Manajemen Pengelolaan oleh Kenadziran

689 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Kebijakan Publik, Administrasi Publik horizontal adalah tindakan- tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang dijalankan terhadap kegiatan dalam tingkat organisasi yang setingkat. Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi: 1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif. 2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini. 3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha ini. Menurut E.F.L. Brech 2008:85, koordinasi adalah: “Mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan alokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing anggotanya dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya antara para anggota itu sendiri.” Dari definisi di atas, terlihat bahwa Brech menitikberatkan koordinasi pada pemberian alokasi kegiatan yang pas pada bagian organisasi sesuai masing-masing tugas dan fungsinya. Dengan dibantu adanya spesialisasi kerja pada organisasi, maka proses kegiatan yang dijalankan akan seimbang dan keselarasan antar anggota akan tercipta. Senada dengan teori Brech, Mooney dalam Sutarto 2006:141 menjelaskan bahwa koordinasi merupakan suatu pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan. Pengaturan usaha kelompok atau organisasi memang diperlukan, mengingat organisasi terdiri atas sejumlah unit kerja yang berlainan fungsi namun diikat oleh satu kesatuan tujuan tertentu. Sugandha 1991:11 mendefinisikan koordinasi sebagai penyatupaduan gerak dari seluruh potensi dan unit-unit organisasi atau organisasi yang berbeda fungsi agar secara benar-benar mengarah kepada sasaran yang sama guna memudahkan pencapaiannya yang efisien. Dalam teorinya, Sugandha menyimpulkan bahwa dalam koordinasi terkandsung enam unsur utama, yaitu: 1. Unit-unit atau organisasi-organisasi 2. Sumber-sumber potensi 3. Kesatupaduan 4. Gerak kegiatan 5. Keserasian 6. Arah yang sama sasaran Sedangkan Benn dalam Sutarto 2006:142 menerangkan bahwa koordinasi adalah: “Suatu kelangsungan, keharmonisan mencapai tujuan, yang dapat dicapai melalui kepemimpinan, organisasi dan administrasi; dan koordinasi juga dipandang sebagai suatu penyusunan usaha-usaha kelompok di dalam suatu kelangsungan dan keteraturan sikap sehingga menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya tujuan bersama.” Koordinasi menurut Benn dapat dicapai melalui kepemimpinan, organisasi, dan administrasi. Ketiga hal ini merupakan poin penting dalam proses pencapaian tujuan organisasi. Dengan kepemimpinan dan administrasi yang baik, organisasi akan lebih teratur dan terarah dalam setiap kegiatan karena pimpinan dapat menciptakan kesatuan tindakan pada kelompok-kelompok yang bekerja di bawahnya. Pendapat yang lain sehubungan dengan teori di atas diungkapkan juga oleh Koontz dan O’Donnel Sutarto, 2006:144 yang mengartikan koordinasi sebagai pencapaian keselarasan usaha individu dalam usaha mencapai tujuan serta sasaran kelompok. Hal yang sama juga diterangkan Hicks dalam prinsip koordinasinya bahwa pelaksanaan organisasi itu efektif apabila semua orang dan sumber disinkronkan, diseimbangkan, dan diberi pengarahan Sutarto, 2006:145. Koordinasi dapat juga diberikan definisi sebagai sinkronisasi usaha yang bertitik pangkal waktu dan urutan pelaksanaan. Hudson dalam Sutarto 2006:143 mengartikan pengkoordinasian sebagai kewajiban yang sangat penting dari antar hubungan macam- macam satuan kerja. Sedangkan menurut Livingstone Sutarto, 2006:143, koordinasi adalah: “Suatu antar hubungan berbagai faktor organisasi. Tidak sukar mengorganisasikan kegiatan tunggal, tetapi untuk mengorganisasi macam-macam kegiatan di dalam ketunggalan adalah merupakan pencapaian yang sukar. Koordinasi membuat organisasi baik, ini adalah suatu sistem keseimbangan dan kontrol, tantangan dan tanggapan, yang ada diantara satuan-satuan dalam organisasi.” 690 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Kebijakan Publik, Administrasi Publik Livingstone menyatakan bahwa tidak sulit dalam mengorganisasikan kegiatan tunggal. Kesulitan dalam organisasi akan ditemui jika terdapat bermacam-macam kegiatan dalam suatu satuan kerja. Untuk mengimbangi kegiatan tersebut, koordinasi hadir untuk berperan sebagai kontrol keselarasan dalam satuan organisasi. Sedangkan menurut White 2006:141, koordinasi adalah: “Penyesuaian diri dari bagian-bagian satu sama lain, dan gerakan serta pengerjaan bagian-bagian pada saat yang tepat sehingga masing-masing dapat memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil secara keseluruhan.” Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah suatu usaha untuk saling menyelaraskan antara individu maupun kelompok dalam organisasi, dengan melihat pertimbangan waktu dan jenis pekerjaan sehingga pencapaian tujuan organisasi akan lebih terarah dan optimal. METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian.

Desain dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dalam bentuk studi kasus yang memusatkan perhatian pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial masyarakat. Penggunaan pendekatan kualitatif juga dimaksudkan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, tentang ucapan, tulisan, atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat danatau organisasi tertentu dalam suatu setting tertentu pula. Kesemuanya itu dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik Bogdan dan Taylor ataupun Fatchan yang dikutip Basrowi Sukidin, 2002:3. Creswell 2002:136 kemudian menyimpulkan pandangan berbagai ahli bahwa pendekatan kualitatif lebih menekankan perhatian pada proses dan makna yang bersifat deskriptif didapat melalui kata atau gambar serta bersifat induktif dimana peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesa dan teori dari rincian. Dimana peneliti merupakan instrumen pokok yang secara fisik berhubungan dengan orang, latar, lokasi atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya.

2. Langkah Penelitian.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam proses pelaksanaan penelitian yang berlangsung secara simultan dan berkesinambungan sampai data yang diperoleh jenuh. Tahap, pertama, permohonan ijin penelitian ; kedua, menemui pengurus Kenadziran Banten dan Dinas Pariwisata dan Olahraga, Dinas Kebersihan dan Dinas Perhubungan; ketiga, menemui informan; keempat, pengumpulan data lapangan dengan melakukan wawancara kepada subjek penelitian yakni pengurus kenadziran dan pejabat Dinas Pariwista dan Olah Raga, Dinas Kebersihan dan Dinas Perhubungan Kota Serang yang mengelola wisata religi di Banten lama. Proses wawancara dilakukan dalam rangka mengkonstruksi pandangan, pendapat, dan opini subjek terhadap fokus penelitian; kelima, menganalisis data lapangan dan mengecek data lapangan; keenam, penyusunan hasil penelitian.

3. Penentuan Informan.

Penentuan informan didasarkan atas hasil kunjungan lapangan yaitu Kenadziran Banten sebagai pengelola inti wisata religi di Banten lama dan Dinas terkait. Informan tersebut, diperoleh tidak berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran informan sesuai fokus masalah penelitian. Kategori subjek informan adalah mereka yang terlibat langsung dalam revitalisasi Kenadziran banten dalam mengelola wisata religi di Banten lama, yang menjadi indikator dalam pemilihan informan dalam penelitian adalah dengan melihat situasi sosial yang meliputi aspek: latar setting, para pelaku actor, peristiwa-peristiwa event dan proses process. Spradley dalam Sugiyono, 2005:146, Garna, 1999:67. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

1. Masjid Agung Banten Sebagai Obyek Wisata Religi

Masjid Agung Banten merupakan obyek wisata religi alternatif yang banyak diminati oleh wisatawan atau pengunjung. Masjid Agung ini terletak di bagian barat alun-alun kota, diatas tanah seluas 0,13 hektar. Dibulan-