Pembuatan Protap Penanggulangan Bencana Dalam hal ini pemerintah Kota Padang telah melakukan

742 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Demokrasi, Desentralisasi, Governance DANA DESA Apakah Solusi Mengatasi Persoalan Keuangan Desa? Hendri Koeswara Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas E-mail: bancretpilianggmail.com Simson Ginting Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Darma Agung E-mail: simson_gsyahoo.co.id A b s t r a k Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang merupakan komitmen pemerintahan saat ini untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa. Tapi, hal tersebut tidak mudah dalam tataran implementasi, regulasi yang mumpuni, kemampuan dan kesiapan pemerintahan desa yang belum maksimal menjadikan Dana Desa sebagai dilemma dalam mengatasi persoalan keuangan desa menuju kemunduran atau kemandirian desa itu sendiri dalam hal keuangan. Penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian tentang Bagaimana pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015? Bagaimana realisasi pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015? Bagaimana kesiapan regulasi pemerintah daerah dan dokumen perencanaan desa dalam pelaksanaan Dana Desa? Dampak Dana Desa dalam mengatasi persoalan keuangan desa? Dan, apa pertimbangan pemerintah desa dalam penentuan belanja desa dari aspek prioritas penggunaan Dana Desa? Tujuan dari penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ini dengan pendekatan teori siklus anggaran menurut Mullins adalah sebagai berikut; 1 Untuk mendeskripsikan pelaksanaan program Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015, 2 Untuk mengetahui realisasi pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015, 3 Untuk mengetahui kesiapan regulasi pemerintah daerah dan dokume perencanaan desa dalam pelaksanaan Dana Desa, 4 Untuk mengetahui dampak Dana Desa dalam mengatasi persoalan keuangan desa, 5 Untuk mengetahui pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam penentuan belanja desa dari aspek prioritas penggunanaan Dana Desa, dan 6 Untuk mengetahui model terbaik perencanaan keuangan desa dalam pembangunan desa. Hasil yang didapatkan adalah Dana Desa merupakan solusi dalam mengatasi keterbatasan keuangan desa saat ini. Tapi, masih terdapat kekurangan dalam optimalisasi pemanfaatan Dana Desa hal tersebut salah satunya adalah karena bertentangan kebijakan prioritas penggunaan desa yang terkadang berbeda dengan kebutuhan masyarakat desa. sehingga, masih diperlukan sebuah model perencanaan desa yang efektif dalam optimalisasi pelbagai sumber pendapatan Desa ke depan. Kata Kunci: Dana Desa; Pemerintahan Desa, Keuangan Desa; APBDesa, Perencanaan Keuangan Desa. PENDAHULUAN Selama ini desa masih sering terabaikan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Di berbagai aspek kehidupan, khususnya sosialekonomi, desa dan masyarakatnya masih berada pada kondisi serba kekurangan, jauh tertinggal dibanding kondisi masyarakat di perkotaan. Tata kelola pemerintahan desa dipandang sangat menentukan kemajuan desa atau peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Sehingga sudah semestinya pembenahan terhadap tata kelola pemerintahan desa menjadi fokus agenda bangsa Indonesia. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa agar desa menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis, seiring dengan hal tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara hal tersebut merupakan komitmen pemerintahan saat ini untuk membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa. Diterbitkannya pelbagai regulasi tentang desa, membuktikan juga bahwa Desa dan Pemerintahan Desa telah mendapatkan kembali perhatian yang serius dari Pemerintah. UU Desa juga memberi jaminan yang lebih pasti bahwa setiap desa akan menerima dana dari pemerintah melalui anggaran negara dan daerah yang jumlahnya berlipat, jauh diatas jumlah yang selama ini tersedia dalam anggaran desa. Kebijakan ini memiliki konsekuensi terhadap proses pengelolaannya yang seharusnya dilaksanakan secara profesional, efektif dan efisien, serta akuntabel yang didasarkan pada prinsip-prinsip manejemen publik yang baik agar terhindarkan dari resiko terjadinya penyimpangan, penyelewengan dan korupsi. Untuk Tahun 743 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Demokrasi, Desentralisasi, Governance Anggaran 2015 saja, pemerintah telah mengalokasikan sebanyak Rp. 20,7 Trilyun yang disalurkan ke 74.093 desa. Sebagai daerah administrasi, desa harus mampu mengelola desentralisasi fiskal dengan cara mengembangkan potensi desa, meningkatkan kerjasama antar desa, meningkatkan kemitraan untuk pengembangan potensi desa, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa. Pemerintah desa harus mampu menggerakkan perekonomian desa dengan melakukan upaya-upaya efektif penggerakan aktivitas-aktivitas ekonomi masyarakat desa. Kesiapan pemerintah desa dalam otonomi desa tidak hanya menghasilkan penerimaan besar dalam keuangan desa, melainkan juga harus memberdayakan aktivitas ekonomi masyarakat desa. Tapi, hal tersebut tidak mudah dalam tataran implementasi, regulasi yang mumpuni, kemampuan dan kesiapan pemerintahan desa yang belum maksimal menjadikan Dana Desa sebagai dilemma dalam mengatasi persoalan keuangan desa menuju kemunduran atau kemandirian desa itu sendiri dalam hal keuangan. Penelitian ini menjawab pertanyaan penelitian tentang Bagaimana pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015? Bagaimana realisasi pelaksanaan Dana Desa pada Tahun Anggaran 2015? Bagaimana kesiapan regulasi pemerintah daerah dan dokumen perencanaan desa dalam pelaksanaan Dana Desa? Dampak Dana Desa dalam mengatasi persoalan keuangan desa? Dan, apa pertimbangan pemerintah desa dalam penentuan belanja desa dari aspek prioritas penggunaan Dana Desa? Sehingga akan dapat menjawab pertanyaan apakah Dana Desa tersebut sudah merupakan solusi yang mumpuni dalam mengatasi persoalan keuangan desa. TINJAUAN PUSTAKA Kajian tentang Dana Desa, penulis menggunakan teori anggaran dimana penganggaran dianggap sebagai isu sentral karena bersifat prospective atau anticipatory sehingga aktor yang terlibat dalam penganggaran tidak saja tahu tentang sistem penganggaran yang berlaku, tetapi yang tak kalah pentingnya adalah mengetahui prinsip- prinsip pokok yang ada dalam siklus anggaran. Banyak ahli yang mengemukakan fase-fase yang terdapat dalam siklus anggaran, dan pada umumnya yang terdiri dari empat tahap yaitu; 1 Tahap persiapan anggaran; 2 Tahap ratifikasi; 3 Tahap implementasi; dan 4 Tahap pelaporan atau evaluasi. Bastian, 2009:100. Berbeda dengan ahli lain yang menggunakan istilah budget cycle dalam penganggaran, Rosenbloom dan Kravchuck menggunakan istilah stages in budgetary process. Menurut ahli ini proses penganggaran pada pemerintah bisa dipisahkan ke dalam lima tahapan, yaitu: State government budget processes more or less follow this process as well: 1 Formulation of individual agencies budgets; 2 Preparation of the executive budget by the central budget agency OMB, in consultation with the president andor his advisers; 3 Presentation of the budget to the legislature; 4 Legislative action on the proposed budget and enactment of legislation approptiating funds; and 5 Execution of the budget by the executive branch 2005:278. Pendapat ini juga senada dengan yang dikemukakan oleh Reed dan Swain 1997:12 bahwa proses penganggaran publik dapat digambarkan dalam empat tahapan, tetapi ahli ini juga mempunyai penamaan yang berbeda untuk tiap siklusnya, yaitu: 1 Preparation or formulation; 2 Submission and approval, policy making, legal enactment, or formal approval; 3 Implementation or execution; 4 Audit and review, audit and evaluation, or review. Begitupun dengan Anderson 2006:168 bahwa proses penganggaran dibagi atas empat tahapan, seperti pendapat beliau, yaitu “the national budgetary process, as well as state local budgetary process, can be devide into four fairly distint stages: 1 Preparation; 2 Authorization; 30 Execution; dan 4 Audit”. Siklus anggaran menurut Lee, Jr., Johnson dan Joyce 2013 bahwa akitivitas penganggaran dapat dilukiskan sebagai sebuah siklus yang terdiri atas empat tahapan yaitu Preparation and submission; Approval; Execution; dan Audit and evaluation. Lebih lengkapnya seperti yang dikemukan oleh Lee, Jr., Johnson dan Joyce 2013:117 di bawah ini: The discrete activities that constitute budgeting are geared to a cycle. The cycle provides the timetable for the system to absorb and respon to a new information and, therefore, allows government to be held accountable for its action. Although existing budget systems may be less than perfect in guaranteeing adherence to this principle of responsibility, periodicity contributes to achieving and maintaining limited government. The budget cycle consist of four phases: 1 preparation and submission, 2 approval, 3 execution, and 4 audit and evaluation.