Standar Penyelenggaraan Pemilu full proseding JILID 2

867 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Refly Harun, 2016, Pemilu Konstitusional, Desain Penyelesaian Sengketa Pemilu Kini dan ke Depan, Jakarta, Raja Grafindo Persada Sigit Pamungkas, Perihal Pemilu, 2009, Yogyakarta, Laboratorium Jurusan Ilmu Pemerintahan Dan Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada Valina Singka Subekti, 2015, Dinamika Konsolidasi Demokrasi Dari Ide Pembaruan Sistem Politik Hingga ke Praktek Pemerintahan Demokratis, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia Zainal Arifin Mochtar, 2015, Lembaga Negara Independen, Dinamika Perkembangan dan Urgensi Penataanya Kembali Pasca-Amandemen Konstitusi, Jakarta, Raja Grafindo Persada Ali Diabacte, What’s in a name : Does Calling an EMB Independence Make it so?, ECEEEO Conference, Budapest, Hungary, 15-18 June 2011 Sara Staino, Case Study, Uruguay : The Electoral Court - A Fourth Branch of Government? Ron Gould, Case Study, Canada : Stability, Independence and Public Trust Vijay Patidar and Ajay Jha, Case Study, India : A Model of an Independent EMB Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Peraturan KPU Nomor 63 KptsKpuTahun 2015 Tentang Rencana Strategis Komisi Pemilihan Umum Tahun 2015-2019 868 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen PETA PARTISIPASI PEMILIH DAN SIKAP TERHADAP POLITIK UANG VOTE BUYING DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 148 Bakaruddin Rosyidi Ahmad, Aidinil Zetra Dosen pada Jurusan Ilmu Politik Fisip Unand E-mail: bakrandalasgmail.com, aidinilyahoo.co.id Canang Bagus Prahara Umpu mahasiswa Program Magister Ilmu Politik, Fisip Unand, Padang E-mail: bagus.canangbgmail.com A b s t r a k Tulisan ini berkenaan dengan pemetaan partisipasi pemilih dan sikap masyarakat terhadap politik uang vote buying dalam pemilu legislatif 2014 di Kabupaten Pesisir Selatan. Ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa partisipasi pemilih, sekurang-kurangnya yang terekam dalam tiga Pileg di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu 2004, 2009, dan 2014 memperlihatkan fluktuasi seperti 63,53 pada 2004 dan naik menjadi 74,29 pada 2009, tetapi menurun menjadi 73,71 pada 2014. Namun persoalannya ternyata partisipasi memilih sebagaimana banyak diungkap oleh media massa lebih-lebih media sosial, telah diwarnai oleh politik uang. Banyak caleg mendulang suara melalui cara- cara transaksi politik uang dengan beragam jenisnya seperti pembagian bahan makanan, mie instant, bahan pakaian, uang tunai, alat-alat olah raga, bantuan transportasi dan konsumsi ketika mengikuti kampanye, dan lain sebagainya. Dengan demikian, politik uang money politics atau dalam khazanah kajian perilaku memilih disebut vote buying telah menjadi fakta yang tak terbantahkan. Tujuan tulisan ini adalah pertama, untuk memetakan partisipasi masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan dalam Pileg 2014 berdasarkan latar sosio-ekonomi mereka. Kedua, untuk menggambarkan pengetahuan masyarakat tentang politik uang yang terjadi Kabupaten Pesisir selatan. Ketiga, untuk menggambarkan sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan terhadap politik uang. Keempat, untuk menjelaskan pengaruh sikap masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan mengenai politik uang terhadap partisipasi memilih. Kata kunci: Pemilu Legislatif, Partisipasi pemilih, Politik uang vote buying

1. PENDAHULUAN

Semenjak runtuhnya kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto dan kemudian diikuti oleh era reformasi, Indonesia telah berhasil melaksanakan empat kali pemilihan umum legislatif yaitu 1999, 2004, 2009, dan 2014. Keempat pemilu ini dinilai oleh banyak pengamat sebagai pemilu yang demokrartis yang dilaksanakan secara lebih jujur, adil, bebas dan kompetitif. Namun jika dilihat dari sudut partisipasi masyarakat secara nasional dalam keempat pemilu tersebut nampak terjadi penurunan, meskipun naik kembali pada pemilu 2014 yang berada pada posisi 75,11, sementara angka golput cenderung mengalami fluktuasi seperti nampak pada Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1: Jumlah Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Legislatif 1955-2014 Pemilu 1955 1971 1977 1982 1987 1992 1997 1999 2004 2009 2014 Partisipasi pemilih 91.4 96.6 96.5 96.4 95.1 93.6 92.6 84.1 70.9 75.11 Golput 8.6 3.4 3.5 3.6 4.9 6.4 7.4 15.9 29.1 24.89 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Partisipasi Pilpres Putaran I 78.2 71.7 70 Partisipasi Pilpres Putaran II 76.6 148. Makalah ini disampaikan dalam rangka Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas dengan tema “Penguatan Ilmu Sosial dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa”, Padang 28-29 September 2016