Pengendalian Pengeluaran Dana Kampanye

797 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen aliran dana-dana korupsi, serta dana-dana siluman dan item belanja yang menuju kepada politik transaksional. sayangnya, hal ini masih belum bisa diterapkan, karena proses Audit yang dilakukan Kantor Akuntan Publik KAP saat ini belum memfasilitasi untuk melakukan audit seperti ini, Aturan Dana kampanye yang sudah cukup maju ternyata tidak diikuti dengan kemajuan aturan terhadap proses audit nya. disisi lain KPU hanya bertanggungjawab untuk menerima dan memeriksa kelengkapan laporan. Hal ini membuat laporan hasil audit hanya sekedar basa basi, dan tidak bergigi. Tabel 3: Pelaksanaan Audit Dana Kampanye Pasangan Calon Pemilihan Gubernur Sumbar 2015 Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI dan Kelompok Kerja Nasional Pengawasan Partisipasi Dana Kampanye menyebutkan enam persoalan audit dana kampanye dalam pilkada serentak 2015 “Persoalan pertama, audit dana kampanye tidak disertai dengan anggaran yang wajar atau memadai. Dilihat dari besarannya, anggaran audit dana kampanye sangat tidak wajar atau sangat rendah, persoalan ini memunculkan kekhawatiran kualitas hasil audit dana kampanye jauh di bawah standar dan tidak profesional. Persoalan kedua, audit dana kampanye tidak disertai dengan proses audit yang komprehensif. Akuntan Publik AP hanya melakukan audit atas laporan dana kampanye yang disampaikan pasangan calon. Untuk itu, pemilihan atau penunjukan KAP sebaiknya dilakukan sebelum masa kampanye dimulai. “AP yang ditunjuk harus melakukan tugas di lapangan on the spot selama masa kampanye berlangsung dengan melakukan sampling atas seluruh aktivitas kampanye yang dilakukan oleh pasangan calon,” Persoalan ketiga, lanjut Anton, adalah tidak adanya kontrol audit dana kampanye. Hingga saat ini belum diatur kontrol atas pelaksanaan audit dana kampanye yang dilakukan oleh KAP. Padahal KAP sangat potensial tidak melakukan audit dengan baik dan sesuai standar. “Selama ini, kontrol terhadap KAP di seluruh Indonesia dilakukan oleh Departemen Keuangan c.q. PPPK dan IAPI selaku satu-satunya asosiasi profesi yang menaungi para akuntan publik Indonesia. Namun pada kenyataannya, belum ada mekanisme kontrol atas pelaksanaan audit dana kampanye khususnya pada pelaksanaan pilkada,” Persoalan keempat, persoalan audit dana kampanye dapat berdampak buruk pada profesi akuntan publik dan KAP serta akuntabilitas audit dana kampanye. “Ini kemudian berdampak pada hasil audit yang bisa saja tidak memenuhi standar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,” terangnya. Persoalan kelima, adalah audit dana kampanye hanya melakukan audit kepatuhan dan administrasi sehingga tidak menyentuh hal-hal substansial salam pengelolahan dana kampanye oleh pasangan calon. KAP atau AP tidak memiliki ruang yang cukup untuk melakukan penelusuran penerimaan dan penggunaan dana kampanye karena KAP dan AP baru dilibatkan pada laporan dana akhir kampanye. Persoalan terakhir adalah penunjukan dan pemilihan KAP untuk audit dana kampanye dilakukan dengan penunjukan langsung secara tertutup sehingga sangat rawan ada transaksi terlarang antara oknum KPU di tingkat daerah dengan KAP,” 798 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen KESIMPULAN DAN SARAN Masa kampanye bagi sebagian konstestan Pemilihan Kepada Daerah merupakan tahapan yang penting yang harus dioptimalkan dalam mengisinya. Ketidak berfungsian mesin partai politik dalam mengedukasi dan mendekatkan diri dengan masyarakat selama ini membuat masa kampanye dijadikan sebagai shortcut untuk mempengaruhi perilaku memilih, sehingga berbagai carapun ditempuh pada masa ini, termasuk menggunakan uang sebagai daya tarik paling efektif. Agar masa kampanye menjadi sarana yang efektif untuk mempengaruhi perilaku memilih masyarakat, masa kampanye harus diisi dengan hal-hal yang subtantif, menjadi media bagi para kontestan untuk saling beradu visi misi, program dan kreatifitas, bukan sekedar mempengaruhi pemilih dengan rayuan materi dan nominal uang, maka harus ada aturan main yang jelas, memfasilitasi secara adil dan bersifat memaksa untuk dilaksanakan. Aturan hukum dana kampanye pemilihan Kepala Daerah diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2015 dalam aplikasi nya dilapangan masih ditemukan beberapa celah yang harus terus disempurnakan antara lain: 1. Kontestan perlu diedukasi tentang urgensi dana kampanye yang transparan dan akuntabel, serta perlu diback-up oleh Sumber Daya Manusia yang paham dan mampu untuk melaksanakan tatakelola keuangan kampanye secara baik dan benar, sehingga menjadi gambaran kemampuan kontestan dalam mengelola sumber daya daerah pada masa yang akan datang jika terpilih nantinya. 2. Diperlukan mekanisme pengaturan lebih rinci tentang pembatasan sumber dana kampanye yang berasal dari pendanaan calonkontestan sendiri, agar tidak menjadi celah untuk masuknya dana-dana titipan yang tidak bertanggungjawab. Termasuk mekanisme untuk membandingkan dengan harta kekayaan yang dimiliki, hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan PPATK melalui penelusuran Laporan Harta Kekayaan calon. 3. Perlu dikaji ulang metode pembatasan jumlah pengeluaran dana kampanye agar mendapatkan jumlah yang mampu mengakomodir azas efektif dan efisien, termasuk memperhitungkan mekanisme kampanye yang sudah difasilitasi APBD. 4. Untuk memperbaiki kekurangan kualitas dan kedalaman laporan Dana Kampanye oleh calonkonstestan, bisa dilakukan dengan memperpendek periodesasi laporan dana kampanye salah satunya dengan berkala setiap bulan, disatu sisi hal ini dapat membantu pasangan calon dalam menyusun laporan lengkap atau akhir. Sebab, dalam proses penyusunan dan penyampaian laporan berkala, pasangan calon akan dipaksa belajar dan berlatih dalam menyempurnakan laporan, sehingga secara tidak langsung akan mampu membuat laporan akhir sesuai dengan aturan. 5. Untuk memperkuat model transparansi diperlukan badan khusus yang diberi kewenangan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat, yang masuk dan bekerja tidak dibatasi waktu adhoc, bisa saja dari KPU, Bawaslu atau ada badanfungsi khusus yang fokus untuk masalah ini. Berkaca kepada negara lain contohnya USA, permasalahan yang timbul dari dana kampanye bisa dilaporkan kapan saja sepanjang masa, tidak terbatas selama masa kampanyePemilu. Hal ini diperlukan karena untuk penelurusan Dana Kampanye akan membutuhkan waktu yang panjang, sementara waktu kampanye hingga pasangan calon terpilih ditetapkan itu cukup pendek. 6. Pengaturan Dana Kampanye perlu diawasi oleh semua stakeholder pemilihan, penggunaan media internet untuk media transparansi diharapkan akan memberikan banyak daya ungkit untuk menciptakan Dana Kampanye Pilkada yang transparan dan akuntabel. Dengan anggaran yang terbatas, optimalisasi penggunaan web dan media KPU pada seluruh tingkatan untuk mempublis laporan dana kampanye dan laporan hasil audit dana kampanye adalah hal mutlak yang harus dilakukan. 7. Bentuk pengawasan mengenai dana kampanye harus diperketat guna menjamin akuntabilitas laporan yang telah dilaporkan oleh parpol peserta pemilu. Dimana jika ada laporan yang masuk menemui suatu kejanggalan, mekanisme pelaporannya harus lebih dipermudah guna memproses laporan kejanggalan tersebut. Dengan prosedur pelaporan yang dibuat lebih mudah, badan khusus pengawasan Dana Kampanye ini bisa diberi kewenangan untuk melakukan audit investigasi ataupun audit faktual jika dibutuhkan, termasuk tentang jadwal pengaduan dan pemprosesan yang tidak terbatas hanya pada masa pemilu yang pendek.