Visi dan Misi YOBANA – RIL

858 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen Tahun 1971 diselenggarakan pemilu pertama di era orde baru. Penyelenggara pemilu dibentuk oleh Presiden dengan nama Lembaga Pemilihan Umum LPU yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri. LPU terdiri dari dewan pimpinan, dewananggota petimbangan dan sekretariat. Apabila terdapat persoalan yang konfliktual, presiden memberikan ketentuan akhir. 129 Regulasi yang sama dilaksanakan untuk penyelenggaraan pemilu tahun 1977. Pada pemilu tahun 1982, terdapat beberapa perubahan dimana didalam kepanitiaan pemilu dilibatkan unsur partai politik Golkar, PDI dan PPP. Pada pemilu ini untuk pertama kali dikenal istilah Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu Panwaslak Pemilu. Anggotanya berasal dari unsur pemerintah, partai politik dan ABRI. Penyelengaaraan pemilu selanjutnya pada tahun 1987, 1992 dan 1997 memakai landasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985 yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985. LPU mengalami “penyempurnaan” dimana Dewan Pimpinannya terdiri dari Mentri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Perhubungan, Menteri Pariwisata, Menteri Luar Negeri dan Panglima ABRI. Sedangkan Dewan Pertimbangan terdiri atas 1 Ketua, 4 wakil ketua, perwakilan Golkar, PDI, PPP dan ABRI masing-masing 3 orang. Setelah orde baru runtuh dan digantikan dengan era reformasi, Pemilu tahun 1999 diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU yang diisi oleh unsur partai politik peserta pemilu masing-masing 1 orang dan unsur pemerintah sebanyak 5 orang. Pembentukan KPU diresmikan oleh Presiden melalui Keputusan Presiden. Untuk menggantikan Panwaslak Pemilu, dibentuk Panitia Pengawas dari tingkat pusat sampai kecamatan. Secara berturut-turut Panitia Pengawas dibentuk oleh Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri. Panitia pengawas ini terdiri dari unsur hakim, perguruan tinggi dan unsur masyarakat. 130 Pemilu kemudian dimandatkan oleh konstitusi sebagai indikator untuk melaksanakan keadaulatan rakyat dalam Pasal 22E yang disahkan pada Perubahan Ketiga tahun 2001. 131 Masuknya Pemilu dalam Bab tersendiri yaitu Bab VIIB tentang Pemilihan Umum dalam Pasal 22E Ayat 1 sampai 6 yang disahkan pada Perubahan Ketiga, merupakan respons atas tuntutan reformasi dalam rangka menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis. Dalam Pasal 22E Ayat 1 sampai Ayat 6 ini mengatur mengenai sifat Pemilu, anggota dari lembaga apa saja yang akan dipilih, siapa peserta pemilu, dan siapa penyelenggaranya. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik [Ayat 3], dan peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan [Ayat 4]. Penyelenggara pemilihan umum adalah komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri [Ayat 5]. 132 Secara legal framework, KPU telah diatur dalam konstitusi. KPU termasuk lembaga negarakomisi negara yang bersifat independen berdasarkan konstitusi atau memiliki conctitutional importance. 133 Dalam hal ini sejajar dengan Komisi Yudisial, Bank Indonesia, TNI, Polri, Kejaksaan Agung, KPK dan Komnas HAM. Pemilu Tahun 2004 diselenggarakan pertama kali oleh penyelenggara yang langsung mendapat mandat dari UUD 1945 Pasal 22 E ayat 5 yang berbunyi “pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. Selanjutnya dibentuk Komisi Pemilihan Umum KPU berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Anggota KPU berjumlah 11 orang ditingkat pusat dan 5 orang ditingkat Provinsi dan KabupatenKota. Pada Pemilu ini juga diselenggarakan untuk pertama kali Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya, KPU menyusun kode etik dan membentuk Dewan Kehormatan yang bersifat ad hoc. Dewan Kehormatan ini beranggotakan 3 orang yang berasal dari anggota KPU yang dipilih. Kemudian Panitia Pengawas Pemilu dibentuk dari tingkat pusat sampai kecamatan oleh KPU. Unsur keanggotaanya berasal dari kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, tokoh masyarakat 129. Jimly Asshiddiqie, Menegakkan Etika Penyelenggara Pemilu, 2013, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 29. 130. Jimly Asshiddiqie, Peradilan Etik dan Etika Konstitusi, Perspektif Baru tentang Rule of Law and Rule Of Ethics Constitutional Law and Constitutional Ethics, 2015, Sinar Grafika, Jakarta, hal 278 131. Valina Singka Subekti, 2015, Dinamika Konsolidasi Demokrasi Dari Ide Pembaruan Sistem Politik Hingga ke Praktek Pemerintahan Demokratis, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal 251 132. Ibid hal 16 133. ibid