Standar Internasional Penyelenggaraa Pemilu

864 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen 2. Mandat untuk menyelenggarakan pemilu harus dinyatakan dalam konstitusi, termasuk metode untuk melakukan pemilu, pendidikan bagi pemilih, pendaftaran partai dan calon, pembuatan kebijakan pemilu, prosedur pemilu, dan cara menyelesaikan perselisihan pemilu; Kontitusi mengatur bahwa pemilu nasional dilaksanakan 5tahun sekali, dan dilaksanakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri Bab VIIB tentang Pemilihan Umum, Pasal 22E Ayat 1 sampai 6 3. Keanggotaan yang non partisan, diangkat kepala negara dan mendapat persetujuan parlemen; Diangkat oleh Presiden setelah melalui seleksi terbuka oleh tim seleksi dan uji kelayakan dan kepatutan di DPR, calon komisioner berasal dari unsur profesional dan non partisant UU Nomor 15 Tahun 2011 4. Agensi pemilu memiliki pendanaan yang layak, memiliki anggaran sendiri untuk merancang kebutuhan dan pengadaan barang melalui lelang yang fleksibel yang berbeda dengan birokrasi pemerintah; KPU dan Bawaslu mendapatkan anggaran dari APBN dengan pertanggungjawaban kepada pemerintah. Proses pengadaan barang tetap tunduk pada aturan pemerintah UU Nomor 15 Tahun 2011 5. Adanya landasan hukum yang memungkinan agensi pemilu memobilisasi aparat staf dan sumber-sumber lain untuk mendukung penyelenggaraan pemilu. KPU dan Bawaslu didukung oleh Sekretariat Jenderal yang berisi unsur PNS dan Pegawai Tidak Tetap UU Nomor 15 Tahun 2011 Berdasarkan perbandingan diatas, dapat dilihat bahwa badan penyelenggara telah memiliki mandat konstitusi dan diisi oleh unsur profesional dan non partisant. Profesional dijabarkan dalam persyaratan menjadi calon komisioner yaitu mempunyai integritas, memiliki pengetahuan dan keahlian yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu, bersedia bekerja penuh waktu. Non partisant diuraikan bahwa harus bebas dari keanggotaan partai politik, jabatan politik, jabatan di pemerintahan, dan Badan Usaha Milik NegaraBadan Usaha Milik Daerah. EMB Indonesia juga memiliki jaminan pendanaan yang bersumber dari keuangan negara APBN dan didukung oleh sekretariat jenderal dalam membantu melaksanakan tugas administrasi dan birokrasi pemilu. Dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum bahwa penyelenggaraan pemilu di Indonesia telah sesuai dengan standar internasional penyelenggaraan pemilu. Selanjutnya Prinsip utama EMB dalam menyelenggarakan pemilu berdasarkan standar IDEA menyatakan bahwa lembaga penyelenggara pemilu harus mempunyai prinsip filosofis dan normatif yaitu : Independen, Imparsialitas, Integritas, Transparansi, Efisiensi, Profesionalisme, dan Mengutamakan Pelayanan service- mindedness. Jika dibandingkan, prinsip ini sudah diakomodir menjadi azaz yang menjadi pedomana dalam pelaksanaan pemilu Indonesia yaitu : Mandiri, jujur, adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas. 142 Dalam menjaga integritas penyelenggara pemilu, DKPP menyusun serangkaian kode etik yang diturunkan dari azas penyelenggaraan pemilu. DKPP bertugas menerima pengaduanlaporan dugaan adanya pelanggaran kode etik, melakukan pemeriksaan, dan menatapkan putusan serta menyampaikannya kepada para pihak untuk ditindaklanjuti. 143 Sanksi yang dapat diberikan adalah adalah teguran tertulis, pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap. Fungsi DKPP yang menegakkan etika dengan sistem peradilan etika ini merupakan peradilan etika penyelenggara pemilu pertama didunia. Lazimnya penyelesaian dugaan pelanggaran etika di beberapa lembaga diperiksa secara tertutup. Peradilan etika secara terbuka oleh DKPP dianggap lebih transparan dan memiliki kepastian hukum dalam tujuannya menjaga penyelenggaraan pemilu yang berintegritas.

2. Model Badan Penyelenggara Pemilu

Dalam Survey of Electoral Management yang dilakukan IDEA Tahun 2014 terhadap 217 Negara, Indonesia diklasifikasikan sebagai negara yang mempunyai badan penyelenggara independent model. IDEA merumuskan bahwa model penyelenggara independen ini diisi oleh anggota yang diseleksi dan dipilih secara terbuka yang melibatkan masyarakat. Prinsip independen diartikan bahwa keberadaan komisioner penyelenggara pemilu tidak berada dibawah suatu lembaga, dan orang-orang yang menjadi komisioner tidak partisan atau tidak mewakili kepentingan partai atau kandidat tertentu. Penyelenggara pemilu independen diseleksi oleh panitia seleksi yang 142. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu 143. Nur Hidayat Sardini, op cit 21 865 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen ditetapkan oleh pemerintah namun memiliki kemandirian dalam menentukan metode seleksi dan membuat keputusan hasil seleksi calon penyelenggara pemilu. Berdasarkan kriteria diatas maka penyelenggara pemilu Indonesia dapat digolongkan sebagai independent model. Tipologi EMB oleh IDEA ini sangat berguna dalam kajian EMB dan diterima secara luas di beberapa negara. Namun secara konstruksi ilmiah, tipologi ini mempunyai resiko dalam melakukan simplifikasi terhadap keragaman dan prakeknya di banyak negara di dunia. 144 Dalam prakteknya banyak negara yang mendesain EMB yang independen sesuai dengan konstruksi nasional masing-masing dan memiliki keunikan dan ciri khas masing-masing. Walaupun di telah diklasifikasikan independen oleh teori ini, masih diperlukan kajian untuk melihat lebih dalam lagi. Seperti yang ada di Indonesia, EMB Indonesia dipengaruhi oleh proses transformasi yang dilatar belakangi oleh kondisi geografis, karakter demografis, sistem politik, sistem hukum, budaya politik, kemampuan ekonomi serta sistim pemilu dan kepartaian. 145 Masyarakat juga memiliki tutuntan yang tinggi untuk memiliki penyelenggara pemilu yang profesional independen dan berintegritas. Hal ini disebabkan oleh trauma masa lalu terhadap penyelenggara pemilu di era orde baru yang identik sebagai alat kekuasaan untuk melegitimasi kekuasaannya. Proses reformasi dan demokratisasi juga membuat masyarakat semakin kritis. Pada awalnya KPU diisi oleh unsur independen, partai politik dan pemerintah. Di pemilu selanjutnya mulai dibersihkan dari unsur partai politik dan pemerintah. Dari pengalaman pemilu ke pemilu, KPU kemudian tidak dibiarkan menjadi penyelenggara tunggal, pengawas pemilu dipermanenkan dan dijadikan kesatuan fungsi penyelenggara pemilu dengan KPU. Di dunia hanya ada 3 negara yang memiliki lembaga formal pengawas pemilu, yaitu Zimbabwe, Mauritania dan Indonesia. 146 Zimbabwe kemudian membubarkan lembaga tersebut dan mengembaikan fungsi pengawasan ke masyarakat. Mauritania baru memiliki lembaga ini pada tahun 2000 sebagai tuntutan masyarakat karena berkuasanya pemerintahan junta militer pasca berhasilnya kudeta militer. Tidak cukup dengan melembagakan KPU dan Bawaslu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggara pemilu, DKPP kemudian di bentuk sebagai penyempurnaan Dewan Kehormatan untuk menegakkan etika penyelenggara pemilu. Penyelesaian pelanggaran etika yang sebelumnya dilakukan secara tertutup, sekarang dilakukan dalam persidangan terbuka agar lebih transparan dan berkekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan kuatnya tuntutan penyelenggara pemilu yang tidak hanya profesional dan mandiri tetapi juga berintegritas. Fungsi persidangan etika untuk penyelenggara pemilu ini merupakan yang pertama di dunia. Pada tahun 2014, DKPP menerima 879 pengaduan perkara, 546 dissmisal dan 333 persidangan. Hasilnya 661 di rehabilitasi karena tidak terbukti melanggar etika, 308 teguran tertulis, 5 pemberhentian sementara dan 187 pemberhentian tetap. KPU KPU Pusat, KPU Provinsi, KPU Kabupaten Kota, Panitia Ad Hoc Tingkat Kecamatan, Desa, TPS BAWASLU Bawaslu Pusat, Bawaslu Provinsi, Panitia Ad hoc Tingkat KabupatenKota. Kecamatan, Desa, TPS DKPP DKPP Pusat, Tim Pemeriksa Daerah EMB INDONESIA Selain Komisioner dari unsur profesinonal dan non partisant, KPU juga dibantu oleh Sekretariat Jenderal untuk mendukung kelancaran tugas dan wewenang KPU dalam bidang administrasi dan birokrasi pemilu. Sekretariat Jenderal ini bersifat hierarkhis dari pusat, provinsi sampai kabupatenkota dan berada dalam satu manajemen kepegawaian. Kesekretariatan ini diisi oleh unsur pegawai negari sipil dan pegawai tidak tetap. Sekretariat bertugas dalam membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu; memberikan dukungan teknis administratif; membantu pelaksanaan tugas KPU dalam menyelenggarakan Pemilu; membantu perumusan 144. Ali Diabacte 145. Valina Singka Subekti, op cit 41 146. Ramlan Surbakti dan Hari Fitrianto, Transformasi Bawaslu dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengawasan Pemilu, 2015, Jakarta, Kemitraan, hal 15