Regulasi Dana Kampanye dalam Aturan Perundangan Pemilu Indonesia

794 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Tabel 1: Dana Kampanye Pasangan Calon Pemilihan Gubernur Sumbar 2010 Item Fauzi Bahar

Y. Dahlan I Prayitno -

M.Kasim E. Irzal - Asrul yukur: M. Rahman-

A. Munandar: Ediwarman-

Husni Hadi: Pengeluaran 6.120.050.000 5.033.606.500 2.989.468.035 2.049.581.278 1.534.026.105 Sumber: KPU Provinsi Sumatera Barat Tabel 2: Dana Kampanye Pasangan Calon Pemilihan Gubernur Sumbar 2015 Item Fauzi Bahar-M.Kasim I Prayitno -Nasrul A Pengeluaran 6.982.701.218 7.007.542.500 Sumber: KPU Provinsi Sumatera Barat Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat pada Pilkada Gubernur Sumatera Barat yang dilakukan pada Desember 2015 yang lalu melalui koordinasi dengan Tim sukses dan pasangan calon menghasilkan keputusan bahwa batasan pengeluaran Dana Kampanye adalah sebesar Rp 15.006.550.000. Satu sisi hal ini adalah sebuah kemajuan besar karena sudah ada aturan untuk pembatasan yang dilakukan dengan kesepakatan bersama, akan tetapi dari sisi nominal, ketika ditelisik lebih dalam, efisiensi dan efektifitas dari pembiayaan bentuk kampanye oleh APBD, ternyata ditemukan ketidaksingkronan ralisasi dengan amanah UU. Jika pada Pilkada 2010 yang keseluruhan model kampanye dibiayai sendiri, maka realisasi Dana Kampanye berada diangka rata-rata 5 M. Agak cukup janggal jika pada Pilkada 2015 yang sebagian besar model kampanye Pilkada sudah dibiayai APBD, akan tetapi pembatasan pengeluaran Dana Kampanye disetting pada angka yang sangat tinggi yaitu 15 M. Agar pembatasan dana kampanye bisa menjadi efektif efisien, dan bisa menjadi sistem yang mengatur lajunya pembelanjaan Dana Kampanye, maka diperlukan formula yang lebih jitu sehingga bisa menghasilkan nominal pembatasan Pengeluaran Dana Kampanye yang lebih mendekati realisasi, baik dari sisi history ataupun dari sisi konten. Untuk itu penulis menyarankan dilakukan juga hitung-hitungan dari sisi ekonomi yang melibatkan para ekonom. Kemudian beberapa hal krusial yang jumlah nya signifikan akan tetapi belum dibahas dalam aturan dana kampanye pemilukada adalah mengenai biaya saksi dan biaya pencalonan oleh calon kepala daerahkontestan yang harus menyetorkan sejumlah uang kepada partai politik. Diakui oleh partai politik dan calon kepala daerah bahwa ada sejumlah biaya yang harus disetorkan kepada partai politik oleh calon kandidat kepala daerah yang mendaftarkan dirinya ke partai politik untuk mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Ada yang menyebut biaya tersebut sebagai biaya administrasi, biaya pembelian formulir, atau biaya perahu 30 . Nominal jumlah yang harus disetorkan dalam biaya pencalonan adalah bervariasi, mulai dari puluhan juta hingga ratusan juta bahkan miliaran, tergantung pada kebijakan partai politik masing-masing, semakin besar partai politik dan semakin kuat basis suara partai. Kondisi seperti ini menjadikan biaya politik sangat mahal dan cenderung berpotensi untuk terjadi kecurangan dan praktek politik uang.

3. Persyaratan Pelaporan dan Pengungkapan Pelaporan Dana Kampanye

Masalah umum yang ditemui dalam pelaporan Dana Kampanye ini adalah, bahwa kontestanpartai politik tidak siap dalam pengelolaan laporan dana kampanye. Dana kampanye ternyata tidak dikelola layaknya sebuah pendanaan profesional yang butuh tenaga profesionalberpengalaman untuk mengelolanya. Hampir secara umum ditemui bahwa yang membuat laporan Dana Kampanye tidak mempunyai pengalaman dan keilmuan tentang keuangan, walaupun KPU dalam peraturan nya sudah memberikan rekomendasi untuk menggunakan staf khusus yang mempunyai pengalaman dibidang akuntansi. Selain masalah keabsahan dana yang didapat, dan penggunaan secara benar untuk pembiayaan, ternyata laporan dana kampanye menjadi momok yang menakutkan dan dianggap memberatkan. Hal ini semakin memperburuk kualitas laporan yang akan dihasilkan, baik secara substansi laporan ataupun administrasi pencatatan. Disisi lain ini menjadi peluang bagi KPU untuk bisa mensederhanakan format laporan Dana kampanye namun substansi laporan tetap terpenuhi 30 Wulandari, Lia. Dana Kampanye Pemilu di Indonesia: Isu Krusial yang Cenderung Terabaikan. Jurnal Pemilu Demokrasi, edisi 3: 55-78 795 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Pengaturan dana kampanye harus menegaskan bahwa partai politik, calon dan organisasi yang berhubungan dengan partai politik dan calon, wajib membuat catatan pembukuan keuangan. Pencatatan sumber-sumber dana yang diterima oleh partai harus dibuat secara jelas termasuk jumlah dan identitas penyumbang di atas jumlah tertentu. Partai juga diwajibkan untuk menyerahkan laporan dana kampanye sebelum, selama dan setelah pemilu, dan mengumumkannya kepada publik mengenai jumlah dan identitas penyumbang tersebut. 31 Akan tetapi hasil penelitian yang dilakukan KPK memberikan catatan berbeda tentang Ketaatan dan Kejujuran Cakada dalam Pelaporan sebagai barikut: 1. Pengeluaran aktual Pilkada lebih besar dari Harta Kekayaan pada LHKPN, Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye LPPDK, dan Laporan Penerimaan Sumbangan Dana Kampanye LPSDK 2. Tingkat kepatuhan pelaporan rendah dan isi laporan dimungkinkan tidak jujur dan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya, 3. Tidak efektifnya sebagian besar Peraturan mengenai Pilkada terutama terkait Pendanaan Undang-undang maupun Peraturan KPU dalam hal kepatuhan, akurasi maupun penegakan sanksi 32 Ketidakmampuan kontestan mengelola dana kampanye ini mengisaratkan ketidakmampuan manajerial secara umum, bagaimana seseorang akan bisa mengelola daerah dengan anggaran sedemikian besar dan komplek, jika untuk mengelola sebuah keuangan yang bersifat even saja mereka tidak sukses. Buruk nya pengelolaan laporan dana kampanye ini bisa jadi karena sterotip yang berlaku selama ini, bahwa pelaporan dana kampanye bukanlah hal yang krusial. 33 Hal ini sejalan pula dengan hasil penelitian yang dilakukan Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat JPPR yang melakukan pemantauan dana kampanye pada Desember 2015 yang lalu. Penelitian JPPR menemukan bahwa penyusunan laporan LPPDK oleh pasangan calon tidak disiapkan jauh-jauh hari. Pasangan calon lebih memilih untuk menyusun laporan setelah seluruh kegiatan kampanye selesai daripada menyusun laporan dana kampanye secara bertahap dan berkelanjutan. 34 untuk itu diperlukan adanya aturan yang tegas yang akan mengarahkan kontestan secara berkala dan konsisten menyusun laporan dana kampanye dan melaporkan sesuai dengan periode yang telah ditetapkan 35 . Selain itu, fungsi laporan berkala ini adalah untuk mencegah tampilnya pasangan calon yang tidak bertanggungjawab: tidak membuat laporan dana kampanye karena tidak terpilih. Sebagaimana diketahui, dalam pilkada-pilkada sebelumnya sebagian besar pasangan calon yang kalah bersaing tidak membuat laporan dana kampanye. Keterbukaan Satu lagi persoalan krusial yang seringkali diabaikan selama ini adalah disclosure regulation atau ketentuan untuk mengumumkan hasil laporan dana kampanye atau membuka akses bagi masyarakat untuk mengetahui informasi tersebut. Masalah dana kampanye adalah persoalan sensitif bagi partai politik dan calon legislatif, banyak di antaranya yang berpendapat bahwa dana kampanya adalah masalah dapur masing-masing yang tidak perlu dicampuri dan diatur secara ketat atau masyarakat tidak perlu tahu. Padahal, salah satu hak rakyat untuk mendapatkan informasi yang jelas mengenai dana kampanye terutama sumber pendanaan serta penggunaannya. Keterbukaan informasi dana kampanye, menuntut kedua belah pihak untuk transparan. Baik KPU sebagai penyelenggara ataupun calon sebagai peserta. Menurut Donal, berkaca pada Pilkada 2015, KPU tidak mempunyai standar dalam penyebarluasan informasi soal laporan dana kampanye. Pada Pilkada 2015, hanya sebagian KPU darah yang membuka data tersebut, Donal mengatakan selama ini selalu saja ada manipulasi dalam penerimaan 31. Didik Supriyanto Editor, Lia Wulandari, Armanda Pransiska, Dan Catherine Natalia. “Dana Kampanye Pilkada 32. Komisi Pemilihan Umum. 2016. “Studi Potensi Benturan Kepentingan dalam Pendanaan Pilkada” Jakarta. 33. Seknas Fitra. Naskah Rekomendasi: Kebijakan Anggaran Pemilihan Umum Kepala Daerah, Efisien dan Demokratis. Jakarta: Seknas Fitra, 2011. 34. Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat JPPR, Persoalan Dana Kampanye 2015, hasil pemantauan dana kampanye kepada 27 pasangan calon di 9 daerah Pilkada. 35. Didik Supriyanto Editor, Lia Wulandari, Armanda Pransiska, Dan Catherine Natalia. “Dana Kampanye Pilkada: Pengaturan Teknis Tentang Sumbangan, Pengeluaran, Dan Pelaporan Berdasarkan UU No 12015 Juncto Uu No 82015”. Jakarta, Perludem, 2015 796 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen maupun pengeluaran dana kampanye. Ia berharap Bawaslu semakin tegas dengan memberikan sanksi pembatalan pasangan calon. “Itu penting dilakukan agar membuat kandidat tidak lagi berani melakukan manipulasi pencatatan pengeluaran dana kampanye,” ujar Donal. Dengan terbukanya data laporan dana kampanye, lanjut dia, publik dapat mengetahui ada atau tidaknya manipulasi dana kampanye. Gerakan Anti Korupsi GeRAK Aceh Barat mendesak para calon kandidat Kepala Daerah Kabupaten Aceh Barat, yang bertarung dalam pemilu tahun 2012 untuk mempublikasikan dana kampanye kepada publik. Hal ini penting dilakukan agar publik dapat melakukan pengawasan terhadap dana kampanye. Muliyadi koordinator GeRAK Aceh Barat, mengatakan kepada DiliputNews.com, dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan kecurangan dana kampanye dalam pelaksanaan pemilu serta persaingan yang tidak sehat antar calon dalam meraih dukungan rakyat. Disamping itu publikasi dana kampanye secara transparan juga dapat mencegah terjadinya permainan politik uang money politics dan pencucian uang money laundry. “Publikasi dana kampanye olah kandidat merupakan indikator bentuk kejujuran dan sikap transparans, yang dilakukan oleh pasangan calon Kepala Daerah. Hal ini senada dengan imbauan Anggota Badan Pengawas Pemilu Lampung Ali Sidik bahwa calon kepala Daerah dan wakil kepala daerah bisa berinisiatif menyampaikan laporan dana kampanye secara rutin kepada publik. Hal ini untuk menunjukkan komitmen kepala daerah mewujudkan pemilukada yang transparan dan akuntabel, Ali sidik mengapresiasi jika ada pasangan calon berinisiatif melaporkan perkembangan dana kampanye yang masuk le rekeningnya secara rutin ke publik Prinsip transparansi bertujuan untuk memberikan informasi kepada publik tentang penyumbang dana, jumlah sumbangan dan jenis belanja kampanye yang dilakukan oleh partai politik dan calon baik selama maupun setelah kampanye. Informasi itu penting bagi masyarakat untuk mengetahui dan mengontrol pengaruh uang terhadap partai politik dan pejabat-pejabat terpilih dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan di pemerintahan pascapemilu. UU Pemilihan pasal 75 ayat 4 disebutkan bahwa KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota mengumumkan hasil pemeriksaan dana Kampanye Pemilu kepada publik paling lambat 3 tiga hari setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan. Namun, tidak diatur secara jelas bagaimana caranya mengumumkan laporan hasil pemeriksaan tersebut, kewajiban untuk menyampaikan hasil audit ini hanyalah kepada pasangan calon aja. Sehingga masing-masing KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota mengumumkan hasil laporan tersebut dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kreatifitas dan kemampuan anggaran masing-masing. Mengingat signifikansi publikasi laporan dana kampanye ini, seharusnya publikasi hasil audit pasangan calon ini bisa tersedia dan diakses oleh masyarakat umum secara luas dan terutama para pemangku kepentingan. Keterbukaan informasi Dana Kampanye akan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memantau dan mengawasi akuntabilitas dana kampanye tersebut, untuk itu diperlukan media yang tepat, yang bisa menjangkau masyarakat secara luas dengan tidak ada rintangan berarti. sehingga peran masyarakat dan kelompok kepentingan untuk mengawasi bisa terfasilitas. Perlu dipertimbangkan mekanisme untuk bisa mengkoordinasikan pihak-pihak yang akan fokus terhadap isu-isu kunci dari laporan ini seperti LSM dan Media Indonesia sebagai negara pengakses facebookinternet nomor 2 terbesar di dunia seharusnya bisa memanfaatkan kondisi ini untuk mewujudkan Dana Kampanye yang transparansi dan akuntable. Kesuksesan KPU dalam memanfaatkan internet untuk melakukan cek DPT secara Online, transparansi hasil penghitungan suara melalui kegiatan scan C1 yang telah mendapat apresiasi dari banyak pihak seharusnya bisa diduplikasikan juga untuk mempublikasikan setiap periodesasi pelaporan Dana Kampanye. Hal ini memberikan kesempatan kepada masyarakat secara luas untuk melaksanakan hak politiknya mengawasi dan memberikan penilaian serta yang lebih jauh lagi melaporkan jika melihat ada penyimpangan dalam dana kampanye yang dilaporkan Audit Laporan Dana Kampanye Ideal nya proses audit laporan Dana Kampanye pasangan calon adalah poin penting yang akan menentukan apakah pengelolaan Dana Kampanye kontestan akuntable atau tidak, apakah ada sumbangan dari pihak yang dilarang, jumlah sumbangan yang melebihi batas, pembelanjaan yang melebihi batas maksimal, indikasi masuknya