632
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Sedangkan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal hukum yang terkait, dan media massa digital yang mengulas tentang strategi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya. Penyusunan naskah akademik ini juga akan dilengkapi dengan dengan data primer melalui kegiatan focus group discussion FGD, wawancara dengan berbagai stake
holder terkait dan rapat dengar pendapat dengan narasumber dan para ahli.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
1. Jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup materi peran serta masyarakat yang diatur didalam peraturan daerah
Peraturan daerah ini akan mengatur peningkatan kapasitas lingkungan dan masyarakat yang bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya akan mengacu pada UU
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya pasal 104-108 mengenai pentingnya peran serta masyarakat sebagai tanggung jawab seluruh komponen bangsa untuk melakukan P4GN.
Sebagai bahan acuan hukum ranperda ini juga memodomani Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkotika,
psikotropoka dan bahan adiktif lainnya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika. Ruang lingkup perda ini akan dibatasi pada pengaturan kegiatan mengenai
antisipasi dini, pencegahan dan peran serta masyarakat yang diarahkan pada terciptanya lingkungan yang bebas dan bersih dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya.
2. Antisipasi Dini
Lebih baik mencegah dari pada mengobati merupakan motto yang pas diterapkan dalam memberantas penyalahgunaan narkotika. Contoh pengaturan dan ruag lingkup materi antisipasi dini adalah;
a.
memasang papan pengumuman larangan penyalahgunaan narkotika ditempat yang mudah dibaca di lingkungan satuan pendidikan, badan usaha, tempat usaha, hotelpenginapan, tempat hiburan, satuan
pendidikan dan fasilitas umum lainnya;
b.
melaksanakan kampanye dan penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika;
c.
mewajibkan karyawan untuk menandatangani surat pernyataan diatas kertas bermaterai yang menyatakan tidak akan mengedarkan, menggunakan danatau menyalahgunakan narkotika selama menjadi karyawan di
Badan Usaha, Tempat Usaha, HotelPenginapan dan tempat hiburan yang dikelolanya;
d.
pemberian edukasi dini kepada anak tentang bahaya penyalahgunaan narkotika di lingkungan keluarga dan satuan pendidikan; dan membangun sarana prasarana dan sumber daya manusia pusat informasi dan edukasi
tentang penanggulangan penyalahgunaan narkotika.
3. Pencegahan
Pengaturan dan ruag lingkup materi pencegahan dilaksanakan melalui: lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, satuan pendidikan, organisasi kemasyarakatan ormas; instansi pemerintah daerah, lembaga
pemerintah di Daerah dan DPRD, badan usaha, tempat usaha, hotelpenginapan, tempat hiburan, pemondokan asrama, media massa; dan tempat ibadah.
a. Pencegahan melalui keluarga meliputi; memberi pendidikan keagamaan, meningkatkan komunikasi dengan
anggota keluarga, khususnya dengan anak atau anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, melakukan pendampingan kepada anggota keluarga agar mempunyai kekuatan mental dan keberanian untuk menolak
penyalahgunaan narkotika, memberikan edukasi dan informasi yang benar kepada anggota keluarga mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika; dan membawa pecandu narkotika ke IPWL.
b. Pencegahan melalui lingkungan masyarakat, dilakukan dengan cara memberdayakan unsur-unsur masyarakat seperti Kepala Desa, Kepala Dusun, Kepala Lingkungan Rukun Tetangga RT, Rukun Warga RW, Tokoh
Agama, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa LPMD dan Badan Permusyawaratan Desa BPD. Kegiatan pencegahan sebagaimana dimaksud antara lain :
633
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
a membentuk tim penanggulangan bahaya narkotika berbasis masyarakat; b melakukan pendataan dan penataan tempat KosKontrakan dan penghuninya agar tidak terjadinya
penyalahgunaan narkotika; c membawa pecandu narkotika ke IPWL; dan
d melaporkan dan berkoordinasi dengan aparat kepolisian setempat apabila mengetahui adanya penyalahgunaan narkotika.
c. Pencegahan melalui Satuan Pendidikan meliputi : a mengintegrasikan pengenalan narkotika kedalam mata pelajaran yang relevan pada semua jenis dan jenjang
Pendidikan formal dan non formal; b memfasilitasi alat tes urine untuk deteksi dini penyalahgunaan narkotika dan psikotropika di satuan
pendidikan masing-masing; c merujuk ke puskesmasrumah sakit untuk dilakukan deteksi dini bagi siswasiswi yang terindikasi
menggunakan zat adiktif; d menjadwalkan kegiatan pembinaan pencegahan penyalahgunaan narkotika dengan melibatkan langsung
antara lain aparat Kepolisian, Badan Narkotika Nasional, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat; e membentuk timkelompok kerja satuan tugas antisipasi narkotika pada satuan pendidikan masing-masing;
f ikut melaksanakan kampanye dan penyebaran informasi yang benar mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika; g memfasilitasi layanan konsultasikonseling bagi peserta didik yang memiliki kecenderungan
menyalahgunakan narkotika; h berkoordinasi dengan orang tuawali dalam hal ada indikasi penyalahgunaan narkotika oleh peserta didik
di lingkungan satuan pendidikan; i melaporkan adanya indikasi penyalahgunaan narkotika yang terjadi di lingkungan satuan pendidikan
kepada pihak yang berwenang; dan d. Pencegahan melalui Organisasi Kemasyarakatan antara lain :
a ikut melaksanakan sosialisasi dan penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika; dan b menggerakkan kegiatan sosial masyarakat melawan peredaran penyalahgunaan narkotika di wilayah masing-
masing. e. Pencegahan melalui Instansi Pemerintah Daerah dan DPRD dengan cara :
a Mewajibkan kepada pegawai di lingkungan kerjanya untuk menandatangani surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang menyatakan tidak akan mengedarkan danatau menyalahgunakan narkotika selama
menjadi pegawai; b melaksanakan sosialisasikampanye dan penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika
secara sendiri atau bekerja sama dengan dinaslembaga terkait; c memasang papan pengumuman larangan penyalahgunaan narkotika di tempat yang mudah dibaca di
lingkungan kerjanya; d melaporkan adanya indikasi penyalahgunaan narkotika yang terjadi di lingkungan kerjanya kepada pihak
berwenang; dan e melaksanakan tes narkotika sewaktu-waktu.
f Pemerintah Daerah dapat menetapkan persyaratan dalam penerimaan Pegawai Negeri Sipil Daerah, yaitu syarat memiliki surat keterangan bebas narkotika dari rumah sakit milik pemerintah daerah dan
menandatangani surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang meyatakan tidak akan mengedarkan dan atau menyalahgunakan narkotika selama menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri Sipil
dan bersedia dijatuhi hukuman disiplin maupun pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan jika terbukti melakukan penyalahgunaan narkotika.
634
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
f. Pencegahan melalui Badan Usaha, Tempat Usaha, HotelPenginapan, Tempat Hiburan, PemondokanAsrama. Penanggungjawab badan usaha, tempat usaha, hotelpenginapan dan tempat hiburan sebagaimana dimaksud
berkewajiban melakukan pengawasan terhadap usaha yang dikelolanya agar tidak terjadi penyalahgunaan narkotika dengan cara:
a meminta kepada karyawan untuk menandatangani surat pernyataan di atas kertas bermaterai yang
menyatakan tidak akan mengedarkan danatau menyalahgunakan narkotika selama menjadi karyawan di badan usaha, tempat usaha, hotelpenginapan dan tempat hiburan yang dikelolanya;
b ikut melaksanakan kampanye dan penyebaran informasi yang benar mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika secara sendiri atau bekerja sama dengan dinaslembaga terkait;
c memasang papan pengumuman larangan penyalahgunaan narkotika di tempat yang mudah dibaca di lingkungan kerjanya;
d melaporkan adanya indikasi penyalahgunaan narkotika yang terjadi di lingkungan kerjanya kepada pihak berwenang; dan
e bertindak kooperatif dan proaktif kepada aparat penegak hukum dalam hal terjadi penyalahgunaan narkotika di lingkungan badan usaha, tempat usaha, hotelpenginapan dan tempat hiburan miliknya.
g. Pencegahan melalui Media Massa di Daerah. berkewajiban untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan terhadap penyalahgunaan narkotika antara lain:
a melakukan kampanye dan penyebaran informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkotika; b menolak pemberitaan, artikel, tayangan yang dapat memicu terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan
c melakukan peliputan kegiatan yang berkaitan dengan pencegahan dan penanggulangan terhadap
penyalahgunaan narkotika. h. Pencegahan melalui Tempat Ibadah dilaksanakan melalui:
a menghimbau para jamaahnya untuk tidak menggunakan dan menyalahgunakan narkotika; b membuat pengumuman tentang larangan penyalahgunaan narkotika dan menempatkannya di tempat
yang mudah dibaca; dan c memasukkan unsur narkotika dalam penyampaian materi khutbah atau ceramah kepada para jamaahnya.
3. Peran Serta Masyarakat
Masyarakat mempunyai hak dan tanggungjawab dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika serta prekursor narkotika. Hak dan tanggungjawab masyarakat dapat diwujudkan dengan cara mencari,
memperoleh, memberikan informasi dan melaporkan tentang adanya dugaan penyalahgunaan narkotika serta prekursor narkotika kepada BNN ataupu aparat penegak hukum lainnya.
KESIMPULAN
Terdapat landasan yang kuat baik secara filosofi, sosiologis maupun yuridis bagi Pemerintah Daerah untuk membentuk peraturan daerah tentang peran serta masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan narkotika. Secara
filosofi bahwa seluruh komponen bangsa mulai mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya P4GN. Secara sosiologis bahwa fakta menunjukan bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkotika sudah dalam level “darurat”.
Dalam upaya P4GN tidak cukup mengandalakan aparat penegak hukum tetapi diperlukan kolaborasi semua elemen untuk mendukung upaya P4GN. Secara yuridis terdapat landasan yang kuat bagi pembentukan peraturan
daerah tentang peran serta masyarakat untuk mencegah penyalahgunaan narkotika yaitu terdapat dalam UU No. 352009 tentang Narkotika dan Permendagri No. 212013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkotika, beserta peraturan lainnya yang terkait.
Ruang lingkup perda ini akan dibatasi pada pengaturan kegiatan mengenai antisipasi dini, pencegahan dan peran serta masyarakat yang diarahkan pada terciptanya lingkungan yang bebas dan bersih dari penyalahgunaan
dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya.