899
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Perubahan Sosial, Gerakan Sosial, Multikulturalisme, Konflik, Terorisme, Penegakan Hukum
Suppression of the Financing of Terrorism yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2006;3 Konvensi ASEAN tentang Pemberantasan Terorisme yang ditandatangani bersama negara-negara ASEAN.
Keberadaan konvensi-konvensi internasional yang mengatur terorisme tersebut menunjukkan bahwa terorisme merupakan kejahatan internasional yang serius dan membahayakan umat manusia sehingga akhirnya diatur ke
dalam norma-norma internasional dan telah menjadi hukum kebiasaan Internasional International Customary Law. Sebagai tindak lanjut , pemerintah Indonesia pada tanggal 18 Oktober 2002 telah mengeluarkan dua
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Perppu Republik Indonesia yaitu: a Perppu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang tidak berlaku surut, b Perppu Nomor 2 Tahun
2002 tentang Pemberlakuan Perppu Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme pada peristiwa Peledakan Bom Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang berlaku surut retroaktif . Kedua Perppu
tersebut mulai berlaku pada tanggal 18 Oktober 2002 dan selanjutnya pada tanggal 4 April 2003 disahkan sebagai Undang-Undang RI Nomor 15 dan 16 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme akhirnya
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2003 dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi. Salah satu pertimbangan yang dimuat dalam Perppu Nomor 1 tahun 2002 tersebut adalah bahwa pemberantasan terorisme didasarkan pada
komitmen nasional dan internasional dengan membentuk peraturan perundang-undangan nasional yang mengacu pada konvensi internasional dan peraturan perundang-undangan nasional yang berkaitan dengan terorisme.
b. Upaya Masyarakat di dalam Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme
Di dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI, maka salah satu elemen penting yang dapat dilibatkan adalah masyarakat sebagai elemen kekuatan pertahanan negara yang bersifat semesta. Artinya, seluruh
warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya secara total, terpadu, terarah dan berlanjut dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total untuk menegaskan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Hal ini berarti ada upaya pelibatan segenap komponen bangsa untuk menghadapi segala ancaman yang mungkin timbul untuk mengganggu keselamatan
bangsa.
22
Dalam konteks pencegahan terorisme, masyarakat dan lingkungan sosial menjadi entitas yang sangat
vital. Artinya, masyarakat memiliki peran yang begitu penting dan besar dalam mencegah terorismeseperti memutus ideologisasi, mendeteksi keberadaan kelompok teroris, maupun dalam mengontrol tindak terorisme
Bahkan partisipasi masyarakat dan lingkungan juga sangat signifikan dalam mengungkap jaringan terorisme. Seperti contoh, penangkapan jaringan teroris Thoriq di Tambora, Jakarta Barat, tidak lepas dari partisipasi
masyarakat yagn turut membongkar jaringan terorisme. Kewaspadaan masyarakat dari lingkungan sosial telah berperan aktif dalam mengungkap kelompok teroris tersebut. Contoh yang lain seperti penangkapan Ridwan
alias Ismail Cina, yang merupakan DPO kasus perampokan Bank CIMB Niaga Medan dan penyerangan polsek Hamparan Perak, juga merupakan bukti kongkret yang sangat baik karena adanya keterlibatan masyarakat dalam
penanggulangan terorisme . Masyarakat dan lingkungan sosial memiliki peran penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme serta pendeteksian dini terhadap potensi terorisme. Bahkan peran masyarakat dapat
dioptimalkan sebagai sarana melakukan upaya preventif dalam memutus rantai terorisme sampai ke akarnya. Jika masyarakat sigap dan berpartisipasi , terorisme akan mudah dicegah dan diberantas sampai ke akar akarnya
sehingga dapat meminimalisir kesempatan kelompok teroris untuk beraksi. Menurut pendapat Agus SB, peran masyarakat madani Civil Society terhadap pencegahan dan penanggulangan terorisme sangat penting. Di dalam
pengembangan perdamaian dan toleransi di masyarakat , kekuatan-kekuatan civil-society sangat berperan penting melalui budaya perdamaian dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat serta melalui bentuk kerja bersama
di antara kekuatan-kekuatan masyarakat dengan pemerintah. Dalam menghadapi konflik, dan kekerasan dalam masyarakat di Indonesia, diperlukan ‘faktor’faktor pencair’ ice breaker untuk memperlemah potensi konflik dan
terorisme sekaligus membuka ruang sosial yang lebih onggar untuk tumbuhnya harmoni dan perdamaian. Faktor- faktor pencair tersebut diwujudkan melalui adanya saling memahami dan menghargai serta mengembangkan
toleransi dalam kondisi sosiologis kehidupan masyarakat yang majemuk.
23
Dalam kaitannya itu, BNPT sendiri
22. Agus, SB., Darurat Terorisme, Op.cit., hal, 218 23. Op.cit., hal. 224
900
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Perubahan Sosial, Gerakan Sosial, Multikulturalisme, Konflik, Terorisme, Penegakan Hukum
telah menganalisa dan menjelaskan sejumlah langkah yang perlu dilakukan dalam konteks peran serta masyarakat antara lain; 1 proaktif membangun komunikasi, interaksi, dan hubungan dengan unit terkecil masyarakat mulai
dari institusi keluarga, sampai lingkungan masyarakat terdekat;2 pemberdayaan kaum muda ke dalam aktifitas positif yang bersifat produktif dan membangun sehingga kaum muda sebagai elemen yang energik dan dinamis
dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan lingkungan dan masyarakat melalui berbagai organisasi kepemudaan; dengan mendayagunakan berbagai macam organisasi-organisasi sosial seperti majelis taklim, forum
pondok pesantren, sport club, perkumpulan arisan, Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga PKK, Komunitas anak muda, Karang Taruna ;3 Melakukan ‘social mapping ‘dan pendataan serta identifikasi terhadap individu
atau kelompok masyarakat maupun warganegara asing yang datang dan berpotensi menjadi pelaku teroris seperti orang atau kelompok tertentu yang tinggal sementara di lingkungan yang sifatnya mencurigakan oleh RT dan
RW di lingkungan tempat tinggal masyarakat setempat.
c. Program Deradikalisasi Terorisme Sebagai Upaya Pemerintah Dalam Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme
Pasca ledakan bom Bali I di Legian, Bali, Pemerintah RI mengeuarkan Perpu Nomor 1 tahun 2002 tntang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang kemudian diundangkan menjadi Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Perppu Nomor 2 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Perppu Nomor 1 tahun 2002 yang diberlakukan terhadap pelaku bom Bali pada 12 Oktober 2002
dan diundangkan menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2002. Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 2010 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Perpres Nomor 46 tahun 2010 tentang Pembentukan
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme BNPT dimana Perpres tersebut kemudian diubah dengan Perpres Nomor 12 Tahun 2012. BNPT merupakan suatu lembaga non-departemen yang disusun oleh Pemerintah
RI sebagai bagian dari Kebijakan Nasional Penanggulangan Terorisme di Indonesia.
24
BNPT dalam tugasnya memiliki wewennag untuk menyusun dan membuat kebijakan dan strategi serta menjadi koordinator aparat
keamanan TNI-POLRI dalam bidang pencegahan terorisme. Terdapat 5 lima misi dari BNPT antara lain; a melakukan pencegahan terjadinya aksi terorisme; b melakukan deradikalisasi dan melawan propaganda radikal;
c melakukan penindakan aksi terorisme melalui penggalangan dan surveillance, dan penegakan hukum melalui koordinasi dan kerjasama dengan institusi terkait, masyarakat dan seluruh komponen bangsa; d melaksanakan
pembinaan kemampuan dan kesiapsiagaan nasional terhadap ancaman aksi terorisme;e melaksanakan kerjasama internasional dalam penanggulangan terorisme.
25
Sebagai sebuah badan, BNPT memiliki tugas pokok yang harus dijalankan berdasarkan Pasal 2 ayat 1 Perpres Nomor 46 Tahun 2010 ,antara lain; 1 menyusun kebijakan
, strategi dan program nasional di bidang penanggulangan terorisme; 2 mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme, ;3 membentuk satuan-satuan tugas
yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan masing- masing.
26
Dalam pelaksanaannya, BNPT juga telah membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme FKPT di berbagai daerah di Indoensia. FKPT merupakan salah satu upaya BNPT dalam mencegah terorisme
di seluruh wilayah Indoensia. Pembentukan FKPT berutjuan untuk menghimpun dukungan masyarakat dan pemerintah daerah dalam upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme dengan berbasiskan penerapan nilai
kearifan local dari masing – masing daerah.
27
BNPT sendiri secara struktural bertanggung jawab kepada Presiden melalui visinya yaitu untuk mewujudkan penanggulangan terorisme dan radikalisme melalui upaya sinergi
institusi pemerintah dan masyarakat yang meliputi pencegahan, perlindungan, deradikalisasi dan penindakan serta peningkatan kewaspadaan nasional dan kerjasama internasional untuk menjamin terpeliharanya keamanan
nasional.
28
Salah satu strategi yang dilakukan oleh BNPT di dalam melaksanakan tugasnya untuk mencegah dan
24. Op.cit., hal. 74 25. Op.cit., hal. 75-76
26. Ibid. 27. Agus, SB., Darurat Terorisme…Op.cit., hal. 75
28. Ibid.