Struktur Birokrasi full proseding JILID 2

779 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Sehubungan dengan berbagai kendala tersebut di atas, maka perlu dicarikan suatu solusi alternatif untuk mengefektifkan komunikasi antara anggota DPRD dengan konstituennya. Solusi yang tepat dan dibutuhkan adalah satu media komunikasi yang mudah, murah dan cepat yang dapat menjadi penghubung antara anggota DPRD dengan konstituennya. Media komunikasi yang ditawarkan penelitian ini adalah sebuah aplikasi berbasis mobile web sebagai media sosial alternatif yang dapat digunakan oleh anggota DPRD untuk menjangkau dan mengetahui permasalahan, keluhan, aspirasi masyarakat di seluruh pelosok daerah. Aplikasi ini dapat digunakan melalui SmartPhone dengan Operating System OS seperti iPhone, Android dan Blackberry atau PC Tablet seperti iPad dan Galaxy Note dan sebagainya. TUJUAN Tujuan kajian adalah: 1. Mengidentifikasi kebutuhan sarana komunikasi anggota DPRD dan masyarakat konstituen sebagai solusi alternatif yang mudah, murah dan cepat dalam memperkuat hubungan antara anggota DPRD dengan masyarakat. 2. Mengembangkan satu aplikasi parlemen berbasis mobile web sebagai media komunikasi alternatif yang dapat digunakan oleh anggota DPRD dalam menjangkau dan mengetahui permasalahan, keluhan, aspirasi masyarakat di daerah pemilihan. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa kajian terkait dengan demokrasi dan otonomi daerah yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, tetapi penelitian yang bertujuan untuk memecahkan persoalan lemahnya fundasi demokrasi dan otonomi daerah masih jarang dilakukan. Penelitian Sastro M. Wantu 2012 mengatakan bahwa dalam era otonomi daerah lembaga legislatif daerah DPRD memiliki salah satu fungsi utama yaitu legislasi. Namun dalam kenyataan dalam pembahasan perda yang terjadi adalah tawar menawar kepentingan politik baik dalam DPRD maupun di luar dari lembaga itu. Bahkan pembahasan Perda tidak diketahui oleh masyarakat sehingga sering memunculkan konflik dengan masyarakat. M. Agus Santoso 2011 mengatakan bahwa dalam menjalankan fungsi pengawasan DPRD, memiliki beberapa hak, yaitu: hak interpelasi, hak angket dan hak untuk menyampaikan pendapat. Fungsi pengawasan DPRD ini menurutnya adalah sebagai pencerminan kehidupan demokrasi di daerah, yakni sebagai sarana check and balance dalam pemerintahan di daerah. Penelitiannya menemukan bahwa sejauh ini fungsi pengawasan DPRD belum dijalankan secara efektif. Karena untuk menjalankan fungsi pengawasan ini DPRD tidak didukung oleh sejumlah data yang akurat dan lengkap dari masyarakat sehingga DPRD ketika tidak mampu berargumentasi menghadapi pemerintah daerah. Ia menambahkan bahwa apabila DPRD memiliki hubungan komunikasi yang kuat dengan masyarakat maka DPRD tentu akan dapat secara efektif menjalankan fungsi pengawasannya. Ni Made Ayu Tresnasanti dan I Made Budi Arsika 2012 dalam kajian mereka tentang pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD mengatakan bahwa fungsi ini sering tidak dapat dijalankan secara efektif karena DPRD memiliki keterbatasan informasi tentang berbagai pelanggaran yang terjadi dalam setiap pelaksanaan pemilukada. Idealnya DPRD memiliki pasokan informasi dari masyarakat secara langsung dan DPRD tinggal melakukan klarifikasi dan menindaklanjuti laporan masyarakat. TB. Massa Djafar 2008 mengkaji peran DPRD dalam memperkuat sistem politik, mengatakan proses-proses politik di daerah lebih banyak bermuatan kepentingan kekuasaan, ketimbang menguatkan kedaulatan rakyat sebagai esensi otonomi daerah. Kedaulatan tidak berada di tangan rakyat, tetapi pada oligarki pemerintahan atau partai politik. Format politik seperti ini tidak mungkin menciptakan kemandirian politik daerah dan kemajuan dalam berbagai bidang. Salah satu penyebabnya adalah interaksi elit politik di daerah teperangkap pada kepentingan kelompok atau pribadi ketimbang kepentingan mengelola hak-hak otonomi. Penelitian lain yang terkait dengan peran DPRD dilakukan oleh Aidinil Zetra et.al 2011. Penelitian ini menemukan bahwa meskipun ketiga daerah otonom baru yang diteliti telah berumur lebih dari 7 tahun namun anggota DPRD belum mampu berperan secara optimal dalam mewakili kepentingan masyarakat pemilih dalam pengambilan keputusan. 780 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Penelitian ini bermaksud melanjutkan hasil penelitian tersebut dan mencoba mencari solusi bagaimana DPRD sebagai pengambil kebijakan utama di daerah dapat berkomunikasi secara intensif dengan masyarakat sehingga dapat bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi permasalahan, menjaring aspirasi, dan kepentingan masyarakat. Penelitian ini beragumen bahwa untuk memecahkan masalah lemahnya hubungan komunikasi antara anggota DPRD dengan masyarakat di era teknologi komunikasi dan informasi ini, diperlukan sebuah aplikasi parlemen berbasis mobile web. Hal ini didukung fakta bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat Indonesia di jejaring sosial semakin meningkat, Indonesia termasuk 5 besar pengguna media sosial di Dunia. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan gabungan antara penelitian Ilmu Politik dan Teknik Informatika. Pendekatan dalam ilmu politik yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Alasan dipilihnya pendekatan gabungan ini adalah: Untuk mendesain aplikasi parlemen DPRD perlu dieksplorasi persoalan yang terkait dengan hubungan komunikasi antara anggota DPRD dengan konstituen. Dalam pendekatan kualitatif, jenis penelitian yang digunakan adalah studi eksploratif. Pendekatan dapat membantu menggali permasalahan hubungan antara anggota DPRD dan Konstituen. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer. Data primer berupa pandangan, pendapat anggota DPRD dan tokoh masyarakat sebagai pengguna aplikasi parlemen app berbasis mobile web. Sedangkan teknik pengumpulan data terdiri dari teknik dokumenter, wawancara mendalam, FGD dan kajian pustaka. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu pertama: mengindentifikasi persoalan, dinamika dan ekspektasi Anggota DPRD ttg pola komunikasi politik DPRD konstituen. Kedua, menggali pandangan masyarakat berkaitan dengan persoalan, dinamika, pola hubungan antara DPRD dan konstituen. Informan masyarakat antara lain tokoh masyarakat informal, yaitu pemimpin agama, pemimpin adat, cerdik pandai, tokoh perempuan dan tokoh pemuda, Aktivis NGO, akademisi dan pengamat politik, pengurus partai politik yang bukan anggota DPRD, wakil dari dunia usaha, aktivis mahasiswa. Ketiga, pengumpulan literatur dan best practices terkait sistem informasi dan komunikasi aplikasi mobile dalam penguatan hubungan parlemen dan konstituen di berbagai Negara. Keempat, perancangan dan konstruksi aplikasi mobile. Pada tahap ini akan dilakukan proses analisa kebutuhan sistem, perancangan dan konstruksi aplikasi. Kelima, pembuatan paket aplikasi dan penginstalan. Tahapan ini merupakan tahapan yang erat kaitannya dengan pengembangan perangkat lunak. Berikut adalah Flowchart proses penggunaan Aplikasi Pintar Mobile: Gambar 1. Flow Chart Penelitian Internet Applikasi Sentral Applikasi Pintar Mobile Konstituen Anggota Parlemen Anggota Parlemen Applikasi Pintar Mobile Applikasi Pintar Mobile Pangkalan Data 1 2 3 4 781 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen HASIL DAN PEMBAHASAN Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat adalah badan legislatif unikameral provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Dewan ini terdiri dari 65 anggota yang dipilih berdasarkan daftar terbuka dari partai dalam pemilihan umum legislatif. Pemilihan dilakukan setiap lima tahun bersamaan dengan pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah seluruh Indonesia. Sebelum 2014, jumlah kursi untuk DPRD Sumatera Barat adalah 55 kursi.

1. Bentuk Komunikasi DPRD Sumbar dengan Konstituen

DPRD diharapkan ikut berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Anggota DPRD sebagai wakil rakyat harus mampu mengetahui dan memahami persoalan dan aspirasi masyarakat. Anggota DPRD dalam menjaring aspirasi masyarakat tentu harus melakukan komunikasi dengan masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa selama telah terbentuk hubungan komunikasi politik antara DPRD dengan konstituennya yaitu dalam bentuk pertemuan atau dialog formal. DPRD Propinsi Sumatera Barat mempunyai kewajiban memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih di daerah pemilihannya. Pertemuan merupakan bentuk komunikasi politik interpesonal yang merupakan bentukan dari hubungan satu kepada satu atau satu kepada banyak. Bentuk ini terjadi ketika anggota DPRD datang untuk melakukan pertemuan dengan konstituenya. Dialog dan tatap muka ini adalah cara yang mereka anggap efektif dalam mengetahui secara langsung apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dalam pertemuan terungkap apa yang menjadi masalah utama masyarakat. Dalam pelaksanaan tatap muka dengan konstituennya, anggota DPRD melakukan dialog secara langsung. Anggota DPRD memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengajukan pendapat maupun pertanyaan untuk dibicarakan bersama dalam pertemuan itu. Pada saat dialog itu dilakukan akan menghasilkan kesepakatan bersama tentang jalan keluar dari permasalahan yang biasa mencuat dalam dialog. Dalam dialog ini terjadi pertukaran informasi antara anggota DPRD dengan masyarakat tentang permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat. Pertemuan anggota DPRD dengan konstituennya yang dilakukan pada masa reses biasanya difasilitasi oleh pemerintah kecamatan ataupun kelurahan dimana pihak kecamatan ataupun kelurahan telah mengundang perwakilan dari masyarakat yang akan menyampaikan aspirasinya kepada anggota dewan. Dan secara berkelompok anggota dewan mengadakan kunjungan kerja ke daerah pemilihan dengan mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat. Beberapa kelemahan mekanisme komunikasi melalui dialog ini adalah Pertama konstituen DPRD sangat luas, sehingga sulit menjangkau masyarakat dalam jum;lah yang besar. Aspirasi masyarakat kadang-kadang tidak dapat diteruskan untuk menjadi sebuah kebijakan. Anggota DPRD yang mengisi masa reses dengan melakukan komunikasi politik dengan konstituennya, baru dapat ditindaklanjuti setelah musyawarah rencana pembangunan di tingkat kelurahan, kecamatan, dan tingkat kota. Hasil dari reses yang dilakukan anggota DPRD akan diperjuangkan ketika anggota DPRD melakukan penyusunan anggaran dengan pemerintah kota dalam pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah RAPBD. Banyaknya aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada anggota DPRD ketika masa reses sering berlalu begitu saja. Padahal semua aspirasi dari masyarakat merupakan informasi yang berguna. Penjaringan aspirasi masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama dan secara berkelanjutan. Pada saat masa reses, masyarakat belum terlalu paham tentang apa yang mereka butuhkan dan bagaimana realisasi dari keinginan mereka. Ada banyak proses yang harus dilalui oleh sebuah keinginan masyarakat untuk menjadi kebijakan. Waktu yang sangat terbatas dengan hanya 6 hari di setiap resesnya menyebabkan dialog antara anggota DPRD dan masyarakat bersifat formal. Hal ini jelas menimbulkan orang jadi malas datang dalam pertemuan sehingga partisipasi masyarakat yang hadir jadi berkurang. Kurangnya partisipasi masyarakat ketika reses diakibatkan karena kekecewaan masyarakat itu sendiri terhadap anggota DPRD. Beberapa kali telah diadakan reses untuk menjaring aspirasi masyarakat namun pelaksanaan dari hasil reses tersebut sangat minim yang dilakukan oleh anggota dewan. Selain itu dana yang terbatas dari pemerintah juga merupakan kendala dalam komunikasi dengan masyarakat. Dalam melakukan komunikasi yang berbicara tentang kebijakan, anggota DPRD perlu meyakinkan kepada masyarakat bahwa apa yang diinginkan oleh masyarakat dapat atau tidak untuk diwujudkan. 782 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Kesibukan Anggota DPRD juga menjadi kendala utama komunikasi melalui pertemuan langsung. Kesibukan anggota DPRD dalam melaksanakan tugas rutin dan formal dengan agenda yang padat seperti menghadiri pertemuan resmi, sidang-sidang DPRD, kunjungan kerja, studi banding, serta kegiatan meningkatkan kualitas SDM seperti pelatihan, seminar dan sebagainya menyebabkan mereka hampir tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjalin komunikasi langsung dengan konstituen. Hal ini sering dikeluhkan oleh anggota DPRD Propinsi Sumatera Barat bahwa untuk melakukan dialog dengan konstituen mereka tidak sempat, apa lagi membuat laporan hasil pertemuan untuk dibawa ke sidang paripurna. Masyarakat yang majemuk dengan kepentingan yang sangat beragam dan jumlahnya yang sangat banyak juga menyulitkan bagi DPRD dalam menyerap, menghimpun dan memperjuangkan aspirasi mereka. Oleh sebab banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh anggota DPRD dalam berdialog langsung dengan masyarakat, diperlukan sualtu media komunikasi yang dapat membangun komunikasi yang lebih efektif dan murah sehingga DPRD dapat memperjuangkan kepentingan konstituennya setiap saat tanpa harus menunggu reses.

2. Konstituen Masyarakat

a. Identitas Responden

Didalam bagian 4.2 ini akan dijelaskan identitas responden yang dikategorikan dalam beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa dan rata-rata pendapatan rumah tangga responden. Dengan hal ini akan memberikan gambaran umum mengenai responden dan mewakili masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan berdasarkan pembagian sampel dari populasi.

a. Komposisi Responden berdasarkan Umur

Tabel: 1. Komposisi Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase Komulatif 17-25 91 24,3 24,3 26-33 52 13,9 38,1 34-42 85 22,7 60,8 43-51 73 19,5 80,3 52-60 38 10,1 90,4 61-70 25 6,7 97,1 71-80 11 2,9 100,0 Total 375 100,0 Sumber: Data Primer 2015 Dalam survei yang dilakukan di Kota Bukittinggi, Kota Sawahlunto dan Kota Payakumbuh serta Kabupaten Pesisir Selatan. Dari 375 responden yang diambil sebagai sampel, sebanyak 24,3 dikuti oleh responden yang berumur 17-25 tahun dan posisi kedua dengan rentang umur 34-42 tahun yakni sebanyak 22,7 . Hal ini menandakan bahwa komposisi responden dalam rentang umur di dominasi oleh orang muda dan pemilih muda yakni direntang umur 17-25 tahun.

c. Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel: 2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Komulatif Laki-laki 188 49,0 49,0 Perempuan 196 51,0 100,0 Total 384 100,0 Sumber : Data Primer 2015 783 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Dalam komposisi jenis kelamin responden, dapat diketahui bahwa sebanyak 51,0 survei ini diikuti oleh responden berjenis kelamin perempuan dan 49,0 berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hal tersebut, terdapat pemerataankeseimbangan antara responden laki-laki dengan perempuan dengan selisih perbedaan cuman 1 .

d. Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel: 3 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase Komulatif SD 67 17,9 17,9 SLTP 66 17,6 35,5 SLTA 177 47,2 82,7 D1, D3, D4 23 6,1 88,8 S1 40 10,7 99,5 S2 ke atas 2 ,5 100,0 Total 375 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan komposisi responden menurut tingkat pendidikan, mayoritas secara umum di ikuti oleh responden berpendidikan SLTA yakni sebesar 47,2 atau 177 orang dari 374 total secara keseluruhan. Posisi tamatan SD dan SLTP mendapat posisi kedua dan ketiga. Secara keseluruhan terdapat 64,5 responden yang berpendidikan minimal SLTA. Tingkat pendidikan responden tentunya berpengaruh kepada pengetahuan masyarakat akan politik dan pemilihan umum.

e. Komposisi Responden berdasarkan Agama

Tabel: 4 Komposisi Responden berdasarkan Agama Agama Frekuensi Persentase Komulatif Islam 380 99,0 99,0 Kristen Katolik 4 1,0 100,0 Total 384 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Berkaitan dengan sebaran kepercayaan yang di anutagama responden, dapat diketahui terdapat 2 agama responden yang mengikuti survei ini yakni Islam dan Kristen katolik dengan masing-masing 99,0 dan 1 .

f. Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel: 5 Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Persentase Komulatif GuruDosen 9 2,5 2,5 TNIPolri 1 0,3 2,7 Pegawai Pemda 23 6,3 9,0 Pegawai Swasta 16 4,4 13,4 Wiraswasta Kecil2an 26 7,1 20,4 Pensiunan 19 5,2 25,6 Ibu Rumah Tangga 96 26,2 51,8 BengkelJasa Service 4 1,1 52,9 PetaniPeternak 25 6,8 59,7 Buruh kasarPembantu 8 2,2 61,9 Pedagang warungkaki lima 20 5,4 67,3 784 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Sopir 6 1,6 68,9 Tukang ojek 8 2,2 71,1 PengusahaKontraktor Besar 3 ,8 71,9 Kerja tidak tetap 34 9,3 81,2 SatpamHansip 3 0,8 82,0 Lain-lain 66 18,0 100,0 Total 367 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat sebaran beragam dari pekerjaan responden. Mayoritas posisi paling besar diikuti oleh responden yang berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga yakni sebesar 96 orang atau 26,2 . berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa semua tipe pekerjaan memiliki perwakilan responden terdapat keterwakilan dalam survei ini.

g. Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa

Tabel: 6 Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa Suku Bangsa Frekuensi Persetase Komulatif Minangkabau 336 87,5 87,5 Jawa 38 9,9 97,4 Tapanuli 2 ,5 97,9 Sunda 4 1,0 99,0 Melayu 1 ,3 99,2 Lainnya 3 ,8 100,0 Total 384 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan komposisi responden dari jenis suku bangsa, dapat diketahui bahwa mayoritas secara umum diikuti oleh responden bersuku bangsa Minangkabau yakni sebesar 87,5 , diikuti posisi kedua oleh suku bangsa Jawa sebesar 38 . Hal ini menandakan bahwa mayoritas suku bangsa di Sumatera Barat didiami oleh suku bangsa Minangkabau.

h. Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tabel 7 Komposisi Responden berdasarkan Pendapatan RumahTangga Pendapatan Frekuensi Persentase Komulatif Di bawah 500 ribu 59 17,2 17,2 500 rb - 999 ribu 96 28,0 45,2 1 juta - 1,499 juta 104 30,3 75,5 1,5 juta - 1,999 juta 28 8,2 83,7 2 juta - 2,499 juta 32 9,3 93,0 2.5 juta - 5 juta 22 6,4 99,4 lebih dari 5 juta 2 ,6 100,0 Total 343 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Berkaitan dengan kondisi ekonomi responden, terdapat 30,3 responden berpenghasilan sebesar 1 – 1, 499 juta dan sebesar 28 di rentang 500-900 ribu. Ekonomi berpenghasilan menengah ke atas mendominasi dalam survei ini yakni sebesar 54,7 responden berpenghasilan 1 juta.

2. Tanggapan Masyarakat terhadap perlunya Komunikasi dengan DPRD

785 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Sebelum membicarakan pendapat masyarakat tentang perlunya komunikasi dengan DPRD perlu diketahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 di Sumatera Barat. Penelitian ini menemukan pemetaan partisipasi masyarakat dalam pemilu yang dikomparasikan antara identitas responden yang meliputi indikator umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan dengan indikator keikutsertaan responden dalam pemilu.

3. Kebutuhan Masyarakat terhadap Peningkatan Hubungan Komunikasi Masyarakat dengan DPRD

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu 93 responden dari 343 yang menjawab, membutuhkan peningkatan kualitas komunikasi antara Responden dengan DPRD. Analisis tabulasi silang juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan harapan masyarakat terhadap peningkatan kualitas hubungan komunikasi antara masyarakat pemilih dengan DPRD berdasarkan tingkat pendapatan. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,765 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan harapan masyarakat terhadap peningkatan kualitas hubungan komunikasi antara masyarakat pemilih dengan DPRD berdasarkan tingkat pendapatan.

4. Alasan Perlunya Peningkatan Komunikasi Konstituen dengan DPRD

Banyak alasan perlunya peningkatan komunikasi antara masyarakat dengan DPRD yang terungkap dari hasil penelitian ini seperti terlihat dari jawaban responden penelitian ini, yaitu : Alasan tertinggi tertinggi adalah agar aspirasi warga negara dapat diketahui oleh anggota DPRD 38,8, diikuti agar masyarakat mengetahui apa yang sedang dibahas DPRD 35,4 dan diikuti selanjutnya agar masyarakat dapat mengawasi kinerja DPRD 19,5. Untuk lebih jelasnya variasi alasan responden tentang perlunya peningkatan komunikasi antara masyarakat dengan DPRD dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut: Tabel 8: Alasan Perlunya Peningkatan Hubungan Komunikasi antara Konstituen dengan DPRD Alasan Peningkatan komunikasi Frekuensi Persentase Komulatif Mengawasi kinerja DPRD 69 19,5 19,5 Agar Aspirasi warga diketahui oleh anggota DPRD 137 38,8 58,4 Agar masyarakat mengetahui apa yang sedang dibahas DPRD 125 35,4 93,8 Agar masyarakat tahu rekam jejak DPRD 9 2,5 96,3 Agar anggota DPRD tahu persoalan masyarakat 1 ,3 96,6 Agar rakyat mau berpartisipasi dalam pemilu 4 1,1 97,7 Agar DPRD efektif bekerja mengubah nasib rakyat 2 0,6 99,4 Karena pemerintahan saat ini bekerja efektif 1 0,3 99,7 Lainnya 1 0,3 100,0 Total 353 100,0 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa pada tingkat kepercayaan 95 tidak terdapat perbedaan alasan perlunya peningkatan hubungan komunikasi antara konstituen dengan DPRD α hitung = 0,327, jenis pekerjaan α hitung = 0,99 dan tingkat pendidikan sesorang α hitung = 0,223. PENUTUP

1. Kesimpulan

Penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar anggota DPRD Sumatera Barat menyadari bahwa terdapat persoalan dalam komunikasi antara DPRD dengan masyarakat. Di antara persoalan tersebut adalah Pertama, konstituen DPRD sangat luas, sehingga sulit menjangkau masyarakat dalam jumlah yang besar. Banyaknya aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada anggota DPRD ketika masa reses sering berlalu begitu saja. Kedua, penjaringan aspirasi masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama dan secara berkelanjutan. Pada saat masa