Sekilas tentang Teleju full proseding JILID 2

607 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Kebijakan Publik, Administrasi Publik KESIMPULAN Kebijakan Pemerintah Kota Pekanbaru yang menutup lokalisasi Teleju dengan niat membasmi penyakit masyarakat berupa prostitusi dianggap gagal. Sebab, penyebaran lokalisasi menjadi jauh lebih banyak, meskipun bersifat terselubung atau berkedok panti pijat dan hiburan karaoke. Mati satu tumbuh seribu. Begitulah analogi yang cocok untuk kasus prostitusi di Pekanbaru. Dengan ditutupnya Teleju, maka berjamuran lokalisasi lain yang berkedok hiburan dan panti pijat seperti di Jondul, Maredan, Jalan Riau Ujung, dan lokasi sederhana serta kecil lainnya yang bertebaran di setiap sudut Kota Pekanbaru. DAFTAR PUSTAKA Ali Faried, dan Andi Syamsu Alam. 2012. Studi Kebijakan Pemerintahan. Bandung: Refika Aditama Dirdjosisworo, Soedjono. 1997. Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Masyarakat. Bandung: Karya Nusantara. Dwijowijoto, Riant Nugroho. 2004. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta: Elex Media Komputindo. Hermanto, Bambang. 2011. “Penanganan Patologi Sosial dalam Perspektif Sosiologi Hukum Islam: Studi Kasus Penutupan Lokalisasi Teleju oleh Pemko Pekanbaru”. Jurnal Kutubkhanah. Volume 14. Nomor 2. Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kartono, Kartini. 1999. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Press. Kasnawi dan Asang. 2014. Perubahan Sosial dan Pembangunan. Banten: Universitas Terbuka. Katon. 2008. Perpsektif Hukum Islam terhadap Perda No.5 Tahun 2002 Pemda Kota Pekanbaru dalam Upaya Menanggulangi Pekerja Seks Komersial. Skripsi UIN Jakarta. Koentjaraningrat. 1996. Prostitusi di Indonesia: Sebuah Analisi Kasus di Jawa. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Nanik, Suhar. Sanggar Kamto dan Yayuk Yuliati. 2012. “Fenomena Keberadaan Prostitusi Dalam Pandangan Feminisme”. Jurnal Wacana. Vol. 15, Nomor 4. Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. Surabaya: Pustaka Pelajar. Ranjabar, Jacobus. 2015. Perubahan Sosial: Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial serta Teori Pembangunan. Bandung: Alfabeta. Soetomo. 2011. “Efektivitas Kebijakan Sosial dalam Pemecahan Masalah Sosial”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 15. Nomor 1. Silalahi, Roselly Evianty. 2008. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat terhadap Pekerja Seks Komersil dalam Menggunakan Kondom untuk Pencegahan HIVAIDS di Lokalisasi Teleju Kota Pekanbaru Tahun 2008. Tesis USU Medan. Sitepu, Abdi. 2004. “Dampak Lokalisasi Prostitusi Terhadap Perilaku Remaja di Sekitarnya”. Jurnal Pemberdayaan Komunitas. Vol. 3. Nomor 3. Subarsono, AG. 2008. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar Grafika. Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: MedPress. 608 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Kebijakan Publik, Administrasi Publik KEBIJAKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR PEMERINTAH DAERAH DALAM PERSPEKTIF TEORI KELEMBAGAAN Studi Di Diy Dan Provinsi Jawa Tengah Isnaini Muallidin Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: isnainimuallidingmail.com Mukti Fajar Dewanto Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: muktifajarumy.ac.id Leli Joko Suryono Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: lelijokosuryonoumy.ac.id Dyah Mutiarin Magister Ilmu Pemerintahan, Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: mutiarinyahoo.com A b s t r a k Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kondisi eksisting kebijakan CSR di DIY dan Provinsi Jawa Tengah dalam perspektif teori kelembagaan. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pendekatan perundang undangan statute approach dan penelitian yuridis empiris sosiologis. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Pertama, Kebijakan CSR oleh pemerintah daerah terutama di DIY dan Jateng secara umum masih sangat lemah, dimana untuk DIY dalam bentuk Peraturan Gubernur sedangkan Jawa Tengah menggunakan Surat Keputusan Gubernur. Kedua, Untuk kelembagaan sangat penting dalam implementasi CSR, namun dalam konteks saat ini forum hanya ditetapkan melalui surat keputusan gubernur, namun perlu dan akan diperkuat peran kelembagaan dalam peraturan daerah yang telah diinisiasi. Keyword: Kebijakan CSR, Pemerintah daerah, Teori Kelembagaan PENDAHULUAN Pemerintahan saat ini telah menjadi aktor penting dalam mempromosikan agenda Corporate Social Responsibility CSR. Bahkan pemerintah di seluruh dunia telah menjadi semakin proaktif dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk mengatur CSR. Sebab pemerintah melihat CSR sebagai subjek dengan sangat relevansi untuk kebijakan publik, karena kemampuannya untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan dan inklusif, meningkatkan daya saing nasional dan serta mendorong investasi asing Peters, 2010;8. Wilson dan Olsen 2003 berpendapat bahwa “pemerintah perlu meletakkan kembali perannya dengan memberlakukan undang-undang untuk membuat kerangka normatif yang akan memastikan perilaku bisnis memberikan hasil yang diinginkan untuk memenuhi tantangan sistemik yang dihadapi masyarakat. Pemerintah juga harus bekerja dengan bisnis untuk menciptakan insentif yang akan mendorong perusahaan untuk mengambil tindakan lebih lanjut pada tingkat berperan untuk saling menguntungkan bisnis dan masyarakat. Pada tahun 2007, Indonesia menjadi negara pertama yang memperkenalkan wajib persyaratan hukum untuk CSR ketika parlemen Indonesia mensahkan Undang-Undang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Rosser and Edwin; 2010. Namun demikian, Waagstein 2010 melihat ada dua masalah yang muncul dalam pelaksanan program CSR di Indonesia, yaitu: Pertama, kurangnya pengetahuan tentang CSR. Pemahaman CSR sebagai konsep di Indonesia masih kurang dan tidak konsisten. CSR sering dianggap sebagai konsep Barat yang terkait dengan tindakan filantropi. Persepsi umum bahwa CSR masih merupakan biaya tinggi dan sebagai lawan investasi, sehingga perusahaan mepunyai keengganan dalam mengadopsi CSR di perusahaan mereka. Kurangnya informasi tentang CSR di Indonesia juga berlaku untuk pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Pada level pemerintah konsep ini telah diperkenalkan, tapi masih dalam tahap awal kesadaran saja sedangkan pada tinggakt implementasinya masih lemah. Dengan