Bentuk Komunikasi DPRD Sumbar dengan Konstituen

785 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Pemilu dan Parlemen Sebelum membicarakan pendapat masyarakat tentang perlunya komunikasi dengan DPRD perlu diketahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 di Sumatera Barat. Penelitian ini menemukan pemetaan partisipasi masyarakat dalam pemilu yang dikomparasikan antara identitas responden yang meliputi indikator umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, agama dan pendapatan dengan indikator keikutsertaan responden dalam pemilu.

3. Kebutuhan Masyarakat terhadap Peningkatan Hubungan Komunikasi Masyarakat dengan DPRD

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu 93 responden dari 343 yang menjawab, membutuhkan peningkatan kualitas komunikasi antara Responden dengan DPRD. Analisis tabulasi silang juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan harapan masyarakat terhadap peningkatan kualitas hubungan komunikasi antara masyarakat pemilih dengan DPRD berdasarkan tingkat pendapatan. Hal ini terlihat dari hasil analisis diperoleh nilai α = 0,765 0,05 berarti tidak terdapat perbedaan harapan masyarakat terhadap peningkatan kualitas hubungan komunikasi antara masyarakat pemilih dengan DPRD berdasarkan tingkat pendapatan.

4. Alasan Perlunya Peningkatan Komunikasi Konstituen dengan DPRD

Banyak alasan perlunya peningkatan komunikasi antara masyarakat dengan DPRD yang terungkap dari hasil penelitian ini seperti terlihat dari jawaban responden penelitian ini, yaitu : Alasan tertinggi tertinggi adalah agar aspirasi warga negara dapat diketahui oleh anggota DPRD 38,8, diikuti agar masyarakat mengetahui apa yang sedang dibahas DPRD 35,4 dan diikuti selanjutnya agar masyarakat dapat mengawasi kinerja DPRD 19,5. Untuk lebih jelasnya variasi alasan responden tentang perlunya peningkatan komunikasi antara masyarakat dengan DPRD dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut: Tabel 8: Alasan Perlunya Peningkatan Hubungan Komunikasi antara Konstituen dengan DPRD Alasan Peningkatan komunikasi Frekuensi Persentase Komulatif Mengawasi kinerja DPRD 69 19,5 19,5 Agar Aspirasi warga diketahui oleh anggota DPRD 137 38,8 58,4 Agar masyarakat mengetahui apa yang sedang dibahas DPRD 125 35,4 93,8 Agar masyarakat tahu rekam jejak DPRD 9 2,5 96,3 Agar anggota DPRD tahu persoalan masyarakat 1 ,3 96,6 Agar rakyat mau berpartisipasi dalam pemilu 4 1,1 97,7 Agar DPRD efektif bekerja mengubah nasib rakyat 2 0,6 99,4 Karena pemerintahan saat ini bekerja efektif 1 0,3 99,7 Lainnya 1 0,3 100,0 Total 353 100,0 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Dari hasil analisis diperoleh fakta bahwa pada tingkat kepercayaan 95 tidak terdapat perbedaan alasan perlunya peningkatan hubungan komunikasi antara konstituen dengan DPRD α hitung = 0,327, jenis pekerjaan α hitung = 0,99 dan tingkat pendidikan sesorang α hitung = 0,223. PENUTUP

1. Kesimpulan

Penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar anggota DPRD Sumatera Barat menyadari bahwa terdapat persoalan dalam komunikasi antara DPRD dengan masyarakat. Di antara persoalan tersebut adalah Pertama, konstituen DPRD sangat luas, sehingga sulit menjangkau masyarakat dalam jumlah yang besar. Banyaknya aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada anggota DPRD ketika masa reses sering berlalu begitu saja. Kedua, penjaringan aspirasi masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama dan secara berkelanjutan. Pada saat masa 786 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Pemilu dan Parlemen reses, masyarakat belum terlalu paham tentang apa yang mereka butuhkan dan bagaimana realisasi dari keinginan mereka. Ada banyak proses yang harus dilalui oleh sebuah keinginan masyarakat untuk menjadi kebijakan. Ketiga, waktu yang sangat terbatas dengan hanya 6 hari di setiap resesnya menyebabkan dialog antara anggota DPRD dan masyarakat bersifat formal. Hal ini jelas menimbulkan orang jadi malas datang dalam pertemuan sehingga partisipasi masyarakat yang hadir jadi berkurang. Kurangnya partisipasi masyarakat ketika reses diakibatkan karena kekecewaan masyarakat itu sendiri terhadap anggota DPRD. Beberapa kali telah diadakan reses untuk menjaring aspirasi masyarakat namun pelaksanaan dari hasil reses tersebut sangat minim yang dilakukan oleh anggota dewan. Keempat, dana yang terbatas dari pemerintah juga merupakan kendala dalam komunikasi dengan masyarakat. Dalam melakukan komunikasi yang berbicara tentang kebijakan, anggota DPRD perlu meyakinkan kepada masyarakat bahwa apa yang diinginkan oleh masyarakat dapat atau tidak untuk diwujudkan. Kelima, kesibukan anggota DPRD juga menjadi kendala utama komunikasi melalui pertemuan langsung. Kesibukan anggota DPRD dalam melaksanakan tugas rutin dan formal dengan agenda yang padat seperti menghadiri pertemuan resmi, sidang-sidang DPRD, kunjungan kerja, studi banding, serta kegiatan meningkatkan kualitas SDM seperti pelatihan, seminar dan sebagainya menyebabkan mereka hampir tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjalin komunikasi langsung dengan konstituen. Keenam, masyarakat yang majemuk dengan kepentingan yang sangat beragam dan jumlahnya yang sangat banyak juga menyulitkan bagi DPRD dalam menyerap, menghimpun dan memperjuangkan aspirasi mereka. Di sisi masyarakat sendiri diperoleh informasi bahwa lemahnya hubungan komunikasi antara anggota DPRD dengan konstituen selama ini telah mempengaruhi partisipasi mereka dalam pemilu.

2. Saran

Dari hasil penelitian dia atas tampak bahwa anggota DPRD memerlukan sarana komunikasi yang efektif untuk mendukung kebutuhan komunikasi antara DPRD dengan masyarakat. Mengingat peran dan fungsi yang sangat strategis maka anggota DPRD disarankan untuk selalu berada dalam situasi performa yang baik dan memiliki kapasitas yang kuat dan tuntas dalam memahami isu-isu demokratisasi, otonomi daerah serta kemampuan teknis legislasi, keuangan dan politik lokal. Kapasitas anggota DPRD yang kuat ini dapat dibantu oleh suatu media komunikasi berupa aplikasi DPRD berbasis Mobile App yang murah dan mudah digunakan oleh semua pihak. Keterbatasan individual, kesibukan dengan tugas rutin yang sangat formal, dari segi masyarakat sendiri akan dapat dipecahkan dengan menggunakan media komunikasi ini. DAFTAR PUSTAKA Aidinil Zetra, et.al. 1999. Kesiapan Aparat Birokrasi Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dalam menghadapi Otonomi Daerah. Laporan Penelitian Aidinil Zetra, et.al. 2009. Kajian Transparansi Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan Good Governance and Clean Government di Sumatera Barat Aidinil Zetra, et.al. 2011. Studi Evaluasi Pemekaran Daerah di Tiga Daerah Otonom Baru di Propinsi Sumatera Barat, Laporan Penelitian yang di danai oleh Bappeda Propinsi Sumatera Barat Tahun 2011. Akuntanbilitas Pemerintah Daerah. Jakarta: Gramedia. Almond, Gabriel dan Bringham Powel, Jr. 1980. Comparative Politics: A DevelopmentApproach, Boston MA : Little Brown and CO. Dahl, Robert. 1999. Perihal Demokrasi: Menjelajahi Teori dan Praktek Demokrasi Secara Singkat. Jakarta: Yayasan Obor. Dahl, Robert. 1996. On Democracy. Jakarta : Yayasan Obor. Di Palma, Giuseppe. 1990. To Craft Democracies: An Essay on Democratic Transitions. Berkeley, CA: University of California Press.