Good Governance Prinsip-Prinsip Good Governance

PEMILU DAN PARLEMEN 768 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen IMPLEMENTASI PKPU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KPU STUDI KPU PROVINSI RIAU Dewi Silvia Ariani Mahasiswa Tata Kelola Pemilu FISIP UNAND Email: dewisilviaarianiyahoo.com A b s t r a k Terlaksananya pemilihan umum secara baik, langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkesinambungan perlu diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Salah satu peraturan yang mengatur tentang pedoman penyelenggaraan kegiatan pada Komisi Pemilihan Umum adalah PKPU Nomor 1 tahun 2015 tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan KPU.Penelitian ini membahas tentang penerapan PKPU nomor 1 tahun 2015 tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan KPU Provinsi Riau. Tujuan penelitian untuk mengetahui implementasi Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan KPU Provinsi Riau. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan konsep implementasi kebijakan George C.Edward III yang menyatakan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu; a komunikasi, b sumberdaya, c disposisi atau sikap, dan d struktur birokrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peraturan KPU Nomor 1 tahun 2015 di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau belum terimplementasi secara menyeluruh, hal ini disebabkan oleh adanya; komunikasi; komunikasi antara pembuat kebijakan dengan implementor sudah berjalan baik ,terutama komunikasi sosialisasi oleh pembuat kebijakan terhadap implementor khususnya anggota komisioner maksimal dilaksanakan, sumberdaya; sumberdaya yang ada kurang profesional dibidangnya, dan sumberdaya finansial sangat minim sehingga kegiatan operasional berjalan seadanya saja, disposisisikap; sikap dari pelaksana atau implementor cukup mendukung terhadap kebijakan, struktur birokrasi; dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya implementor sudah menggunakan SOTK Struktur Organisasi Tata Kerja dan saling berkoordinasi Keywords : Implementasi,informasi publik. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat sebagaimana ditegaskan pada alinea IV pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kedaulatan rakyat dapat terpelihara secara baik dan berkesinambungan apabila ditata dan diatur oleh suatu pemerintahan yang baik good governance yang dihasilkan melalui pemilihan umum. Pemilihan umum merupakan prosedur dan mekanisme pendelegasian kedaulatan rakyat kepada penyelenggara negara legislatif, eksekutif, dan yudikatif, yang mana selama ini sebelum era reformasi dilaksanakan oleh Lembaga Pemilihan Umum Departemen Dalam Negeri, dan semenjak era reformasi pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu lembaga independen yaitu Komisi Pemilihan Umum yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 22E ayat 5 bahwa Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Terlaksananya pemilihan umum secara baik, langsung, umum, bebas dan rahasia maka Komisi Pemilihan Umum dibantu oleh pemerintah dalam hal anggaran biaya, fasilitas operasional kegiatan dan tenaga administrasi sekretariat. Ketentuan Pasal 5 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum menyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya dibantu oleh Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota. Salah satu peraturan yang mengatur tentang pedoman penyelenggaraan kegiatan pada Komisi Pemilihan Umum adalah Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 tahun 2015 tentang pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan KPU. Informasi merupakan keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan. Baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar 769 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen dan dibaca yang disajikan dalam berbkgai kemasan dan format sesuai degan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik maupun non elektronik. 1 Hak memperoleh informasi adalah hak asasi manuasi dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri Negara demokrasi yang menjunjung tinngi kedaulatan rakyat. Dengan informasi pula seseorang dapat menyampaikan pendapat atau aspirasinya kepada orang lain dengan benar dan tepat karena sebelum mengutarakan sesuatu hendaknya seseorang itu mengetahui apa yang akan disampaikan maka ini adalah peran dari informasi. Pasal 28 F, dan 28 j ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan informasi adalah hak asasi manusia dan keterbukaan informasi merupakan salah satu ciri negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk penyelenggaraan negara yang baik. Pasal 28 j ayat 1 berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasal 28 F UUD 1945 berbunyi: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Komisi Pemilihan Umum KPU sebagai salah satu badan publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik juga diatur dalam Peraturan KPU nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi publik di Lingkungan KPU berkewajiban menyediakan, memberikan danatau menerbitkan informasi Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada pemohon informasi publik. Dan memberikan informasi yang akurat, benar dan tidak menyesatkan. Terlepas dari keterbukaan juga diatur batasan-batasan dalam mengakses informasi publik. Tidak semua informasi di badan publik dapat di akses oleh publik yakni dijelaskan dalam pasal 17 UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sebelumnya juga dijelaskan dalam pasal 3 yakni ada kerahasiaan informasi yang memang dikecualikan. Pasal 3 ayat 4 berbunyi : Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan UndangUndang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan seksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi, selanjut nya disingkat PPID, adalah pejabat yang bertanggungjawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan atau layanan informasi di KPU, KPU ProvinsiKIP Aceh dan KPUKIP KabupatenKota. 2 KPU Provinsi Riau telah membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi PPID berdasarkan Surat keputusan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau Nomor 22.1KptsKPU-Prov-004Tahun 2016 tanggal 5 Januari 2016 Tentang Penunjukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di lingkungan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau. PPID KPU Provinsi Riau yang bertugas menyediakan, menerbitkan dan melayani permintaan informasi publik yang menjadi kewenangan KPU Provinsi Riau. Kenyataan di lapangan sampai saat ini implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Informasi publik di Lingkungan KPU masih belum terimplementasi secara maksimal. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Implementasi Kebijakan Publik Model George C Edward III

Model implementasi kebijakan berspektif top down dikembangkan oleh George C. Edward III dan menamakan model implementasi kebijakan publik dengan Direct and Inderect Impact on Implementation. Dalam 1. Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum, KPU, Jakarta; 2015 hal 3 2. Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum, KPu, Jakarta; 2015 hal 4 770 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen pendekatan ini terdapat empat faktor yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu: 1 komunikasi; 2 sumberdaya; 3 disposisi; dan 4 struktur birokrasi 3 . 1 Komunikasi Faktor pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan, menurut George C. Edward III, adalah komunikasi. Komunikasi , menurutnya lebih lanjut, sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalana bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus ditransmisikan atau dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat dan konsisten. Komunikasi atau pentransmisian informasi diperlukan agar para pembuat keputusan dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai atau digunakan dalam mengukur keberhasilan faktor komunikasi tersebut diatas, yaitu : 1 Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian miskomunikasi, hal tersebut disebabkan karena komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi ditengah jalan. 2 Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan street level bureuacrats haruslah jelas dan tidak membingungkan tidak ambigúmendua. Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu mengahalangi implementasi, pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tataran yang lain tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan. 3 Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas untuk diterapkan atau dijalankan. Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. 2 Sumber Daya Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi kebijakan adalah sumberdaya. Sumberdaya merupakan hal penting lainnya, menurut George C. Edward III, dalam mengimplementasikan kebijakan. Indikator sumber-sumberdaya terdiri dari beberapa elemen, yaitu: 1 Staf, sumberdaya utama dalam mengimplementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan jumlah staf dan implementor saja tidak mencukupi, tetapi diperlukan pula kecukupan staf dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan kompeten dan kapabel dalam mengimplementasikan kebijakan atau melaksanakan tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri. 2 Informasi, dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara melaksakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi perintah yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut penuh terhadap hukum. 3 Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor di mata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi dalam konteks yang lain, ketika 3. Agustino, Leo. Dasar-dasar Kebijakan Publik, Bandung, 2008 hal.149-154 771 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen wewenang formal tersebut ada maka sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak efetivitas kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan, tetapi disisi lain efektivitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingan sendiri atau demi kepentingan kelompoknya. 4 Fasilitas; fasilitas fisik yang merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung sarana dan prasarana maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 3 Sikap atau Disposisi Faktor ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik, bagi George C. Edward III adalah disposisi. Diposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermati pada faktor disposisi, menurut George C. Edward III adalah: a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu pemilihan dan pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang- orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada kepentingan warga. b. Insentif; Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Oleh karena itu pada umumnya orang bertindak menurut kepentingan sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi self interest atau organisasi.

4 Struktur Birokrasi

Faktor keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik menurut Edward III adalah struktur birokrasi. Meskipun semua sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana kebijakan mengetahui tentang apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi secara baik disebabkan adanya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang akan dilaksanakan, maka hal ini akan menyebabkan sumberdaya-sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus mendukung terhadap kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik. Dua karakteristik menurut Edward III, yang dapat mendongkrak kinerja struktur birokrasiorganisasi ke arah yang lebih baik yaitu; 1 melakukan Standar Operating Prosedures SOP; dan 2 melaksanakan Fragmentasi. SOP adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai pelaksana kebijakanadministratorbirokrat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan standar minimum yang dibutuhkan warga. Sedangkan pelaksanaan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja.

2. Tinjauan Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Keterbukaan informasi publik merupakan sebuah jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait dengan penyelengaraan negara. Hak memperoleh informasi adalah hak asasi manuasi dan keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri Negara demokrasi yang menjunjung tinngi kedaulatan rakyat. Dengan 772 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen informasi pula seseorang dapat menyampaikan pendapat atau aspirasinya kepada orang lain dengan benar dan tepat karena sebelum mengutarakan sesuatu hendaknya seseorang itu mengetahui apa yang akan disampaikan maka ini adalah peran dari informasi. Pasal 28 F, dan 28 j ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan informasi adalah hak asasi manusia dan keterbukaan informasi merupakan salah satu ciri negara demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk penyelenggaraan negara yang baik. Pasal 28 j ayat 1 berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pasal 28 F UUD 1945 berbunyi: Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kualitatif, sedangkan menurut sifatnya adalah kualitatif deskriptif. 4 Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang memberikan gambaran fenomena yang diamati dengan lebih detail 5 Disamping itu menurut Subyantoro, A dan Suwarto, FX, dalam Arikunto, Suharsi mi menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan membuat pencandraan atau lukisan atau deskripsi mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu populasi atau daerah tertentu secara sistematik, faktual dan teliti 6 . Jenis penelitian ini juga akan mampu mengungkapkan informasi yang penuh nuansa serta mampu memberikan gambaran-gambaran realitas sosial sebagaimana adanya secara utuh.

2. Obyek Penelitian

Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah Implementasi Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi publik di Lingkungan KPU.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau Jalan Gajah Mada Nomor 200 Pekanbaru. Alasan yang mendorong dipilihnya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau adalah dimana Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau merupakan sentral informasi dan koordinator dari dua belas Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota yang ada di Provinsi Riau. PEMBAHASAN Menurut George C.Edward III implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu ; 1 communication, 2 resources, 3 dispositions or attitudes, adn 4 bureaucratic structure. Implementasi kebijakan dapat bekerja efektif jika mendapat dukungan staf yang memadai di satu sisi, sedangkan disisi lain menunjukkan bahwa kebijakan tidak efektif jika staf atau personil tidak mendukung terhadap pekerjaan tersebut. Untuk mengelaborasi dan menelaah faktor-faktor yang menentukan proses implementasi kebijakan pelaksanaan Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau, berikut dijelaskan dari hasil pengamatan lapangan, wawancara dengan nara sumber informan, dan telaahan dokumentasi di lokasi penelitian berdasarkan pendapat George C Edward III. 4. Bugin, Burhan. Penelitian Kualittatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya, Prenada Media Group; Jakarta, 2009, hal.68 5. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, PT.Bina Aksara, Jakarta;1987, hal.32 6. Subyantoro, A et.al, Metode Teknik Penelitian Sosial, Yogyakarta, Andi Yogyakarta, 2006, hal.28 773 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen 1. Komunikasi Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyam paian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan policy maker kepada pelaksana kebijakan policy Implementor. Informasi kebijakan publik perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mengetahui, memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran target groups kebijakan agar para pelaku kebijakan dapat mempersiapkan dengan benar tentang apa yang harus dipersiapkan dan dilakukan untuk melaksanakan kebijakan publik agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. 7 Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan, kebijakan dan peraturan harus ditransmisikan atau dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Komunikasi merupakan hal yang sangat menentukan terhadap keberhasilan Suatu kebijakan, baik itu komunikasi antara implementor dengan policy maker pembuat kebijakan, maupun antara implementor dengan target atau sasaran dari kebijakan tersebut. Kebijakan harus dikomunikasikan secara tepat akurat dan konsisten. Kebutuhan utama bagi keefektifan pelaksanaan kebijakan adalah bahwa mereka yang menerapkan keputusan tersebut haruslah tahu tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, jika kebijakan itu ingin dilaksanakan dengan tepat maka arahan serta petunjuk pelaksanaan tidak hanya diterima tetapi juga harus jelas, dan apabila hal ini tidak jelas para pelaksana akan kebingungan tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, dan pada akhirnya mereka akan mempunyai kebijakan tersendiri dalam memandang penerapan kebijakan tersebut. Yang mana pandangan ini seringkali berbeda dengan pandangan atasan mereka. 8 Pengkomunikasian Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2015 oleh Komisi Pemilihan Umum dilakukan melalui tahap sosialisasi, tahap penerapan dan tahap evaluasi dengan mengikuti Rapat Evaluasi Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik yang bertempat di Kantor KPU RI pada tanggal 22 -23 Maret 2016 yang dihadiri oleh Divisi Sosialisasi yang didampingi oleh Kasubbag Teknis dan Hupmas sesuai dengan surat nomor 66UND-KPUIII2016. Pada tanggal 20-21 April 2016, KPU Provinsi Riau mengadakan Bimbingan Teknis Pengelolaan dan Pelayanan Infomasi Publik di Lingkungan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau. Bimtek ini dihadiri oleh 5 perwakilan kabupatenkota se-Provinsi Riau yaitu KPU Kabupaten Siak, KPU Kabupaten Pelalawan, KPU Kabupaten Kampar, Kpu Kota Pekanbaru dan KPU Kota Dumai yang dihadiri oleh masing-masing Kasubbag Teknis dan Hupmas. Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis merupakan langkah penting untuk melakukan komunikasi dalam rangka menjelaskan tentang apa yang ingin dicapai oleh adanya kebijakan. Menurut Edward III komunikasi akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi dari suatu kebijakan 9 . Agar implementasi suatu kebijakan berjalan dengan baik, maka harus ada komunikasi dan koordinasi yang sempurna diantara berbagai unsur atau badan yang terlibat dalam suatu program. Hood dalam hubungan ini menyatakan bahwa guna mencapai implementasi yang sempurna barangkali diperlukan suatu sistem satuan adminis trasi tunggal unitary administrative system seperti halnya satuan Tentara yang besar yang hanya memiliki satu satuan komando tanpa kompartementa;isasi atau konflik di dalamnya. 10 Komunikasi yang terjadi antara Komisi Pemilihan Umum sebagai pembuat kebijakan dengan Komisi Pemilihan Umum Provinsi sebagai implementor kebijakan di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau sudah berjalan baik. 7. Edward III, George C. Implementing Public Policy dalam Widodo, Joko, Analisis Kebijakan Publik; Konsep Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik, Banyumedia, Malang; 2010 hal.97 8. Jones, Charles O. Pengantar Kebijakan Publik, Rajawali Press, Jakarta; 1991, hal.320 9. Ibid, hal.150 10. Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijaksanaan; Dari Formulasi ke Implemenbtasi Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara, Jakarta; 2008, hal.101