” dengan tujuan agar pelaku teroris dapat meninggalkan paham radikal dari kelompoknya dan dapat kembali bergabung dengan masyarakat meskipun membutuhkan waktu dan proses yang cukup lama ;c peran masyarakat di dalam mencegah dan menanggulangi terorisme sangat urgen dan begitu besar melalui budaya saling toleransi , saling menghargai dan saling memahami di dalam komunitas masyarakat yang plural majemuk dimana keterlibatan secara aktif masyarakat sipil civil society dapat mempersempit ruang gerak teroris dalam melakukan aksi terorisme. 29. Petrus R. Golose, Op.cit,hal. 62 30. Op.cit., hal. 63 31. Agus SB, Darurat Terorisme,… Op.cit., hal. 174 32. Petrus R.Golose, Op.cit., hal. 63. 902 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Perubahan Sosial, Gerakan Sosial, Multikulturalisme, Konflik, Terorisme, Penegakan Hukum 2. Saran Adapun saran dari penulis antara lain: a penegakan hukum terhadap teroris hendaknya tidak hanya diatur melalui Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme tetapi juga diatur ke dalam Kitab Undang - Undang Hukum Pidana karena hingga saat ini Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP belum mengatur delik terorisme;b demi memenuhi unsur kepastian hukum di Indonesia maka seharusnya dibuat rumusan definisi yang jelas mengenai terorisme di dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2013 agar tidak rancu dan disalahgunakan berbagai pihak;c pelaksanaan program deradikalisasi hingga saat ini belum memiliki payung hukum yang jelas berupa peraturan perundang-undangan sehingga perlu dibuat undang-undang yang mengatur pelaksanaan program deradikalisasi terhadap pelaku atau kelompok teroris demi memenuhi kepastian hukum; d kejahatan terorisme telah menjadi transnational organized crimes dan bahkan merupakan extraordinary crimes oleh karena itu seharusnya Indonesia segera melakukan perjanjian ekstradisi dengan negara-negara lain agar dapat mengadili dan menghukum pelaku atau kelompok teroris di Indonesia sesuai dengan sistem hukum nasional yang diberlakukan; d perlu digalakkan kembali kegiatan bela negara oleh masyarakat di berbagai lini dan sektor sebagai kekuatan sipil bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun non-pemerintah untuk dapat menumbuhkan kembali rasa nasionalisme kebangsaan dan cinta tanah air dalam rangka pencegahan terorisme dan radikalisme;e perlu dimasukan dan dikembangkan pendidikan terorisme kepada generasi muda sejak dini mulai dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar SD sampai dengan Perguruan Tinggi PT agar generasi muda yang saat ini menjadi target atau sasaran empuk penyebaran paham radikal menjadi lebih memahami dan mengerti dampak dan akibat serta bahaya yang ditimbulkan dari kejahatan terorisme dan radikalisme baik terhadap dirinya sendiri, maupun pada lingkungan dan masyarakat di sekitar mereka. DAFTAR KEPUSTAKAAN A.C., Manullang 2006. Terorisme dan Perang Intelijen ; Behauptung Ohne Beweis Dugaan Tanpa Bukti, Manna-Zaitun, Jakarta. Agus,S.B. 2014. Darurat Terorisme Kebijakan Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Daulat Press, Jakarta. Agus, S.B. 2016. Deradikalisasi Nusantara, Daulat Press, Jakarta. Ali Mahsyar 2009. Gaya Indonesia Menghadang Terorisme; Sebuah Kritik Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Terorisme, Mandar Maju, Bandung. Fajar Purwawidada 2014. Jaringan Baru Teroris Solo, Gramedia Pustaka, Jakarta. Indriyanto Seno Adjie 2009. Humanisme dan Pembaruan Penegakan Hukum, Buku Kompas, Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bala Pustaka , Edisi Ke-2, Jakarta. King Faisal Sulaiman 2007. Who Is The Real Terrorist Menguak Mitos Kejahatan Terorisme, Elmatera Publishing, Yogjakarta. Mahrus Ali 2012. Hukum Pidana Terorisme Teori dan Praktik, Gramata Publishing,Jakarta. Mardenis 2011. Pemberantasan Terorisme, Politik Internasional dan Politik HukumNasional Indonesia, Rajawali Pers, Edisi ke-1, Jakarta. Moch., Faisal Salam 2005. Motivasi Tindakan Terorisme, Mandar Maju, Bandung. M. Riza Sihbudi 2006. Dimensi Internasional Terorisme, dalam buku Terorisme di Tengah Arus Global Demokrasi, Spectrum, Jakarta. Petrus Reinhard Golose 2009. Deradikalisasi Terorisme Humanis, Soul Approach, dan Menyentuh Akar Rumput,Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian YKIK, Jakarta. 903 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Perubahan Sosial, Gerakan Sosial, Multikulturalisme, Konflik, Terorisme, Penegakan Hukum R. Wiyono 2014. Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Sinar Grafika, Jakarta Schmid and Jongman 1888. Political Terrorism, Transaction Publishers. Sukawarsini Djelantik 2010. Terorisme Tinjauan Psikopolitis, Peran Media, Kemiskinan dan Keamanan Nasional, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta