Sumber Dana: full proseding JILID 2

796 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen maupun pengeluaran dana kampanye. Ia berharap Bawaslu semakin tegas dengan memberikan sanksi pembatalan pasangan calon. “Itu penting dilakukan agar membuat kandidat tidak lagi berani melakukan manipulasi pencatatan pengeluaran dana kampanye,” ujar Donal. Dengan terbukanya data laporan dana kampanye, lanjut dia, publik dapat mengetahui ada atau tidaknya manipulasi dana kampanye. Gerakan Anti Korupsi GeRAK Aceh Barat mendesak para calon kandidat Kepala Daerah Kabupaten Aceh Barat, yang bertarung dalam pemilu tahun 2012 untuk mempublikasikan dana kampanye kepada publik. Hal ini penting dilakukan agar publik dapat melakukan pengawasan terhadap dana kampanye. Muliyadi koordinator GeRAK Aceh Barat, mengatakan kepada DiliputNews.com, dapat mencegah terjadinya penyimpangan dan kecurangan dana kampanye dalam pelaksanaan pemilu serta persaingan yang tidak sehat antar calon dalam meraih dukungan rakyat. Disamping itu publikasi dana kampanye secara transparan juga dapat mencegah terjadinya permainan politik uang money politics dan pencucian uang money laundry. “Publikasi dana kampanye olah kandidat merupakan indikator bentuk kejujuran dan sikap transparans, yang dilakukan oleh pasangan calon Kepala Daerah. Hal ini senada dengan imbauan Anggota Badan Pengawas Pemilu Lampung Ali Sidik bahwa calon kepala Daerah dan wakil kepala daerah bisa berinisiatif menyampaikan laporan dana kampanye secara rutin kepada publik. Hal ini untuk menunjukkan komitmen kepala daerah mewujudkan pemilukada yang transparan dan akuntabel, Ali sidik mengapresiasi jika ada pasangan calon berinisiatif melaporkan perkembangan dana kampanye yang masuk le rekeningnya secara rutin ke publik Prinsip transparansi bertujuan untuk memberikan informasi kepada publik tentang penyumbang dana, jumlah sumbangan dan jenis belanja kampanye yang dilakukan oleh partai politik dan calon baik selama maupun setelah kampanye. Informasi itu penting bagi masyarakat untuk mengetahui dan mengontrol pengaruh uang terhadap partai politik dan pejabat-pejabat terpilih dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan di pemerintahan pascapemilu. UU Pemilihan pasal 75 ayat 4 disebutkan bahwa KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota mengumumkan hasil pemeriksaan dana Kampanye Pemilu kepada publik paling lambat 3 tiga hari setelah diterimanya laporan hasil pemeriksaan. Namun, tidak diatur secara jelas bagaimana caranya mengumumkan laporan hasil pemeriksaan tersebut, kewajiban untuk menyampaikan hasil audit ini hanyalah kepada pasangan calon aja. Sehingga masing-masing KPU, KPU Provinsi, dan KPU KabupatenKota mengumumkan hasil laporan tersebut dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kreatifitas dan kemampuan anggaran masing-masing. Mengingat signifikansi publikasi laporan dana kampanye ini, seharusnya publikasi hasil audit pasangan calon ini bisa tersedia dan diakses oleh masyarakat umum secara luas dan terutama para pemangku kepentingan. Keterbukaan informasi Dana Kampanye akan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk memantau dan mengawasi akuntabilitas dana kampanye tersebut, untuk itu diperlukan media yang tepat, yang bisa menjangkau masyarakat secara luas dengan tidak ada rintangan berarti. sehingga peran masyarakat dan kelompok kepentingan untuk mengawasi bisa terfasilitas. Perlu dipertimbangkan mekanisme untuk bisa mengkoordinasikan pihak-pihak yang akan fokus terhadap isu-isu kunci dari laporan ini seperti LSM dan Media Indonesia sebagai negara pengakses facebookinternet nomor 2 terbesar di dunia seharusnya bisa memanfaatkan kondisi ini untuk mewujudkan Dana Kampanye yang transparansi dan akuntable. Kesuksesan KPU dalam memanfaatkan internet untuk melakukan cek DPT secara Online, transparansi hasil penghitungan suara melalui kegiatan scan C1 yang telah mendapat apresiasi dari banyak pihak seharusnya bisa diduplikasikan juga untuk mempublikasikan setiap periodesasi pelaporan Dana Kampanye. Hal ini memberikan kesempatan kepada masyarakat secara luas untuk melaksanakan hak politiknya mengawasi dan memberikan penilaian serta yang lebih jauh lagi melaporkan jika melihat ada penyimpangan dalam dana kampanye yang dilaporkan Audit Laporan Dana Kampanye Ideal nya proses audit laporan Dana Kampanye pasangan calon adalah poin penting yang akan menentukan apakah pengelolaan Dana Kampanye kontestan akuntable atau tidak, apakah ada sumbangan dari pihak yang dilarang, jumlah sumbangan yang melebihi batas, pembelanjaan yang melebihi batas maksimal, indikasi masuknya 797 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen aliran dana-dana korupsi, serta dana-dana siluman dan item belanja yang menuju kepada politik transaksional. sayangnya, hal ini masih belum bisa diterapkan, karena proses Audit yang dilakukan Kantor Akuntan Publik KAP saat ini belum memfasilitasi untuk melakukan audit seperti ini, Aturan Dana kampanye yang sudah cukup maju ternyata tidak diikuti dengan kemajuan aturan terhadap proses audit nya. disisi lain KPU hanya bertanggungjawab untuk menerima dan memeriksa kelengkapan laporan. Hal ini membuat laporan hasil audit hanya sekedar basa basi, dan tidak bergigi. Tabel 3: Pelaksanaan Audit Dana Kampanye Pasangan Calon Pemilihan Gubernur Sumbar 2015 Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI dan Kelompok Kerja Nasional Pengawasan Partisipasi Dana Kampanye menyebutkan enam persoalan audit dana kampanye dalam pilkada serentak 2015 “Persoalan pertama, audit dana kampanye tidak disertai dengan anggaran yang wajar atau memadai. Dilihat dari besarannya, anggaran audit dana kampanye sangat tidak wajar atau sangat rendah, persoalan ini memunculkan kekhawatiran kualitas hasil audit dana kampanye jauh di bawah standar dan tidak profesional. Persoalan kedua, audit dana kampanye tidak disertai dengan proses audit yang komprehensif. Akuntan Publik AP hanya melakukan audit atas laporan dana kampanye yang disampaikan pasangan calon. Untuk itu, pemilihan atau penunjukan KAP sebaiknya dilakukan sebelum masa kampanye dimulai. “AP yang ditunjuk harus melakukan tugas di lapangan on the spot selama masa kampanye berlangsung dengan melakukan sampling atas seluruh aktivitas kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon,” Persoalan ketiga, lanjut Anton, adalah tidak adanya kontrol audit dana kampanye. Hingga saat ini belum diatur kontrol atas pelaksanaan audit dana kampanye yang dilakukan oleh KAP. Padahal KAP sangat potensial tidak melakukan audit dengan baik dan sesuai standar. “Selama ini, kontrol terhadap KAP di seluruh Indonesia dilakukan oleh Departemen Keuangan c.q. PPPK dan IAPI selaku satu-satunya asosiasi profesi yang menaungi para akuntan publik Indonesia. Namun pada kenyataannya, belum ada mekanisme kontrol atas pelaksanaan audit dana kampanye khususnya pada pelaksanaan pilkada,” Persoalan keempat, persoalan audit dana kampanye dapat berdampak buruk pada profesi akuntan publik dan KAP serta akuntabilitas audit dana kampanye. “Ini kemudian berdampak pada hasil audit yang bisa saja tidak memenuhi standar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya. Persoalan kelima, adalah audit dana kampanye hanya melakukan audit kepatuhan dan administrasi sehingga tidak menyentuh hal-hal substansial salam pengelolahan dana kampanye oleh pasangan calon. KAP atau AP tidak memiliki ruang yang cukup untuk melakukan penelusuran penerimaan dan penggunaan dana kampanye karena KAP dan AP baru dilibatkan pada laporan dana akhir kampanye. Persoalan terakhir adalah penunjukan dan pemilihan KAP untuk audit dana kampanye dilakukan dengan penunjukan langsung secara tertutup sehingga sangat rawan ada transaksi terlarang antara oknum KPU di tingkat daerah dengan KAP,”