Penyelenggaraan Pemungutan Suara Dan Perhitunganya.
532
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Politik Lokal
OPTIMALISASI PENERAPAN POLITIK PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM TERHADAP POTENSI KONFLIK TAMBANG EMAS ILEGAL DI KABUPATEN SIJUNJUNG
Dewi Anggraini
Dosen Jurusan Ilmu Politik, FISIP, Universitas Andalas E-mail : dewianggraini_81yahoo.com
Febriani
Dosen Luar Biasa Jurusan Ilmu Politik, FISIP, Universitas Andalas E-mail : febrianiphenigmail.com
A b s t r a k
Politik pengelolaan sumber daya alam didasarkan pasal 33 UUD Negara RI yang lebih dikenal dengan Hak Menguasai Negara HMN. HMN berkaitan dengan kegiatan negara dalam merumuskan kebijakan, melakukan pengaturan,
melakukan pengurusan, melakukan pengelolaan dan melakukan pengawasan. Salah satu SDA yang pengelolaannya perlu dioptimalkan adalah SDA pertambangan mineral dan batu bara. Pertambangan mineral dan batu bara diatur
dengan UU No. 4 tahun 2009 tentang Minerba, dimana pengelolaan pertambangan di daerah diatur oleh Bupati walikota, termasuk di dalamnya pemberian Izin Pertambangan Rakyat IPR. Akan tetapi sejak dikeluarkannya UU
No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pemberian IPR dialihkan kepada gubernur. Untuk Kab Sijunjung sendiri sebelum IPR dialihkan ke provinsi, pengaturan tentang pertambangan diatur dengan Perda No. 3 tahun
2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara. Pada aktivitas pertambangan emas rakyat di Kab Sijunjung kebanyakan tidak memiliki izin alias PETI. Tidak bisa dipungkiri pertambangan emas illegal di satu sisi
telah membawa perubahan standar ekonomi masyarakat, akan tetapi disisi lainnya menimbulkan potensi konflik ditengah-tengah masyarakat. Pemerintah daerah sudah seharusnya memiliki aturan yang jelas untuk mengatur aktivitas
pertambangan emas illegal dengan memaksimalkan koordinasi dengan pemerintah provinsi. Tujuan penelitian untuk menganalisis penerapan politik pengelolaan SDA terhadap potensi konflik tambang emas illegal dengan
melihat actor yang terlibat, factor penyebab dan potensi-potensi konflik. Metode yang digunakan kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukan ada beberapa actor yang terlibat, yaitu pemilik modal, pemilik lahan, operator mesin dompeng dan pekerja kasar. Alasan masyarakat melakukan aktivitas tambang emas illegal adalah factor ekonomi,
social dan lemahnya penegakan hukum. Potensi konflik terjadi antara pemerintah daerahaparat kepolisian dengan pemilik modalpemilik lahanpekerja tambang, konflik antara penambang local dengan pekerja tambang pendatang,
konflik antarpemilik lahan dan antara pemilik lahan. Optimalisasi dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi, pembuatan aturan baru tentang IPR, pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum.
Kata Kunci:
Politik, pengelolaan sumber daya alam, hak menguasai negara, tambang emas, ilegal
PENDAHULUAN
Negara Indonesia berkewajiban “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Pernyataan dalam Alinea Keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar UUD 1945 merupakan kaedah konstitusional dari
kewajiban negara dan tugas pemerintah untuk melindungi segenap sumber-sumber insani dalam lingkungan hidup Indonesia, guna kebahagiaan seluruh rakyat Indonesia dan segenap ummat manusia, termasuk melindungi
sumberdaya pertambanagan. Undang-Undang Dasar 1945 mewajibkan mengelola sumberdaya alam SDA untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat, yang harus dinikmati generasi masa kini dan masa depan secara
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup merupakan upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan.
69
69. Koesnardi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada Univ. Press, Yogyakarta, Cet. XIV, 1999, hlm. 66. Dalam hal ini, beliau menyatakan bahwa kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea Keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya dijabarkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945, Sehingga ketentuan tersebut, menurut beliau memberikan “hak penguasaan” kepada negara atas seluruh sumber daya alam Indonesia dan
memberikan “kewajiban kepada negara” untuk menggunakannya bagi sebesarbesar kemakmuran rakyat.
533
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Politik Lokal
Asas pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dewasa ini telah ditempatkan sebagai standar kebijakan pembangunan nasional. Dalam bagian menimbang Ketetapan MPR No. IXMPR2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, dinyatakan bahwa pengelolaan sumber daya agraria dan sumberdaya alam yang berlangsung selama ini telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan
struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik. Oleh karena itu, diperlukan penataan kembali penguasaan dan pengelolaannya secara optimal, adil, berkelanjutan dan
ramah lingkungan dengan mengedepankan prinsip mengakui, menghormati, dan melindungi hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas sumber daya agrariasumber daya alam. Pentingnya penataan
penguasaan dan pengelolaan SDA guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Untuk menjaga agar pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berlangsung dengan cara sebaik-
baiknya, terutama bagi SDA yang bernilai konservasi tinggi, diperlukan langkah-langkah konservasi, sehingga SDA hayati dan ekosistemnya selalu terpelihara dan mampu mewujudkan keseimbangan serta melekat dengan
pembangunan itu sendiri.
Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undang-undang, peraturan pemerintah maupun keputusan menteri yang
mengatur tentang pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
dan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara.
70
. Kegiatan pertambangan bahan galian berharga dari lapisan bumi telah berlangsung sejak lama. Selama kurun
waktu 50 tahun, konsep dasar pengolahan relatif tidak berubah, yang berubah adalah skala kegiatannya. Mekanisasi peralatan pertambangan telah menyebabkan sekala pertambangan semakin membesar. Perkembangan teknologi
pengolahan menyebabkan ekstraksi biji kadar rendah menjadi lebih ekonomis, sehingga semakin luas dan semakin dalam mencapai lapisan bumi jauh di bawah permukaan. Hal ini menyebabkan kegiatan tambang menimbulkan
dampak lingkungan yang sangat besar dan bersifat penting. Pengaruh kegiatan pertambangan mempunyai dampak yang sangat signifikan seperti pencemaran air permukaan dan air tanah, kerusakan lingkungan, konflik antar
masyarakat, masyarakat dengan pemerintah daerah hingga berkurangnya lahan pertanian produktif masyarakat.
Berkembangnya usaha tambang rakyat berimplikasi kepada berbagai aspek, diantaranya adalah pemanfaatan lahan pertanian untuk lokasi penambangan yang menyebabkan berkurangnya luas garapan bagi petani. Selanjutnya
tenaga kerja di sektor pertanin lebih memilih melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian, termasuk sebagai tenaga kerja pada usaha tambang. Perpindahan tenaga kerja disektor pertanian ke non-pertanian diperkirakan
akan menghadapi sejumlah persoalan, baik jangka pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka pendek,pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani sering kurang dan bahkan tidak relevan dengan
jenis pekerjaan diluar sektor pertanian. Oleh sebab itu, tingkat produktivitasnya sebagai tenaga kerja cenderung rendah sehingga gajiupah yang diterima relative kecil. Petani sering hanya menjadi tenaga kerjaburuh untuk
berbagai jenis pekerjaan, dan mempunyai kedudukan sangat rapuh terhadap pekerjaannya. Perkembangan usaha tambang juga menyebabkan kedatangan tenaga kerja migrant dari berbagai daerah di Indonesia. Tenaga kerja
pekerja tambang yang seluruhnya adalah laki-laki, jumlahnya ratusan orang membawa berbagai kebiasaan dan budaya yang berbeda dari kebiasaan dan budaya masyarakat. Dalam kesehariannya interaksi antara pekerja migrant
dengan masyarakat tempatan memungkinkan terjadinya pergeseran-pergeseran prilaku dari masyarakat tempatan.
Pada wilayah Propinsi Sumatera Barat terkandung Potensi sumber daya mineral seperti emas dan mangani. Menurut laporan Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sumbar 2004, emas terdapat pada wilayah daerah
Kabupaten Sijunjung, 50 Kota, Pasaman, dan Pesisir Selatan. Pada wilayah Kabupaten Sijunjung, deposit emas diperkirakan terdapat di sejumlah lokasi kecamatan seperti Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Kupitan, Kecamatan
70. http:fhukum.unpatti.ac.idartikellingkungan-hidup-penggelolaan-SDA-dan-perlindunga-hak-hak-adatkebijakan-daerah-terhadap- penggelolaan-pertambangan-liar-di-gunung-botak-kabupaten-boru. Diakses tanggal 15 Maret 2016
534
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Politik Lokal
Koto VII dan Kecamatan Sijunjung dan Kecamatan Kamang Baru. Pada lokasi-lokasi yang memiliki kandungan emas ini, secara tradisional sudah sejak lama ‘dieksploitasi’ oleh masyarakat dengan menggunakan cara dan teknis
sangat sederhana yang dikenal dengan mendulang emas. Pendulangan emas dilakukan pada aliran sungai yaitu dengan cara melakukan penyaringan pasir yang terdapat disepanjang aliran sungai, menggunakan dulang yang
dibuat khusus dari kayu. Mendulang emas secara tradisional dilakukan pada umumnya oleh kaum perempuan sebagai pekerjaan sampingansambilan pada saat tidak melakukan kegiatan usaha pertanian seperti kesawah,
ladang atau pun kebun. Dengan cara dan peralatan yang sederhana tersebut pendulang tidak mendapatkan kepastian akan mendapatkan hasil dan kalau pun didapat hasil hanya dalam jumlah rata-rata yang sangat kecil,
tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan keluarga.
Di Kabupaten Sijunjung penambangan emas sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Sebelum menggunakan peralatan berat dan kapal bermesin dompeng, dulu warga hanya menambang dengan menggaruk pasir demi pasir
di dasar sungai menggunakan dulang kayu sederhana. Tapi sejak munculnya dompeng dan alat berat lainnya, persolan mulai muncul, mulai dari lahan bekas tambang yang tidak direklamasi, air sungai yang berubah warna,
dan perebutan wilayah tambang, menjadi sorotan bagi pemerintah daerah dan pihak kepolisian
71
. Perebutan wilayah tambang diantara anggota masyarakat juga sering terjadi dan menimbulkan konflik horizontal. Namun
demikian, usaha penambangan emas juga memberikan berpengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat di daearah ini. Sebagaimana yang dikatakan Bupati Sijunjung :“Kami sadar, sejak adanya pertambangan emas
dengan menggunakan alat canggih berupa alat berat di wilayah ini, berdampak besar pada perekonomian masyarakat. Dapat kita lihat pesatnya pembangunan rumah permanen dan penambahan kendaraan roda empat di daerah kita ini
sangat berkembang pesat. Namun di balik itu, sawah, ladang, serta sungai yang kita jaga selama ini menjadi hilang dan tercemar
72
. Selanjutnya Bupati Sijunjung menambahkan :“Kerugian yang diakibatkan penambangan liar akan dirasakan oleh masyarakat sendiri. Walaupun perekonomian sebagian masyarakat menjadi lebih baik, namun
itu bukanlah masyarakat kelas menengah ke bawah. Melainkan yang memiliki modal untuk menambang dengan menggunakan alat berat. Sementara, hutan lindung dan lingkungan hidup menjadi korban karena tidak adanya
reklamasi tanah kembali,”.
Dalam dua tahun belakangan, tambang emas menjadi persoalan yang paling fenomenal di Kabupaten Sijunjung, setidaknya ada sekitar 548 hektar areal persawahan yang sudah dikonversi menjadi Pertambangan
Emas rakyat
73
. Banyak persoalan yang terjadi mulai dari persoalan tidak adanya usaha reklamasi bekas lahan tambang oleh pemilik lahan, yang juga kurang adanya usaha dari pemerintah daerah untuk mendukung usaha
reklamasi lahan tambang menjadi lahan produktif, masalah perizinan, banyaknya penambang yang meninggal tertimbun tambang, banyaknya pendatang yang memiliki dan membawa budaya, kepercayaan yang berbeda
debgan masyarakat asli, konflik antara warga dengan pemerintah daerah, hingga demo besarbesaran warga ke DPRD. Tidak tanggung-tanggung, masalah ini melibatkan berbagai pihak. Berangkat dari kondisi demikian,
maka Pemerintah Daerah melakukan upaya penertiban karena dinilai sudah berimplikasi negative yang besar terhadap berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya maupun terhadap lingkungan alam. Kebijakan penertiban
ini menyebabkan sekitar 4.000 pekerja PETI Penambangan Emas Tanpa Izin Nagari yang tergabung dalam Asosiasi Penambang Rakyat Anak Nagari PERAN melakukan aksi demonstrasi di halaman kantor DPRD
Sijunjung, pada tanggal 156 2011. Para buruh dari kecamatan Sijunjung, Kupitan, Koto VII dan Koto Tuo itu menuntut agar pemda setempat membuka kembali pertambangan.
Sebenarnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung sudah mulai melakukan pengaturan pertambangan rakyat yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
bara Minerba. Di mana, Pemerintah Kabupaten Sijunjung telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2010 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengurusan Wilayah Pertambangan Rakyat WPR dan Izin
Pertambangan Rakyat IPR. Di samping itu, Pemda Sijunjung juga mengeluarkan Perda No. 3 Tahun 2014
71. Padang Expres, 24 Juli 2010 72. Padang Express, 11122011
73. Data Walhi Sumatera Barat tahun 2012
535
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Politik Lokal
tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara Usaha pertambangan pada wilayah pertambangan rakyat di kabupaten Sijunjung dapat dilakukan apabila telah mengantongi IPR.Pasal 5 ayat 1 disebutkan
bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan di bidang pertambangan
74
. Akan tetapi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah kabupatenkota dalam hal penetapan wilayah
pertambangan, wilayah pertambangan rakyat serta pemberian izin pertambangan rakyat diahlihakn kepada Pemerintah Daerah Propinsi, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 120253sj tanggal 16 januari tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka segala kebijakan mengenai sector pertambangan seperti penerbitan izin baru, sedang dalam proses dan yang telah oleh pemerintah kabupaten berkaitan dengan izin usaha pertambangan
IUPIUPKIPR komunitas mineral, batubara, non logam dan batuan, kewenangannnya telah dilimpahkan ke provinsi.
Untuk Daerah Kabupaten Sijunjung sendiri, setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tidak mengeluarkan izin pertambangan emas lagi. Malahan menurut Sekretaris Dinas Pertambangan dan Mineral
Kabupaten Sijunjung sejak akhir tahun 2012 pemerintah daerah tidak mengeluarkan izin pertambangan yang baru lagi dan hanya memberikan izin perpanjangan sampai tahun 2014
75
. Artinya seluruh tambang emas yang beroperasi di Kabupaten Sijunjung semenjak tahun 2014 hampir dipastikan tidak ada yang mengantongi izin
pertambangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat alias PETI Pertambangan tanpa izin alias illegal. Dari pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian ini adalah : Bagaimana
optimalisasi penerapan politik pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap potensi konflik tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung? Ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu : 1
Untuk mengidentifikasi actor yang terlibat, factor penyebab dan potensi-potensi konflik pertambangan emas illegal di Kabupaten Sijunjung. 2 Untuk menganalisis penerapan politik pengelolaan sumber daya alam yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap potensi konflik tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung.
Penelitian terkait dengan optimalisasi politik pengelolaan sumber daya alam ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang tertarik dalam politik pengelolaan sumber daya alam pertambangan emas rakyat
ditingkat local, dengan demikian semakin banyak orang yang meneliti maka akan menambah kepedulian tentang pergolakan politik sumber daya alam ditingkat lokal. Di samping itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap pengambil kebijakan di tingkat local dalam upaya optimalisasi penerapan politik pengelolaan sumber daya alam
TINJAUAN PUSTAKA