Pembentukan Pemberdayaan Pusdalops Adapun yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang dalam

743 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Demokrasi, Desentralisasi, Governance Anggaran 2015 saja, pemerintah telah mengalokasikan sebanyak Rp. 20,7 Trilyun yang disalurkan ke 74.093 desa. Sebagai daerah administrasi, desa harus mampu mengelola desentralisasi fiskal dengan cara mengembangkan potensi desa, meningkatkan kerjasama antar desa, meningkatkan kemitraan untuk pengembangan potensi desa, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa. Pemerintah desa harus mampu menggerakkan perekonomian desa dengan melakukan upaya-upaya efektif penggerakan aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat desa. Kesiapan pemerintah desa dalam otonomi desa tidak hanya menghasilkan penerimaan besar dalam keuangan desa, melainkan juga harus memberdayakan aktivitas ekonomi masyarakat desa. Tapi, hal tersebut tidak mudah dalam tataran implementasi, regulasi yang mumpuni, kemampuan dan kesiapan pemerintahan desa yang belum maksimal menjadikan Dana Desa sebagai dilemma dalam mengatasi persoalan keuangan desa menuju kemunduran atau kemandirian desa itu sendiri dalam hal keuangan. Penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian tentang Bagaimana pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015? Bagaimana realisasi pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015? Bagaimana kesiapan regulasi pemerintah daerah dan dokumen perencanaan desa dalam pelaksanaan Dana Desa? Dampak Dana Desa dalam mengatasi persoalan keuangan desa? Dan, apa pertimbangan pemerintah desa dalam penentuan belanja desa dari aspek prioritas penggunaan Dana Desa? Sehingga akan dapat menjawab pertanyaan apakah Dana Desa tersebut sudah merupakan solusi yang mumpuni dalam mengatasi persoalan keuangan desa. TINJAUAN PUSTAKA Kajian tentang Dana Desa, penulis menggunakan teori anggaran dimana penganggaran dianggap sebagai isu sentral karena bersifat prospective atau anticipatory sehingga aktor yang terlibat dalam penganggaran tidak saja tahu tentang sistem penganggaran yang berlaku, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah mengetahui prinsip- prinsip pokok yang ada dalam siklus anggaran. Banyak ahli yang mengemukakan fase-fase yang terdapat dalam siklus anggaran, dan pada umumnya yang terdiri dari empat tahap yaitu; 1 Tahap persiapan anggaran; 2 Tahap ratifikasi; 3 Tahap implementasi; dan 4 Tahap pelaporan atau evaluasi. Bastian, 2009:100. Berbeda dengan ahli lain yang menggunakan istilah budget cycle dalam penganggaran, Rosenbloom dan Kravchuck menggunakan istilah stages in budgetary process. Menurut ahli ini proses penganggaran pada pemerintah bisa dipisahkan ke dalam lima tahapan, yaitu: State government budget processes more or less follow this process as well: 1 Formulation of individual agencies budgets; 2 Preparation of the executive budget by the central budget agency OMB, in consultation with the president andor his advisers; 3 Presentation of the budget to the legislature; 4 Legislative action on the proposed budget and enactment of legislation approptiating funds; and 5 Execution of the budget by the executive branch 2005:278. Pendapat ini juga senada dengan yang dikemukakan oleh Reed dan Swain 1997:12 bahwa proses penganggaran publik dapat digambarkan dalam empat tahapan, tetapi ahli ini juga mempunyai penamaan yang berbeda untuk tiap siklusnya, yaitu: 1 Preparation or formulation; 2 Submission and approval, policy making, legal enactment, or formal approval; 3 Implementation or execution; 4 Audit and review, audit and evaluation, or review. Begitupun dengan Anderson 2006:168 bahwa proses penganggaran dibagi atas empat tahapan, seperti pendapat beliau, yaitu “the national budgetary process, as well as state local budgetary process, can be devide into four fairly distint stages: 1 Preparation; 2 Authorization; 30 Execution; dan 4 Audit”. Siklus anggaran menurut Lee, Jr., Johnson dan Joyce 2013 bahwa akitivitas penganggaran dapat dilukiskan sebagai sebuah siklus yang terdiri atas empat tahapan yaitu Preparation and submission; Approval; Execution; dan Audit and evaluation. Lebih lengkapnya seperti yang dikemukan oleh Lee, Jr., Johnson dan Joyce 2013:117 di bawah ini: The discrete activities that constitute budgeting are geared to a cycle. The cycle provides the timetable for the system to absorb and respon to a new information and, therefore, allows government to be held accountable for its action. Although existing budget systems may be less than perfect in guaranteeing adherence to this principle of responsibility, periodicity contributes to achieving and maintaining limited government. The budget cycle consist of four phases: 1 preparation and submission, 2 approval, 3 execution, and 4 audit and evaluation.