Politik Distribusi dan Money Politics dalam Kontestasi Pemilu
594
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Politik Lokal
Jika dihubungkan dengan jenis kelamin ternyata responden laki-laki lebih banyak menganggap pemberian hadiahuang dari caleg adalah hal yang biasa boleh lihat tabel 5.3. Sedangkan responden perempuan lebih
banyak menilai tidak boleh. Artinya pemilih laki-laki lebih terbuka untuk menerima politik uang.
Tabel 5.3: Penilaian responden terhadap masyarakat boleh menerima uang atau hadiah dari peserta pemilu partai caleg saat masa kampanye
Jenis Kelamin Penilaian responden terhadap masyarakat boleh menerima uang atau hadiah dari peserta pemilu
partai caleg saat masa kampanye Boleh
Tidak Boleh Ragu-ragu
Laki-laki 53.3
33.3 13.3
Perempuan 27.0
45.9 27.0
Total 41.5
39.0 19.5
Sumber: diolah dari data primer
Namun ketika dihubungkan dengan tingkat pendidikan terlihat bahwa pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap sikap pemilih tentang politik uang. Responden yang tidak pernah sekolah seluruhnya menyatakan bahwa
tidak boleh menerima hadiahuang dari partaicaleg pada saat kampanye. Sedangkan responden untuk tingkat pendidikan lainnya masih banyak yang menganggap boleh. Bahkan terdapat kecenderungan makin tinggi tingkat
pendidikan makin permisif dengan perilaku boleh menerima hadiahuang dari partaicaleg pada saat kampanye. Artinya tidak ada kaitan antara tingkat pendidikan dengan sikap permisif terhadap politik uang.
Tabel 5.4: Penilaian responden terhadap masyarakat boleh menerima uang atau hadiahdari peserta pemilu partai caleg saat masa kampanye
Pendidikan Formal Terakhir Penilaian responden terhadap masyarakat boleh menerima uang atau hadiah
dari peserta pemilu partai caleg saat masa kampanye Boleh
Tidak Boleh Ragu-ragu
Tidak pernah sekolah 100.0
Tidak tamat SD atau sederajat 21.1
47.4 31.6
Tamat SD atau sederajat 50.0
30.0 20.0
Tamat SMP atau sederajat 42.9
35.7 21.4
Tamat SMU atau sederajat 51.6
32.3 16.1
Tamat D1D2D3 40.0
60.0 Tamat S1
100.0 Total
41.5 39.0
19.5 Sumber: diolah dari data primer
Menarik kemudian adalah ketika responden ditanya apa yang mereka akan menerima bila ada orang yang memberi uang atau hadiah dari caleg, sebagian besar dari responden menyatakan akan menerima uanghadiah
tersebut. Hanya 7,3 dari responden yang tidak akan menerima pemberian tersebut lihat tabel 5.4. Data ini menunjukkan bahwa pemilih sangat permisif dengan praktek politik uang, dan bahkan akan semakin banyak
yang menerima secara terbuka praktek tersebut.
Tabel 5.5: Apakah IbuBapak sendiri akan menerima bila ada orang yang memberi uang atau hadiah dari caleg
Kategori Persen
menerima dan memilih calon yang memberi uang 23.2
menerima dan memilih calon yang memberi uang lebih banyak 7.3
menerima, tapi memilih calon ditentukan sendiri sesuai hati nurani 20.7
Tidak akan menerima pemberian tersebut 7.3
Tidak tahu 3.7
Total 62.2
Sumber: diolah dari data primer
595
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Politik Lokal
Jika dibandingkan dengan data pada tabel 5.1 ternyata sikap dari sebagian responden yang menyatakan bahwa masyarakat tidak boleh menerima hadiah pemberian dari partaicaleg, bisa berubah ketika mereka dihadapkan
pada situasi dimana mereka yang secara langsung mendapat pemberian hadiahuang tersebut. Artinya ketika benar-benar terjadi praktek politik uang, pemilih justru lebih permisif dan sangat mudah menerimanya. Hal ini
juga didukung oleh data kualitatif dari informan aktifis LSM dan tim sukses caleg, bahwa kebanyakan pemilih menerima saja hadiah uang yang diberikan caleg meskipun nanti mereka memilih atau tidak akan memilih caleg
tersebut. Bagi masyarakat hadiahuang dari caleg adalah hal wajar. Perilaku permisif dari pemilih terhadap praktek politik uang seringkali menjadi penyebab meningkatnya praktek tersebut dalam pemilu.
Sebagian besar respnden menyatakan bahwa mereka mengetahui mendengar atau melihat peristiwa pembagian uang atau barang dari peserta pemilu legislatif kepada masyarakat saat menjelang pemilu lihat tabel
5.6. Data ini menunjukkan bahwa begitu maraknya praktek politik uang dalam pemilu legislatif 2014
Tabel 5.6: Mengetahui mendengar atau melihat peristiwa pembagian uang atau barang dari peserta pemilu legislatif kepada masyarakat saat menjelang pemilu
Kategori Frekuensi
Persen
Pernah 65
79.3 Tidak Pernah
16 19.5
Total 82
100.0 Sumber: diolah dari data primer
Sebagian besar pemilih cenderung memilih menerima uang atau hadiah pada saat kampanye, karena menganggap mereka tidak akan mendapatkan keuntungan lagi ketika caleg sudah terpilih. Perhitungan untung
rugi cenderung mendorong perilaku pemilih untuk menerima hadiah dari para peserta pemilu saat kampanye.
Tabel 5.7: Langkah yang diambil jika ada lebih dari satu partai menawarkan uang atau barang untuk suara IbuBapak pada pemilu 2014
Kategori Frekuensi
Persen
Menolak uangnya dan memilih partai sesuai pilihan semula 17
20.7 Menolak uangnya dan memilih partai yang tidak menawarkan uang
4 4.9
Hanya menerima uang dari satu partai dan memberikan suara ke partai itu 33
40.2 Menerima semua uangnya, dan memberikan suara hanya pada salah satu partai
4 4.9
Menerima semua uangnya, dan memilih partai sesuai pilihan semula 17
20.7 Tidak tahu tidak jawab
6 7.3
Total 82
100.0 Sumber: diolah dari data primer
Dari data diatas terlihat sekali bahwa pemilih kita sangat permisif terhadap politik uang, hampir semua mengakui akan menerima uang pemberian kandidat meskipun pada saat pemungutan suara mereka belum tentu
memlih kandidat tersebut. Praktek politik uang ternyata didukung oleh kandidat maupun pemilih, baik politik uang yang ditawarkan kandidat mapun keinginan dari pihak pemilih semakin mendorong masifnya praktek ini.
Bentuk varian Money Politic dalam Pemilu Legislatif
Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum.
Pembelian bisa dilakukan menggunakan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk pelanggaran kampanye. Politik uang ini sangat berpengaruh bagi perolehan suara partai atau caleg tertentu. Namun demikian, penyebab
kemenangan atau kekalahan dari caleg atau partai tertentu, tidak semata-mata disebabkan oleh politik uang. Terjadinya politik uang di kawasan masyarakat tertentu dalam hal keterlaksanaannya dapat dibagi menjadi tiga: Pertama; penerima
bersedia menerima pemberian sekaligus bersedia memilih caleg pemberi. Kedua; penerima bersedia menerima pemberian tetapi tidak bersedia memilih caleg pemberi. Ketiga; penerima tidak bersedia menerima pemberian dari caleg.
596
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Politik Lokal
Politik uang umumnya dilakukan simpatisan, kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H pemilihan umum lihat tabel 5.8. Praktek politik uang dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk, mulai dari
pemberian hadiahuang, sembako antara lain beras, minyak dan gula kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang bersangkutan bahkan sampai
kepada praktek jual beli suara.
Tabel 5.8: Siapakah yang memberikan tawaran uang atau barang kepada IbuBapak
Yang Memberikan Uangbarang Persen
Pengurus Partai Politik 19.7
Tim sukses caleg 54.5
Kepala DesaWali NagariWali JorongPerangkat Nagari 6.1
Tetangga yang jadi simpatisan caleg 9.1
Tokoh masyarakat 1.5
Lainnya 9.1
Total 100.0
Sumber: diolah dari data primer
Dari temuan data dilapangan praktek money politic sangat bervariasi baik dari bentuk maupun modusnya. Diantarnya adalah seperti jual beli suara vote buying merupakan bentuk transaksi politik yang mudah ditemui
dalam pemilu kita selama ini. Kandidat melalui tim sukses atau pihak lain, membagi-bagikan uang kepada pemilih di suatu wilayah. Kisaran uang yang biasa di tebar mulai dari sepuluh ribu rupiah hingga seratus ribu rupiah atau
berupa barang seperti jilbab, garam dan sembako lainnya.
Tabel 5.9: Bentuk pemberian ini yang mungkin di terima bila ada caleg yang menawarkannya saat menjelang Pemilu legislatif 2014
Bentuk Pemberian Persen
Uang 28.1
Layanan Kesehatan gratis 17.2
Kaos Jilbab 32.8
Sarung 7.8
perbaikan jalan 1.6
Bentuk lainnya 6.2
Tidak menerima pemberian dalam bentuk apapun 6.2
Total 100.0
Sumber: diolah dari data primer
Modus lain adalah adanya kesepakatan antara kandidat dengan warga atau komunitas. Kesepakatan dukungan suara dengan syarat pemberian imbalan materi oleh kandidat. Modus seperti ini disebut juga klientalisme. Dalam
klientilisme, warga dijadikan mesin politik kemenangan kandidat. Seperti yang diakui oleh salah seorang aktivis LSM dan sekaligus tim sukses beberapa orang caleg. Ia menyatakan bahwa menjual suara orang-orang yang
dekat dengannya dan LSMnya kepada kandidat. Demikian juga pengakuan seorang tokoh partai yang tidak maju menjadi caleg, mengaku mengarahkan suara pada pendukungnya untuk memilih salah satu caleg yang
memberinya imbalan.
Kemudian ada yang disebut Bias Partisan. Bentuk transaksi itu lebih lazim dilakukan oleh kandidat petahana yang sedang menjabat. Kandidat menyalurkan bantuan kepada program, sebagai sebuah sumbangan terselubung
untuk membangun simpati warga. Sifat bantuannya tidak merata. Menggunakan dana pemerintah, menyasar daerah tertentu seperti basis partai atau pendukungnya saja. Selain itu ada bentuk lainnya dari perilaku money
poltics yaitu melakukan aksi sosial seperti pengobatan gratis, perbaikan jalan, perbaikan jembatan, perbaikan rumah ibadah dengan perjanjian warga akan memilih sang kandidat.