Sistem Campuran full proseding JILID 2
8. Jumlah kursi legislatif
Untuk menentukan jumlah kursi legislatif , Rein Taagepera dan Mattew S. Shugart dalam Sigit Pamungkas 2009:21 mereka menyatakan bahwa ada hubungan sistematis antara besarnya parlemen dengan jumlah penduduk di berbagai negara. Menurut mereka, dinegara maju, besaran parlemen adalah akar pangkat tiga dari jumlah pemduduk atau : F= P 13 Dimana F adalah jumlah kursi parlemen dan P adalah populasi atau jumlah penduduk. Akan tetapi, temuan tersebut hanya berlaku dinegara-negara maju. Tidak untuk negara berkembang. Sedangkan untuk negara berkembang Rein Taagepera dan Mattew S. Shugart mengemukakan rumus : F= 2LWp 13 Dimana F adalah jumlah kursi parlemen dan Wp adalah jumlah penduduk usia produktif, dan L adalah kemampuan baca-tulisbebas buta aksara. METODE PENELITIAN Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, kajian ini menggunakan metode penelitian studi pustaka yakni dengan menelaah buku-buku, laporan penelitian dan dokumen-dokumen lain yang dianggap relevan dengan pembahasan. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Melihat dari unsur-unsur sistem pemilu yang telah dijelaskan diatas, maka formula sistem pemilu legislatif yang sesuai dengan kondisi Indonesia untuk pemilu 2019 adalah sistem proporsional tertutup closed list dengan formula penghitungan suara menjadi perolehan kursi menggunakan metode divisor varian sainte laguewebster sedangkan penetapan calon terpilih berdasarkan nomor urut calon. Selain memilih calon anggota legislatif juga memilih calon presiden dan wakil presiden sesuai dengan putusan MK Nomor 14PUU-IX2013, sehingga diharapkan pemilihan presiden dan wakil presiden memiliki coattail effect terhadap pemilihan legislatif. Melihat hasil dari dua pemilu terakhir 2009 dan 2014 dengan sistem proporsional terbuka murni Open List suara terbanyak dengan besaran dapil besar 3-10 sangatlah tidak relevan, bahkan sangat bertentangan dengan kehendak undang-undang untuk menyederhanakan sistem kepartaian. Sistem proporsional terbuka murni menciptakan sistem multipartai ekstrem, karena terdapat lebih dari lima partai politik dominan di parlemen, sehingga sistem pemerintahan presidensial sulit terbentuk. Sistem pemilu proporsional dengan daftar calon terbuka juga sangat liberal, pragmatik dan transaksional dengan maraknya politik uang. Kesulitan juga terjadi pada tingkat penyelenggara pemilu khususnya Badan Penyelenggara Ad Hoc terutama KPPS, dengan waktu yang sangat terbatas dan padat, sering terjadi kesalahan dan kekhilafan petugas KPPS dalam proses penghitungan suara dikarenakan KPPS harus menghitung lima jenis surat suara yang berbeda. Pada pemilu 2014, KPPS sampai membutuhkan waktu hingga larut malam untuk menghitung empat jenis suara. Belum lagi kendala faktor alam seperti hujan dll. Pasal 22E ayat 3 UUD 1945 dinyatakan bahwa peserta pemilu DPR dan DPRD adalah partai politik, berdasarkan pada pasal ini maka untuk pemilu 2019, sistem pemilu yang tepat adalah proporsional tertutup. Karena partailah yang menjadi peserta pemilu, maka partai yang harus berjuang untuk memperkenalkan visi, misi dan juga calon anggota legislatif dari partainya. Sehingga, setelah terpilih partai politik diharapkan dapat mengontrol kadernya diparlemen, dan kader memiliki loyalitas kepada partai. Akan tetapi, partai politik harus benar-benar demokratis dalam menyeleksi calon. Proses rekrutmen harus benar-benar mewakili suara anggota 116. Ibid, hal 21. 845 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen partai politik, bukan kehendak segelintir pengurus. Mareka yang dicalonkan bukan karena faktor kedekatan pribadi seperti istri, anak, saudara, dll, tetapi lebih karena faktor integritas dan kredibelitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh calon tersebut. Untuk keterwakilan 30 perempuan dalam daftar calon yang disusun, di antara tiga calon harus terdapat satu calon perempuan, dan calon perempuan harus mendapat prioritas dibeberapa daerah pemilihan sehingga, perempuan bukan hanya untuk pelengkap dalam daftar calon yang diajukan. Sistem Penyuaraan yang digunakan adalah kategorikal, yaitu dengan memilih satu partai politik, hal ini sesuai dengan pasal 22E ayat 3 UUD 1945 dan, untuk mempermudah pemilih dalam menentukan pilihan dalam bilik suara serta memudahkan badan penyelenggara ad hoc dalam proses penghitungan suara di TPS. Untuk menghasilkan sistem multipartai sederhana seperti yang diinginkan undang-undang, ambang batas legal threshold yang digunakan tetap sama dengan pemilu 2014 yaitu sebesar 3,5 tiga koma setengah persen. Sedangkan, besaran daerah pemilihan yang ditawarkan adalah besaran daerah pemilihan kecil 3-6 kursi perdapil, guna tercipta sistem multi partai sederhana untuk memperkuat lahirnya sistem pemerintahan presidensial yang efektif. Oleh karena itu, penataan besaran daerah pemilihan merupakan sebuah keniscayaan. Dengan menggunakan rumus Lijphart dapat dilihat rasionalitas perkiraan dari hubungan antara besaran distrik dengan ambang batas efektif sebagai berikut : Be saran Dae rah Pe milihan Rumus Te ff: 75 m + 1 Hasil 3 75 3 + 1 = 75 4 18,75 4 75 4 + 1 = 75 5 15 5 75 5 + 1 = 75 6 12,5 6 75 6 + 1 = 75 7 10,7 7 75 7 + 1 = 75 8 9,4 8 75 8 + 1 = 75 9 8,3 9 75 9 + 1 = 75 10 7,5 10 75 10 + 1 = 75 11 6,8 11 75 11 + 1 = 75 12 6,25 12 75 12 + 1 = 75 13 5,76 Sumber: Diolah sendiri atas rumus Lijphart mengenai Ambang Batas Tertinggi Tabe l 1. Perbandingan Ambang Batas Besaran Daerah Pemilihan Dari tabel diatas dapat dilihat apabila besaran daerah pemilihan 3-12, maka akan mempermudah partai politik untuk memperoleh kursi karena jumlah suara minimal partai untuk memperoleh kursi relatif kecil hanya 6,8– 18,75. Sedangkan dengan besaran daerah pemilihan 3-6 maka jumlah suara kursi minimal partai untuk memperoleh kursi jauh lebih tinggi yaitu antara 10,7 s.d. 18,75. Dengan penjelasan dari penerpan rumus Lijphart dapat dilihat bahwa daerah pemilihan yang kecil 3-6 dapat menyederhanakan partai politik yang duduk diparlemen. Untuk formula penghitungan suara menjadi perolehan kursi, metode yang digunakan adalah divisor varian sainte laguewebster dengan penetapan calon terpilih berdasarkan nomor urut calon. Metode saint lague digunakan karena merupakan metode yang paling adil dan proporsional untuk partai besar maupun kecil dan tidak begitu rumit untuk diterapkan. Metode kuota Hare tidak digunakan karena cenderung memperbanyak partai politik dominan di parlemen, sedangkan metode kuota droop dan metode divisor d’Hondt cenderung memperkecil jumlah partai dominan di parlemen. Contoh penerapan terhadap keempat varian tersebut dapat dilihat dalam tabel 2, 3, 4, dan 5. Terdapat 100.000 suara sah yang berasal dari 4 kontestan yaitu A,B,C, dan D untuk memperebutkan 6 kursi di sebuah daerah pemilihan. Perbandingan antara formula penghitungan suara menjadi kursi dapat dilihat ditabel 2 sampai tabel 5.Parts
» Etika Politik full proseding JILID 2
» Pelanggaran Kode Etik oleh KPU KabupatenKota di Sumatera Barat
» Seleksi Psikologi Anggota KPU KabupatenKota
» KERANGKA TEORI Bimbingan Teknis Penyelenggara Pemilu
» Teori Struktuasi full proseding JILID 2
» Kiprah Aktivis Dakwah Pada Internal Universitas Andalas
» Pola distribusi Kader Lembaga Dakwah Kampus
» Kiprah Aktivis Dakwah Pada Gerakan Ekstra Universitas Andalas
» Teknik pengumpulan data full proseding JILID 2
» Teknis analisis data full proseding JILID 2
» Populasi dan sampel full proseding JILID 2
» Lokasi penelitian full proseding JILID 2
» Perencanaan strategis dan Perencanaan Pembiayaan
» Sosialisasi dan Informasi Pemilu
» Pendaftaran Pemilih. full proseding JILID 2
» Administrasi Peserta Pemilu Nominasi Kandidat Kampanye Pemilu dan Dana Kampanye
» Proses Pengadaan Logistik Pemilu
» Penyelenggaraan Pemungutan Suara Dan Perhitunganya.
» K onsep Umum Sumber Daya Alam
» Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam SDA
» Aktor-aktor yang terlibat dalam tambang emas illegal
» Faktor Penyebab Aktivitas Tambang Emas Ilegal
» Potensi Konflik Tambang Emas Ilegal
» Optimalisasi Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam
» Indeks Demokrasi Indonesia dan Konstruksi Demokrasi yang Teknokratis
» Indeks Demokrasi Asia dan Demonopolisasi Kekuasaan
» Badan Penyelenggara Pemilu full proseding JILID 2
» Prinsip Penyelenggara Pemilu full proseding JILID 2
» Penyelenggara Pemilu di Indonesia
» Menciptakan Penyelenggara Pemilu Indonesia yang Profesional
» Konsolidasi Demokrasi full proseding JILID 2
» Politik Distribusi dan Money Politics dalam Kontestasi Pemilu
» Sikap dan perilaku Pemilih terhadap Politik uang Money Poltics
» Mengimplementasikan Kebijakan Konsep Kebijakan
» Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan
» Masalah Sosial dan Kebijakan Sosial
» Sekilas tentang Teleju full proseding JILID 2
» Dampak Penyebaran Lokalisasi Prostitusi
» Kebijakan CSR Pemerintah Daerah di Provinsi Jawa Tengah dan DIY
» Kelembagaan Forum CSR di Pemerintah Daerah
» Latar Belakang Masalah. full proseding JILID 2
» Rumusan Masalah full proseding JILID 2
» Tujuan full proseding JILID 2
» Menuju Kebijakan Publik Yang Baik Dan Ideal.
» Tipe-tipe Evaluasi Kebijakan Publik
» Fungsi Evaluasi full proseding JILID 2
» Revitalisasi full proseding JILID 2
» Pengumpulan Data. full proseding JILID 2
» Metode Analisa full proseding JILID 2
» Kasus Tanjab Timur full proseding JILID 2
» Kasus Kota Jambi full proseding JILID 2
» Kasus Kabupaten Batanghari full proseding JILID 2
» Lingkungan Sosial Penyalahgunaan Narkotika
» Narkotika Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.
» Peran serta masyarakat. full proseding JILID 2
» Antisipasi Dini full proseding JILID 2
» Pencegahan full proseding JILID 2
» Tujuan Khusus Penelitian full proseding JILID 2
» Pengertian Pemberdayaan full proseding JILID 2
» Pengertian Pemberdayaan Masyarakat full proseding JILID 2
» Penyandang Disabilitas full proseding JILID 2
» Pendekatan dalam Memberdayakan Penyandang Disabilitas
» Implementasi Program Reduce, Reuse dan Recyle 3R Melalui Bank Sampah.
» Lokasi dan Sampel Pragmatik Penelitian
» Desain Penelitian, Pengumpulan dan Pengelolaan
» Analisis Data Penelitian full proseding JILID 2
» Pendekatan Aksesibilitas Non Fisik
» Pendekatan Rehabilitasi Pelatihan full proseding JILID 2
» Tujuan Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian
» Kebijakan Publik full proseding JILID 2
» Perumusan Kebijakan Publik full proseding JILID 2
» Jejaring Kebijakan dalam Perumusan Kebijakan Publik
» Sistem Nilai Dalam Perumusan Kebijakan Pubik
» Kebakaran Hutan Peraturan tentang Perlindungan Hutan dan Lahan
» Sistem Nilai full proseding JILID 2
» Pengertian Kebijakan Fiskal full proseding JILID 2
» Pengaruh Insentif Pajak terhadap Penanaman modal Asing PMA
» Fasiltas ,mekanisme dan pensyaratan dalam pengajuan Tax Holiday.
» Efektivitas Penertapan TAX Holiday di Indonesia :
» Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
» Sejarah Kenadziran Banten Lama
» Manajemen Pengelolaan oleh Kenadziran
» Konsep Pariwisata full proseding JILID 2
» Leslie A. White 2006:86 Wisata Religi
» Edward B. Tylor 2006:87 Wisata Religi
» J. Van Baal 2006:88 Wisata Religi
» Emile Durkheim 2006:89 Wisata Religi
» Myron Bromley 2006:89 Wisata Religi
» Konsep Koordinasi full proseding JILID 2
» Kondisi Geografis, Topografis dan Demografis
» Deskripsi Problem Batas Wilayah Negara
» Upaya Penyelesaian full proseding JILID 2
» Latar Belakang full proseding JILID 2
» Tujuan dan Manfaat Penelitian
» Perumusan Masalah full proseding JILID 2
» Tinjauan Pustaka full proseding JILID 2
» Kerangka Konseptual full proseding JILID 2
» Geographical Position Posisi Geografis
» Physical Conformation, including, as connected therewith, natural productions and climate.
» Extent of Territory full proseding JILID 2
» Number of Population full proseding JILID 2
» Character of the Government, including therein the national institutions
» Metode yang digunakan full proseding JILID 2
» Proses pengumpulan data full proseding JILID 2
» Pentingnya Samudra Hindia dan Kerangka Kerjasama IORA
» Character of the Government, including there in the national institutions
» Dasar Kewenangan Pemerintah Desa Mendirikan Badan Usaha Milik Desa
» Pendirian BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des
» Pengelola BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des
» Permodalan BUM Des Pendirian dan Pengelolaan BUM Des
» Pembuatan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BUM Des
» Penelitian terdahulu yang relevan
» Penanggulangan Bencana full proseding JILID 2
» Pengaturan Pembangunan, Pengaturan infrastuktur dan tata Bangunan
» Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional maupun modern
» Pembuatan Protap Penanggulangan Bencana Dalam hal ini pemerintah Kota Padang telah melakukan
» Pengadaan Sistem Peringatan Dini pada 45 titik di Zona Merah Pemerintah Kota Padang juga telah
» Pembentukan Pemberdayaan Pusdalops Adapun yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang dalam
» Pembuatan Peta Informasi Petunjuk Evakuasi Untuk memudahkan masyarakat mengetahui arah dan
» Negara dan Kebijakan Pertanian
» Kebijakan Pertanian di Negara Berkembang
» Liberalisasi Ekonomi full proseding JILID 2
» Kebijakan Pertanian di Negara Maju
» Preferensi Petani di Negara maju dan berkembang
» Kasus Negara Maju full proseding JILID 2
» Kasus Negara Berkembang full proseding JILID 2
» Reformasi Administrasi full proseding JILID 2
» Keuangan Daerah full proseding JILID 2
» Transparansi dan Akuntabilitas full proseding JILID 2
» Good Governance Prinsip-Prinsip Good Governance
» Konsep Implementasi Kebijakan Publik Model George C Edward III
» Tinjauan Tentang Keterbukaan Informasi Publik
» Obyek Penelitian full proseding JILID 2
» DisposisiSikap full proseding JILID 2
» Struktur Birokrasi full proseding JILID 2
» Bentuk Komunikasi DPRD Sumbar dengan Konstituen
» Identitas Responden Konstituen Masyarakat
» Komposisi Responden berdasarkan Umur
» Komposisi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
» Komposisi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
» Komposisi Responden berdasarkan Suku Bangsa
» Komposisi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan
» Tanggapan Masyarakat terhadap perlunya Komunikasi dengan DPRD
» Kebutuhan Masyarakat terhadap Peningkatan Hubungan Komunikasi Masyarakat dengan DPRD
» Alasan Perlunya Peningkatan Komunikasi Konstituen dengan DPRD
» Kesimpulan full proseding JILID 2
» Saran full proseding JILID 2
» Aspek Pengaturan Dana Kampanye:
» Regulasi Dana Kampanye dalam Aturan Perundangan Pemilu Indonesia
» Sumber Dana: full proseding JILID 2
» Pengendalian Pengeluaran Dana Kampanye
» Persyaratan Pelaporan dan Pengungkapan Pelaporan Dana Kampanye
» Definisi Akuntabilitas dalam Politik
» Akuntabilitas Politik dalam Pemilihan Umum
» Mencari Mekanisme Politik Untuk Memastikan Akuntabilitas
» Penyelenggara Pemilu full proseding JILID 2
» Model –Model Penyelenggara Pemilu
» Kelemahan Model Independen yang diterapkan Indonesia
» Alternatif Model KPU Untuk kedepan
» Menciptakan Organisasi Dan Manajemen KPU Yang Profesional
» Persyaratan Menciptakan KPU Yang Profesional
» Kegiatan yang dilaksanakan. full proseding JILID 2
» Pelaksanaan Seleksi. a. Tahap penerimaan pendaftaran
» Kegiatan awal Komisi Pemilihan Umum Kab. Solok.
» Proses P4B full proseding JILID 2
» Konsep Pergantian Antar Waktu PAW
» Legislasi dan Perwakilan Politik
» Teori full proseding JILID 2
» Proses PAW Enam Anggota DPRD Riau Periode 2014-2019
» Konsistensi Partai dalam Memproses Usulan PAW
» Mekanisme Internal Partai Dalam Proses PAW
» Lambatnya Surat Keputusan Mendagri
» Dinamika PAW Enam Anggota DPRD Riau Periode 2014-2019
» Konstelasi Politik Menjelang Pilkada 2015 di DPRD Riau
» Menurunnya Kinerja Anggota DPRD Riau
» Varian Sistem Distrik Sistem Distrik Memiliki 5 lima varian, yaitu :
» Block Vote BV full proseding JILID 2
» Alternative Vote AV full proseding JILID 2
» Varian Sistem Proporsional Sistem Proporsional Memiliki 2dua varian, yaitu :
» Proportional Representation PR full proseding JILID 2
» Sistem Campuran full proseding JILID 2
» Sistem Pemilu Di Luar Mainstream
» Single Non Transfereble Vote SNTV
» Limited Vote full proseding JILID 2
» Unsur-unsur sistem pemilu full proseding JILID 2
» Waktu penyelenggaraan full proseding JILID 2
» Metode pencalonan candidacy full proseding JILID 2
» Penyuaraan Balloting full proseding JILID 2
» Besaran Distrik District Magnitude
» Pembuatan Batas-Batas RepresentasiPendistrikan full proseding JILID 2
» Formula pemilihan Electoral Formula
» Ambang batas Threshold full proseding JILID 2
» Transaksi Politik. full proseding JILID 2
» Hubungan kekerabatan pertalian “guru dengan murid dalam tarekat Syathariyah” .
» Kepentingan keterwakilan tarekat Syathariyah dalam pemerintahan.
» Bantuan Langsung dan tidak langsung untuk pengembangan tarekat Syathariyah.
» Proses dukungan politik Zubir Tuanku Kuniang terhadap pasangan calon Yobana - Ril
» Kekecewaan Terhadap Calon Petahana Ali Mukhni.
» Kapasitas dan Kualitas Calon
» Standar Internasional Penyelenggaraa Pemilu
» Standar Penyelenggaraan Pemilu full proseding JILID 2
» Model Badan Penyelenggara Pemilu
» PENDAHULUAN full proseding JILID 2
» Konsep Partisipasi Pemilu KERANGKA KONSEPSUAL
» Konsep Perilaku Memilih KERANGKA KONSEPSUAL
» Konsep Politik Uang KERANGKA KONSEPSUAL
» METODE PENELITIAN full proseding JILID 2
» Peta Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu Legislatif 2014
» Pengetahuan dan Sikap Terhadap Politik Uang
» Temuan Khusus: Uji Hipotesis
» Fenomena Terorisme dan Radikalisme di Abad ke-21
» Pengertian Terorisme dan Radikalisme
» Upaya Penegakan Hukum terhadap Kejahatan Terorisme oleh Pemerintah RI
» Upaya Masyarakat di dalam Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme
» Demokrasi dan Demokratisasi: Menyatukan atau Memecahbelah?
» Angket full proseding JILID 2
Show more