Penyelenggaraan Pemungutan Suara Dan Perhitunganya.

532 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal OPTIMALISASI PENERAPAN POLITIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP POTENSI KONFLIK TAMBANG EMAS ILEGAL DI KABUPATEN SIJUNJUNG Dewi Anggraini Dosen Jurusan Ilmu Politik, FISIP, Universitas Andalas E-mail : dewianggraini_81yahoo.com Febriani Dosen Luar Biasa Jurusan Ilmu Politik, FISIP, Universitas Andalas E-mail : febrianiphenigmail.com A b s t r a k Politik pengelolaan sumber daya alam didasarkan pasal 33 UUD Negara RI yang lebih dikenal dengan Hak Menguasai Negara HMN. HMN berkaitan dengan kegiatan negara dalam merumuskan kebijakan, melakukan pengaturan, melakukan pengurusan, melakukan pengelolaan dan melakukan pengawasan. Salah satu SDA yang pengelolaannya perlu dioptimalkan adalah SDA pertambangan mineral dan batu bara. Pertambangan mineral dan batu bara diatur dengan UU No. 4 tahun 2009 tentang Minerba, dimana pengelolaan pertambangan di daerah diatur oleh Bupati walikota, termasuk di dalamnya pemberian Izin Pertambangan Rakyat IPR. Akan tetapi sejak dikeluarkannya UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pemberian IPR dialihkan kepada gubernur. Untuk Kab Sijunjung sendiri sebelum IPR dialihkan ke provinsi, pengaturan tentang pertambangan diatur dengan Perda No. 3 tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara. Pada aktivitas pertambangan emas rakyat di Kab Sijunjung kebanyakan tidak memiliki izin alias PETI. Tidak bisa dipungkiri pertambangan emas illegal di satu sisi telah membawa perubahan standar ekonomi masyarakat, akan tetapi disisi lainnya menimbulkan potensi konflik ditengah-tengah masyarakat. Pemerintah daerah sudah seharusnya memiliki aturan yang jelas untuk mengatur aktivitas pertambangan emas illegal dengan memaksimalkan koordinasi dengan pemerintah provinsi. Tujuan penelitian untuk menganalisis penerapan politik pengelolaan SDA terhadap potensi konflik tambang emas illegal dengan melihat actor yang terlibat, factor penyebab dan potensi-potensi konflik. Metode yang digunakan kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa actor yang terlibat, yaitu pemilik modal, pemilik lahan, operator mesin dompeng dan pekerja kasar. Alasan masyarakat melakukan aktivitas tambang emas illegal adalah factor ekonomi, social dan lemahnya penegakan hukum. Potensi konflik terjadi antara pemerintah daerahaparat kepolisian dengan pemilik modalpemilik lahanpekerja tambang, konflik antara penambang local dengan pekerja tambang pendatang, konflik antarpemilik lahan dan antara pemilik lahan. Optimalisasi dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi, pembuatan aturan baru tentang IPR, pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum. Kata Kunci: Politik, pengelolaan sumber daya alam, hak menguasai negara, tambang emas, ilegal PENDAHULUAN Negara Indonesia berkewajiban “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Pernyataan dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar UUD 1945 merupakan kaedah konstitusional dari kewajiban negara dan tugas pemerintah untuk melindungi segenap sumber-sumber insani dalam lingkungan hidup Indonesia, guna kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia dan segenap ummat manusia, termasuk melindungi sumberdaya pertambanagan. Undang-Undang Dasar 1945 mewajibkan mengelola sumberdaya alam SDA untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat, yang harus dinikmati generasi masa kini dan masa depan secara berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. 69 69. Koesnardi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta, Cet. XIV, 1999, hlm. 66. Dalam hal ini, beliau menyatakan bahwa kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya dijabarkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, Sehingga ketentuan tersebut, menurut beliau memberikan “hak penguasaan” kepada negara atas seluruh sumber daya alam Indonesia dan memberikan “kewajiban kepada negara” untuk menggunakannya bagi sebesarbesar kemakmuran rakyat. 533 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Politik Lokal Asas pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dewasa ini telah ditempatkan sebagai standar kebijakan pembangunan nasional. Dalam bagian menimbang Ketetapan MPR No. IXMPR2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dinyatakan bahwa pengelolaan sumber daya agraria dan sumberdaya alam yang berlangsung selama ini telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik. Oleh karena itu, diperlukan penataan kembali penguasaan dan pengelolaannya secara optimal, adil, berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan mengedepankan prinsip mengakui, menghormati, dan melindungi hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas sumber daya agrariasumber daya alam. Pentingnya penataan penguasaan dan pengelolaan SDA guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Untuk menjaga agar pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berlangsung dengan cara sebaik- baiknya, terutama bagi SDA yang bernilai konservasi tinggi, diperlukan langkah-langkah konservasi, sehingga SDA hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan pembangunan itu sendiri. Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah maupun keputusan menteri yang mengatur tentang pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara. 70 . Kegiatan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan sekala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi pengolahan menyebabkan ekstraksi biji kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam mencapai lapisan bumi jauh di bawah permukaan. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting. Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak yang sangat signifikan seperti pencemaran air permukaan dan air tanah, kerusakan lingkungan, konflik antar masyarakat, masyarakat dengan pemerintah daerah hingga berkurangnya lahan pertanian produktif masyarakat. Berkembangnya usaha tambang rakyat berimplikasi kepada berbagai aspek, diantaranya adalah pemanfaatan lahan pertanian untuk lokasi penambangan yang menyebabkan berkurangnya luas garapan bagi petani. Selanjutnya tenaga kerja di sektor pertanin lebih memilih melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian, termasuk sebagai tenaga kerja pada usaha tambang. Perpindahan tenaga kerja disektor pertanian ke non-pertanian diperkirakan akan menghadapi sejumlah persoalan, baik jangka pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka pendek,pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani sering kurang dan bahkan tidak relevan dengan jenis pekerjaan diluar sektor pertanian. Oleh sebab itu, tingkat produktivitasnya sebagai tenaga kerja cenderung rendah sehingga gajiupah yang diterima relative kecil. Petani sering hanya menjadi tenaga kerjaburuh untuk berbagai jenis pekerjaan, dan mempunyai kedudukan sangat rapuh terhadap pekerjaannya. Perkembangan usaha tambang juga menyebabkan kedatangan tenaga kerja migrant dari berbagai daerah di Indonesia. Tenaga kerja pekerja tambang yang seluruhnya adalah laki-laki, jumlahnya ratusan orang membawa berbagai kebiasaan dan budaya yang berbeda dari kebiasaan dan budaya masyarakat. Dalam kesehariannya interaksi antara pekerja migrant dengan masyarakat tempatan memungkinkan terjadinya pergeseran-pergeseran prilaku dari masyarakat tempatan. Pada wilayah Propinsi Sumatera Barat terkandung Potensi sumber daya mineral seperti emas dan mangani. Menurut laporan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumbar 2004, emas terdapat pada wilayah daerah Kabupaten Sijunjung, 50 Kota, Pasaman, dan Pesisir Selatan. Pada wilayah Kabupaten Sijunjung, deposit emas diperkirakan terdapat di sejumlah lokasi kecamatan seperti Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Kupitan, Kecamatan 70. http:fhukum.unpatti.ac.idartikellingkungan-hidup-penggelolaan-SDA-dan-perlindunga-hak-hak-adatkebijakan-daerah-terhadap- penggelolaan-pertambangan-liar-di-gunung-botak-kabupaten-boru. Diakses tanggal 15 Maret 2016 534 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal Koto VII dan Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan Kamang Baru. Pada lokasi-lokasi yang memiliki kandungan emas ini, secara tradisional sudah sejak lama ‘dieksploitasi’ oleh masyarakat dengan menggunakan cara dan teknis sangat sederhana yang dikenal dengan mendulang emas. Pendulangan emas dilakukan pada aliran sungai yaitu dengan cara melakukan penyaringan pasir yang terdapat disepanjang aliran sungai, menggunakan dulang yang dibuat khusus dari kayu. Mendulang emas secara tradisional dilakukan pada umumnya oleh kaum perempuan sebagai pekerjaan sampingansambilan pada saat tidak melakukan kegiatan usaha pertanian seperti kesawah, ladang atau pun kebun. Dengan cara dan peralatan yang sederhana tersebut pendulang tidak mendapatkan kepastian akan mendapatkan hasil dan kalau pun didapat hasil hanya dalam jumlah rata-rata yang sangat kecil, tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan keluarga. Di Kabupaten Sijunjung penambangan emas sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Sebelum menggunakan peralatan berat dan kapal bermesin dompeng, dulu warga hanya menambang dengan menggaruk pasir demi pasir di dasar sungai menggunakan dulang kayu sederhana. Tapi sejak munculnya dompeng dan alat berat lainnya, persolan mulai muncul, mulai dari lahan bekas tambang yang tidak direklamasi, air sungai yang berubah warna, dan perebutan wilayah tambang, menjadi sorotan bagi pemerintah daerah dan pihak kepolisian 71 . Perebutan wilayah tambang diantara anggota masyarakat juga sering terjadi dan menimbulkan konflik horizontal. Namun demikian, usaha penambangan emas juga memberikan berpengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat di daearah ini. Sebagaimana yang dikatakan Bupati Sijunjung :“Kami sadar, sejak adanya pertambangan emas dengan menggunakan alat canggih berupa alat berat di wilayah ini, berdampak besar pada perekonomian masyarakat. Dapat kita lihat pesatnya pembangunan rumah permanen dan penambahan kendaraan roda empat di daerah kita ini sangat berkembang pesat. Namun di balik itu, sawah, ladang, serta sungai yang kita jaga selama ini menjadi hilang dan tercemar 72 . Selanjutnya Bupati Sijunjung menambahkan :“Kerugian yang diakibatkan penambangan liar akan dirasakan oleh masyarakat sendiri. Walaupun perekonomian sebagian masyarakat menjadi lebih baik, namun itu bukanlah masyarakat kelas menengah ke bawah. Melainkan yang memiliki modal untuk menambang dengan menggunakan alat berat. Sementara, hutan lindung dan lingkungan hidup menjadi korban karena tidak adanya reklamasi tanah kembali,”. Dalam dua tahun belakangan, tambang emas menjadi persoalan yang paling fenomenal di Kabupaten Sijunjung, setidaknya ada sekitar 548 hektar areal persawahan yang sudah dikonversi menjadi Pertambangan Emas rakyat 73 . Banyak persoalan yang terjadi mulai dari persoalan tidak adanya usaha reklamasi bekas lahan tambang oleh pemilik lahan, yang juga kurang adanya usaha dari pemerintah daerah untuk mendukung usaha reklamasi lahan tambang menjadi lahan produktif, masalah perizinan, banyaknya penambang yang meninggal tertimbun tambang, banyaknya pendatang yang memiliki dan membawa budaya, kepercayaan yang berbeda debgan masyarakat asli, konflik antara warga dengan pemerintah daerah, hingga demo besarbesaran warga ke DPRD. Tidak tanggung-tanggung, masalah ini melibatkan berbagai pihak. Berangkat dari kondisi demikian, maka Pemerintah Daerah melakukan upaya penertiban karena dinilai sudah berimplikasi negative yang besar terhadap berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya maupun terhadap lingkungan alam. Kebijakan penertiban ini menyebabkan sekitar 4.000 pekerja PETI Penambangan Emas Tanpa Izin Nagari yang tergabung dalam Asosiasi Penambang Rakyat Anak Nagari PERAN melakukan aksi demonstrasi di halaman kantor DPRD Sijunjung, pada tanggal 156 2011. Para buruh dari kecamatan Sijunjung, Kupitan, Koto VII dan Koto Tuo itu menuntut agar pemda setempat membuka kembali pertambangan. Sebenarnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung sudah mulai melakukan pengaturan pertambangan rakyat yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara Minerba. Di mana, Pemerintah Kabupaten Sijunjung telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2010 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengurusan Wilayah Pertambangan Rakyat WPR dan Izin Pertambangan Rakyat IPR. Di samping itu, Pemda Sijunjung juga mengeluarkan Perda No. 3 Tahun 2014 71. Padang Expres, 24 Juli 2010 72. Padang Express, 11122011 73. Data Walhi Sumatera Barat tahun 2012 535 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Politik Lokal tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara Usaha pertambangan pada wilayah pertambangan rakyat di kabupaten Sijunjung dapat dilakukan apabila telah mengantongi IPR.Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan di bidang pertambangan 74 . Akan tetapi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah kabupatenkota dalam hal penetapan wilayah pertambangan, wilayah pertambangan rakyat serta pemberian izin pertambangan rakyat diahlihakn kepada Pemerintah Daerah Propinsi, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 120253sj tanggal 16 januari tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka segala kebijakan mengenai sector pertambangan seperti penerbitan izin baru, sedang dalam proses dan yang telah oleh pemerintah kabupaten berkaitan dengan izin usaha pertambangan IUPIUPKIPR komunitas mineral, batubara, non logam dan batuan, kewenangannnya telah dilimpahkan ke provinsi. Untuk Daerah Kabupaten Sijunjung sendiri, setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tidak mengeluarkan izin pertambangan emas lagi. Malahan menurut Sekretaris Dinas Pertambangan dan Mineral Kabupaten Sijunjung sejak akhir tahun 2012 pemerintah daerah tidak mengeluarkan izin pertambangan yang baru lagi dan hanya memberikan izin perpanjangan sampai tahun 2014 75 . Artinya seluruh tambang emas yang beroperasi di Kabupaten Sijunjung semenjak tahun 2014 hampir dipastikan tidak ada yang mengantongi izin pertambangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat alias PETI Pertambangan tanpa izin alias illegal. Dari pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana optimalisasi penerapan politik pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap potensi konflik tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung? Ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1 Untuk mengidentifikasi actor yang terlibat, factor penyebab dan potensi-potensi konflik pertambangan emas illegal di Kabupaten Sijunjung. 2 Untuk menganalisis penerapan politik pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap potensi konflik tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung. Penelitian terkait dengan optimalisasi politik pengelolaan sumber daya alam ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang tertarik dalam politik pengelolaan sumber daya alam pertambangan emas rakyat ditingkat local, dengan demikian semakin banyak orang yang meneliti maka akan menambah kepedulian tentang pergolakan politik sumber daya alam ditingkat lokal. Di samping itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengambil kebijakan di tingkat local dalam upaya optimalisasi penerapan politik pengelolaan sumber daya alam TINJAUAN PUSTAKA

1. K onsep Umum Sumber Daya Alam

Definisi mengenai SDA bisa dilihat dari defenisi kementrian Lingkungan Hidup kemen LH tahun 2006, SDA adalah “kesatuan tanah, air dan ruang udara termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya yang 74. Pada ayat 2 dijelaskan lagi lebih detail wewenang dan tanggungjawab pemerintah daerah meliputi: a.Pembuatan Produk Hukum Daerah; b. Pemberian IUP dan IPR, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan dan perizinan lainnya; c. Penginventarisasian, penyelidikan dan penelitian serta eksplorasi dalam rangka memperoleh data dan informasi mineral dan batubara sesuai dengan kewenangannya; d. Pengelolaan informasi geologi, informasi potensi sumber daya mineral dan batubara, serta informasi wilayah pertambangan daerah; e. Penyusunan data base sumber daya mineral dan batubara pada daerah; f. Pengembangan dan peningkatan nilai tambah kegiatan usaha pertambangan di daerah; g. Pengembangan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam usaha pertambangan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan; h. Pengkoordinasian perizinan dan pengawasan penggunaan bahan peledak di wilayah tambang sesuai dengan kewenangannya; i. Penyampaian informasi hasil inventarisasi, penyelidikan umum, dan penelitian serta eksplorasi dan eksploitasi kepada Gubernur dan Menteri; j. Penyampaian laporan hasil produksi, penjualan dalam negeri, dan luar negeri kepada Gubernur dan Menteri yang membidangi Pertambangan dan energi; k.Pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pascatambang; l. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan 75. Wawancara dengan Sekretaris Dinas Pertambanagn dan Mineral Kabupaten Sijunjung 536 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal merupakan hasil proses alamiah baik hayati maupun non hayati, terbarukan dan tidak terbarukan sebagai fungsi kehidupan yang meliputi fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Maksud dari pengertian SDA yang terbarukan dan yang tidak terbarukan dapat digunakan untuk mengelompokkan SDA” SDA yang dapat diperbaharui renewable resources dijumpai istilah flow maksudnya ketersediaan kuantitas fisik SDA akan berubah menurut waktu, yang jumlahnya sudah dipakai saat ini tidak mempengaruhi ketersediaannya di masa depan dan dapat dikelola keberlanjutannya dalam menghasilkan barang atau jasa. SDA yang dapat diperbaharui ini seperti; hutan, ikan, satwa liar dan lainnya. Selanjutnya SDA yang tidak dapat diperbaharui non renewable resources dalam banyar leteratur muncul istilah stock maksudnya ketersediaan kuantitas fisik SDA bersifat tetap, maksudnya jumlah yang sudah dipakai tidak akan dapat tersedia lagi di masa depan, bersifat habis. Seperti deposit mineral batu bara, gas, minyak bumi dan lainnya.

2. Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam SDA

Dalam konstitusi Indonesia sudah diatur mengenai asas penguasaan negara atas sumber-sumber daya alam yang berada dalam batas wilayah negara Republik Indonesia yaitu, dalam konstitusi Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 dalam ketentuannya dinyatakan: “ bahwa bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat” ketentuan pasal tersebut kemudian telah menjadi dasar bagi terbentuknya politik pengelolaan Sumber daya alam secara nasional. Selanjutnya dijabarkan dalam asas-asas Undang-Undang Pokok Agararia No 5 tahun 1960 yang dikenal dengan konsep Hak menguasai Negara atas sumber-sumber kekayaan alam yang bermanfaat bagi masyarakat. Maksud hak menguasai negara atas SDA sebegaimana diatur dalam konstitusi Pasa 33 ayat 3 UUD 1945 dan Pasal 2 UUPA pada hakikatnya bukan pula berarti negara dimaknai sebagai pemilik mutlak atas bumi, air dan kekayaan alam yanga ada di dalamnya tapi negara lebih pada posisi politis sebagai “badan penguasa” dalam suatu wilayah yang berwenang sebagai organisasi kekuasaan tertinggi untuk menguasai segala sumber-sumber kekayaan alam yang ada, dan digunakan untuk tujuan sebesar-sebesarnya kemakmurankesejahteraan rakyatnya. Dalam penjelasan UUPA juga telah coba membatasi apa yang diartikan dengan konsep Hak Menguasai dari Negara dalam tingkat tertinggi :A.P Parlindungan,hlm 43,1998 : 1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya. 2. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bagian dari bumi, air,dan ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung didalam dan di luar permukaan bumi. 3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Dalam beberapa literatur juga, mengidentifikasikan bahwa fungsi negara dalam konsep hak menguasai negara atas Sumber Daya Alam SDA lebih sebagai pihak yang mempunyai otoritas untuk melakukan penatagunaan SDA. Penatagunaan SDA merupakan kebijakan pengelolaan yang mengatur aspek-aspek penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan SDA yang berwujud konsolidasi pemanfaatan SDA sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil maria S.W dkk,hlm 39,2011. Penatagunaan SDA, yang bersendikan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan dapat dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa peraturan Undang- Undang yang bersifat sektoral di bidang SDAMaria S.W dkk,hlm 41, 2011 atau lebih dikenal dengan politik pengelolaan SDA yang besendikan pada asas hak menguasai negara, sebagaimana diatur dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 76 . Penafsiran mengenai konsep penguasaan Negara terhadap pasal 33 UUD 1945 juga dapat dicermati dalam putusan MK mengenai kasus-kasus pengujian undang-undang terkait dengan sumber daya alam. Mahkamah dalam pertimbangan hukum putusan perkara UU Migas, UU ketenagalistrikan dan UU Sumber Daya Air menafsirkan mengenai hak menguasai Negara bukan dalam makna Negara memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa Negara hanya merumuskan kebijakan beleid, melakukan pengaturan regelendaad, melakukan pengurusan bestuursdaad, melakukan penggelolaan beheersdaad dan melakukan pengawasan toerzichtoundendaad 76. http:www.jurnalhukum.bogspot.com 537 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Politik Lokal METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Juni sd Agustus tahun 2016 yang berlokasi di Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan menggunakan teknik pemilihan informan secara purposive sampling, artinya subyek yang akan dijadikan informan telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kriteria-kriteria dan pertimbangan-pertimbangan yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Kriteria yang dijadikan dasar pertimbangan dalam penetapan informan adalah sebagai berikut : No Kategori Informan AlasanPertimbangan Kriteria Informan 1 BupatiSekda Kab Sijunjung Mempresentasikan pengambil keputusan tertinggi dalam sebuah pemerintahan 2 PimpinanAnggota DPRD Merepresentasikan kepentingan rakyat khususnya di Komisi yang menangani Bidang Pertambangan 3 Pimpinan SKPD Dinas, Badan atau Kantor dipilih secara purposive merepresentasikan instansi yang menaungi bagian pertambangan dan LH 4 Masyarakat Penambang Pihak yang terlibat dan menjadi actor utama dalam konflik pertambangan, dipilih secara purposive sampling Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam depth interview. Sedangkan teknik analisis data dengan pengolahan data sekunder dan primer TEMUAN DAN PEMBAHASAN Di Sumatera Barat, praktek tambang emas illegal tersebar di 3 tiga wilayah yaitu Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Sijunjung. Jumlah orang yang terlibat dalam penambangan emas illegal di tiga kabupaten tersebut mencapai belasan ribu orang bahkan puluhan ribu orang 77 dengan berbagai macam kepentingannya dan actor yang terlibat dalam aktivitas penambangan tersebut, tidak saja masyarakat local akan tetapi juga dari propinsi lainnya seperti Jambi dan Kalimantan. Di tiga kabupaten tersebut terdapat puluhan bahkan ratusan alat berat jenis ekskavator. Meski dicap illegal, akan tetapi kegiatan tambang emas illegal tersebut tetap berlangsung dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun, kerusakan lingkungan dan konflik horizontal maupun vertical tidak pernah dihiraukan. Bupati, Kapolres, Dandim, DPRD,kejaksaan, pengadilan dan pejabat lainnya yang ada di daerah seolah-olah tidak berdaya menghadapi kondisi tersebut. Mereka sebagian seakan pejam mata dan sebagian lainnya justru ikut terlibat dalam mengeruk kekayaan alam secara illegal tersebut. Di Kabupaten Sijunjung aktivitas tambang emas illegal masih berlangsung sampai saat ini, walaupun sudah banyak memakan korban nyawa para pelaku tambang, akan tetapi tambang emas masih menjadi primadona bagi masyarakat. Belakangan ini banyak diberitakan di berbagai media massa mengenai meninggalnya para penambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung. Yang terbaru adalah meninggalnya 4 empat orang penambang emas karena tertimbun longsoran tanah di lokasi penambangan di Jorong Subarang ombak Nagari Muaro 78 . Berselang 2 dua hari kemudian terjadi lagi kasus yang sama di Jorong Lintas Harapan Nagari Palangki Kec IV Nagari 79 . Dari data Dinas Tanaman Pangan dan Perkebunan Distanbun Sijunjung terjadi ahli fungsi lahan produktif menjadi lahan tambang yang tidak direklamasi oleh penambang, dari 313.040 Ha lahan sawah produktf, sekarang hanya bersisa 11.902 Ha yang keberadaanya juga terancam oleh aktivitas tambang emas ilegal 80 . Akan tetapi praktek tambang emas illegal masih beroperasi sampai saat ini.

1. Aktor-aktor yang terlibat dalam tambang emas illegal

Secara garis besar ada beberapa actor yang terlibat dalam rantai tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjug yaitu : pertama, pemilik modal, biasaya rata-rata berasal dari masyarakat luar daerahnagari, mereka adalah pemilik mesin dompeng dan pemilik eskavator, pemilik mesin dompeng dan eskavator ini bisa berasal dari penguasa, PNS, 77. www.harianhaluan.commobiledetailberita44528tamang emas ilegal di Sumbar ibarat bom waktu 78. www.m.padek.codetail.php?news=28415 79. Haluan,8 Juni 2015 80. www. Koran. Padek.coreaddetail18514 538 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal aparat 81 , swasta dan lainnya 82 . Pemilik mesin dompeng berperan membiayai seluruh aktivitas pertambangan, mulai dari menyediakan konsumsi untuk seluruh anggota tambang yang berjumlah 5-10 orangtambang, uang kopi dan rokok para pekerja tambang, bensin utuk keperluan dompeng dan juga bertugas mencari serta melobby pemilik lahantanah. Sedangkan pemilik eskavator berasal dari luar daerahkabupaten yang bertugas untuk mengali lahan tanah sampai ditemukannya kandungan emas baru kemudian akan dikerjakan oleh mesin dompeng dibantu oleh pekerja tambang, pemilik eskavator juga menyediakan bensin untuk operasioanl eskavatornya. Biasanya pemilik dompeng juga langsung menyewa eskavator perjamnya 83 , akan tetapi belakangan ini, sudah ada juga pemilik dompeng yang juga sudah langsung pemilik eskavator. Keuntungan yang didapatkan oleh pemilik mesin dompeng berkisar 60-70 dari hasil tambang, yang akan dibagi kepada pekerja sekitar 50 setelah biaya operasional dan biaya sewa tanah sudah dikeluarkan. Kedua, pemilik lahan. Pemilik lahan bisa juga orang pribadi ataupun tanah ulayat kaum, pemilik lahan biasanya hanya menyediakan lahan yang akan dijadikan lokasi tambang, lahan bisa berasal dari lahan pertanian sawahladang ditepi aliran sungai dan sekarang juga merambah ke kebun karet yang sudah jauh dari aliran sungai. Pemilik lahan akan mendapatkan keuntungan bersih berkisar 20-30 dari keuntungan tambang emas yang akan dibagikan oleh pemilik mesin dompeng setiap minggunya. Adapun dalam surat perjanjian sewa menyewa yang peneliti dapatkan antara pemilik lahah dengan investor, terlihat bahwa pemilik modal dompeng berkewajiban untuk memberikan pembagian hasil tambang emasnya kepada pemilik lahan dengan setiap minggunya dengan ketentuan sebagai berikut: a. Sewa lahan bio tobing sebanyak 20 dari total hasil tambang emas yang didapatkan tiap minggu b. 1 satu nomor kosong untuk setiap 1 satu set mesing tambang yang terdapat di lokasi tambang c. 1 satu nomor yang diperuntukan untuk orangtukang masak air Setiap 1 satu set mesin tambang yang terdapat di lokasi tambang d. Ganti rugi tanaman karet yang telah menghasilkan getah sebesar Rp. 300.000,- tiga ratus ribu rupiah batangnnya. e. Membayarkan uang tebusan lahan Pada Pasal 1 ayat 1 di atas sebanyak Rp. 1.500.000,- satu juta lima ratus ribu rupiah kepada sdr_________________ Ketiga, operator mesin dompeng. Bertugas sebagai operator dompeng, yang mengendalikan operasional mesin dompeng tersebut, termasuk menganti kerusakan dan bensin dompeng, biasaya mereka berasal dari penduduk setempat, operator ini menerima hasil lebih banyak dari pekerja tambang lainnya. Keempat. Pekerja tambang, yang terdiri dari tukang masak untuk anggota tambang lainnya, pekerja kasar dan pesuruh. Biasanya mereka mendapatkan bagian yang paling sedikit dari hasil tambang dengan resiko pekerjaan yang berat 84 .

2. Faktor Penyebab Aktivitas Tambang Emas Ilegal

Ada beberapa factor yang menyebabkan masyarakat masih menjadikan tambang emas sebagai primadona, factor yang paling mendasar tentu saja factor ekonomi. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha yang sesuai dengan keahlian dan kemampuan masyarakat setempat yang memiliki pendidikan dan keterampilan yang tidak memadai dengan penghasilan yang menjanjikan, di topang oleh keberadaan pihak ketiga sebagai penyandang dana cukong dan backing oknum aparat, plus di tunjang lagi oleh keinginan ‘kaya’ dalam waktu pendek sehingga banyak masyarakat yang berahli propesi dari petani ke penambang emas. Dengan hanya sebagai pekerja kasar saja ditambang emas, masyarakat sudah bisa mendapatkan penghasilan yang tinggi, tidak bisa dinafikan juga bahwa semenjak usaha tambang emas illegal ini menjamur maka tingkat perekonomian masyarakat 81. http:www.merdeka.comperistiwaanggota-tni-ad-diduga-terlibat-penambangan-emas-liar-di-sumbar.html 82. Dari wawancara dengan Ketua DPRD Kab Sijunjung, di dapatkan keterangan bahwa banyak pihak yang terlibat dalam lingkaran tambang emas illegal di Kab Sijunjung, mulai dari oknum aparat, PNSbirokrat daerah, anggota dewan dan pihak lainnya dan banyak juga kepentingan yang bermain dalam rantai tambang emas illegal tersebut 83. Biasanya meraka akan menyewa perjamnya eskavator tersebut sekitar Rp 500.000-600.000jam 84. Adapun yang peneliti temukan dilapangan perjanjian sewa menyewa lahan tambang tidak secara tertulis dan kebanyakan secara lisan dan saling kepercayaan saja. Pembagian hasil tambang bisa dilihat dari surat perjanjian yang peneliti dapatkan di lapangan antara pemilik lahan dengan investor.