541
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Politik Lokal
pemilik lahan tambang terkait dengan tapal batas, baik ketika dilakukannya pembukaan tambang maupun ketika lahan tambang tersebut sudah digali, karena pada umumnya lahan bekas tambang tidak bisa ditentukan lagi secara
jelas tapal batasnya. Sehingga pemilik lahan akan saling klaim tanah bekas tambang tersebut.
4. Optimalisasi Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam
Dengan menjamurnya keberadaan tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung, yang tersebar di Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Kupitan, Koto VII, Sijunjung dan Kecamatan Kamang Baru dengan kegiatan penambangan
yang tidak terkendali tentu menimbulkan berbagai persoalan, baik dari segi hukum, ekonomi, konflik social, budaya dan lingkungan. Sebenarnya untuk optimalisasi pengelolaan sumber daya sudah diatur dalam UUD 1945 pasal 33
ayat 3 : Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penafsiran mengenai konsep penguasaan Negara terhadap pasal 33 UUD 1945
dapat dicermati dalam putusan MK mengenai kasus-kasus pengujian undang-undang terkait dengan sumber daya alam. MK dalam pertimbangan hukum putusan perkara UU Migas, UU ketenagalistrikan dan UU Sumber Daya
Air menafsirkan mengenai hak menguasai Negara bukan dalam makna Negara memiliki, tetapi dalam pengertian bahwa Negara hanya merumuskan kebijakan beleid, melakukan pengaturan regelendaad, melakukan pengurusan
bestuursdaad, melakukan penggelolaan beheersdaad dan melakukan pengawasan toerzichtoundendaad.
Dalam rangka optimalisasi pengelolaan SDA terutama sumber daya pertambangan, maka pemerintah mengeluarkan seperangkat aturan mengenai pertambangan, yang diatur dalam undang-undang No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara. Diharapkan dengan adanya aturan mengenai
pertambangan tersebut, hasil dari kekayaan sumber daya alam tambang bisa dinikmati oleh masyarakat secara keseluruhan dengan eksplorasi tambang dengan memperhatikan aspek lingkungan dan keselamatan kerja.
Ditingkat daerah, aturan mengenai pertambangan diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah yang bersangkutan. Untuk Kabupaten Sijunjung Pemerintahan Daerah telah merumuskan kebijakan dalam pengaturan,
pengurusan dan pengelolaan dan pengawasan terhadap aktivitas tambang emas illegal dengan mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2010 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengurusan Wilayah Pertambangan
Rakyat WPR dan Izin Pertambangan Rakyat IPR dan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara. Pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang
dan tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan di bidang pertambangan.
Akan tetapi kewenangan dan tanggungjawab pemerintah daerah kabupatenkota dalam hal penetapan wilayah pertambangan, wilayah pertambangan rakyat serta pemberian izin pertambangan rakyat dialihakan kepada
Pemerintah Daerah Propinsi, hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 120253 tanggal 16 januari tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan setelah ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka segala kebijakan mengenai sector pertambangan seperti penerbitan izin baru,
sedang dalam proses dan yang telah oleh pemerintah kabupaten berkaitan dengan izin usaha pertambangan IUP IUPKIPR komunitas mineral, batubara, non logam dan batuan, kewenangannnya telah dilimpahkan ke provinsi.
Untuk Daerah Kabupaten Sijunjung sendiri, setelah dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tidak mengeluarkan izin pertambangan emas lagi. Malahan menurut Sekretaris Dinas Pertambangan dan Mineral
Kabupaten Sijunjung sejak akhir tahun 2012 pemerintah daerah tidak mengeluarkan izin pertambangan yang baru lagi dan hanya memberikan izin perpanjangan sampai tahun 2014
95
. Artinya seluruh tambang emas yang beroperasi di Kabupaten Sijunjung semenjak tahun 2014 hampir dipastikan tidak ada yang mengantongi izin
pertambangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat alias PETI Pertambangan tanpa izin alias illegal.
95. Wawancara dengan Sekretaris Dinas Pertambanagn dan Mineral Kabupaten Sijunjung
542
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Politik Lokal
Pengalihan kewenangan penerbitan izin usaha pertambangan oleh pemerintah provinsi juga bisa menciptakan ketidakharmonisahan hubungan antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupatenkota, karena pajak
dari izin pertambangan tersebut langsung ke pemerintah pusat, pemerintah daerah kabupatenkota hanya mendapatkan bagi hasil pajak yang ditarik pemerintah pusat. Pengambilahlian kewenangan penerbitkn izin
usaha pertambangan oleh pemerintah provinsi juga berbarengan dengan kewenangan pengawasan terhadap kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh provinsi, khusunya Dinas Energi Sumber Daya Mineral provinsi,
dan dikuatirkan pengawasannya tidak akan maksimal, karena pejabat ditingkat provinsi tidak memahami secara detail kondisi di lapangan.
Dengan diahlihkannya kewenangan penerbitan izin pertambangan dari pemerintah daerah kabupaten kota ke pemerintah provinsi, ada beberapa usaha yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Sijunjung dalam rangka optimalisasi pengelolaan politik sumber daya alam, yaitu : Pertama, Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung mendesak Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat untuk segera membuat Perda atau
Pergub tentang pengaturan tambang emas rakyat. Pemerintah daerah provinsi harus membuat aturan terbaru yang mengatur pertambangan emas rakyat dengan tetap mengacu pada peraturan mengani pertambangan. Dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung membuat SOP Perizinan pertambangan emas rakyat sebagai penganti Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara. Dengan diterbitkannya
aturan tersebut maka pertambangan emas rakyat akan dilegalkan, hal ini dilakukan sebagai solusi mengatasi kesulitan ekonomi rakyat, di samping itu juga menjadi sumber pendapatan asli daerah yang sah dengan bagi
hasil pajak izin tambang dari pemerintah pusat. Kedua, Sosialisasi aturan pertambangan terbaru kepada semua pihak yang terlibat dalam aktivitas pertambanagan dengan memberikan penjelasan tentang system perizinanya,
dengan memberikan tengang waktu kepada pelaku tambang untuk pengurusan izinya, pemerintah daerah juga membuat prosedur pengurusan izin tambang tersebut yang dicantumkan dalam SOP pengurusan izin
pertambangan. Ketiga, Pemerintah daerah provinsi harus memaksimalkan kerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten dalam Pengawasan pertambangan dengan melibatkan aparat pemerintah daerah kabupatenkota. Di
samping itu, pengawasan juga dimaksimalkan oleh lembaga legislative baik DPRD provinsi maupun DPRD Kabupatenkota. Keempat, Penegakan hukum terhadap pelaku tambang emas illegal. Semua tambang emas illegal
yang masih beroperasi harus ditertibkan, dan semua actor yang terlibat dalam aktivitas tambang emas tersebut harus dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku. Kelima, memberdayakan masyarakat disekitar lokasi tambang
dengan memberikan sosialisasi, arahan dan penyuluhan tambang yang ramah lingkungan dengan meminimalkan kerusakan lingkungan dengan memaksimalkan fungsi-fungsi SKPD terkait di kabupaten, missal Badan Lingkungan
Hidup dan Penanaman Modal, Dinas Pertambangan dan Mineral, dan Dinas Kesehatan.
KESIMPULAN
Pengelolaan sumber daya alam didasarkan pasal 33 UUD Negara RI yang lebih dikenal dengan Hak Menguasai Negara HMN. HMN berkaitan dengan kegiatan negara dalam merumuskan kebijakan, melakukan
pengaturan, melakukan pengurusan, melakukan pengelolaan dan melakukan pengawasan. Salah satu SDA yang pengelolaannya perlu dioptimalkan adalah SDA pertambangan mineral dan batu bara. Pertambangan mineral dan
batu bara diatur dengan UU No. 4 tahun 2009 tentang Minerba, dimana pengelolaan pertambangan di daerah diatur oleh Bupatiwalikota, termasuk di dalamnya pemberian Izin Pertambangan Rakyat IPR. Akan tetapi
sejak dikeluarkannya UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pemberian IPR dialihkan kepada gubernur. Untuk Kab Sijunjung sendiri sebelum IPR dialihkan ke provinsi, pengaturan tentang pertambangan
diatur dengan Perda No. 3 tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara. Pada aktivitas pertambangan emas rakyat di Kab Sijunjung kebanyakan tidak memiliki izin alias PETI. Tidak bisa dipungkiri
pertambangan emas illegal di satu sisi telah membawa perubahan standar ekonomi masyarakat, akan tetapi disisi lainnya menimbulkan potensi konflik ditengah-tengah masyarakat. Pemerintah daerah sudah seharusnya memiliki
aturan yang jelas untuk mengatur aktivitas pertambangan emas illegal dengan memaksimalkan koordinasi dengan pemerintah provinsi. Dengan kondisi ini, maka bisa diambil sebuah benang merah bahwa Pemerintah daerah
543
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Politik Lokal
Kabupaten Sijunjung belum optimal dalam pengelolaan Politik sumber daya alam terutama sumber daya alam pertambangan mineral dan batu bara, termasuk pertambangan emas ilegal. Ini terbukti dengan masih maraknya
praktek tambang emas illegal yang bisa dijumpai dengan mudah di sepanjang aliran sungai Batang Palangki, Ombilin, Silokek dan Muaro. Pengawasan pertambangan emas illegal juga tidak bisa dilakukan secara maksimal
oleh emerintah daerah disebabkan terkendala dengan aturan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, di mana dalam lampiran undng-undang tersebut dinyatakan bahwa seluruh
izin pertambangan di alihkan ke provinsi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Arief 1996. Teori Negara: Negara Kekuasaan, dan ldeologi. Jakarta: Cramedia Feith, Herbert dan Canstle,Lance ed..1988. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta: LP3ES.
Koentowijoyo. 1992. Masalah Tanah dan Runtulmya Mitos Negara. Yogakarta: LPRP Mitchell, Bruce dkk.2003. Penggelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Pres
Nirahua, S.E.M. Penegakan Hukum Terhadap Aktivitas Penambangan Emas Di Gunung Botak, melalui: www. fhukum-unpatti.org,
http:books.google.co.idbooks?id=cOZMuLJt6q8Cpg=PA62lpg=PA62dq=Kebijakan+daerah+tentang +pertambangan+liarsource,
Pohan, P Mangara dan Arief ,Ridwan.2006. Evaluasi Potensi Bahan Galian Pada Bekas Tambang Dan Wilayah Peti Daerah Balai Karangan Sanggah Kalimantan Barat, Proceeding Pemaparan Hasil-hasil Kegiatan Lapangan
Dan Non Lapangan Tahun 2006. Pusat Sumber Daya Geologi Sudrajat, Nandang. 2010. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia Siallagan, Analisis Buangan Berbahaya Pertambangan Emas di Gunung Pongkor Studi Kasus: Desa Cisarua, Desa
Malsari, Deasa Kantarkaret, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Institut Pertanian Bogor,2010 Wahyono, Ary. Pentingnya Komunikasi Antara Stake Holders Dalam Penanganan Pertambangan Tanpa IJIN
PETI, Komunika Vol 9 No 2 2006. Wargakusumah, Hasan. 1992.Hukum Agraria I: Buku PanMn Mahasiswa. Jakarta: Gramedia
Wignjosoebroto, Soetandyo. 1994. Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional: Dinamika Sosio-Politik Perkembangan Hukum di Indonesia Jakarta: Rajawali Press.
Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara
Undang-Undang No. 55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan usaha Pertambangan Mieral Dan Batubara.
Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2010 Tentang Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara