Politik Pengelolaan Sumber Daya Alam SDA

539 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Politik Lokal juga semakin meningkat. Dari beberapa masyarakat penambang yang peneliti temuai, mereka menyatakan bahwa rata-rata penghasilan mereka kalau lagi ‘untung’ dan mendapatkan lokasi yang ada kandungan emasnya, maka mereka bisa mendapatkan 5-8 juta satu minggu 85 . Akan tetapi juga tidak sedikit penambang yang terlilit hutang pada juragan tambang, bahkan ada pekerja tambang yang meninggal tertimbun tanah saat tambangnya beroperasi dan pemilik lokasi tambang yang dijadikan tersangka karena terjadinya kecelakaan tersebut. Namun sangat disayangkan, rendahnya pemahamanan akan resiko dari aktivitas pertambangan tersebut, baik dari resiko kecelakaan kerja, kesehatan, konflik social, kerusakan lingkungan, pelanggaran aturan hukum dan bencana ekologis lainnya tidak menjadi perhatian dalam aktivitas tambang emas illegal ini, hanya segelintir orang yang melakukan reklamasi pasca tambang, sehingga tanah pertanian produktif berubah menajadi lubang ‘raksasa’ yang menganga ditinggalkan oleh pemiliknya dan pemerintahan daerah tidak punya ‘kuasa’ untuk mengajak masyarakat untuk mereklamasi lahan tambang mereka ini 86 Faktor berikutnya adalah factor social. Di Kabupaten Sijunjung keberadaan tambang emas sudah berlangsung sejak lama 87 . Aktivitas tambang emas di Kabupaten Sijunjung dimulai dengan cara yang sangat sederhana, dengan cara ‘mandulang’ dan ‘manyolom’ dilanjutkan dengan mesin dompeng dengan 1012PK dan menggunakan mesin dompeng besar dan pada saat sekarang ini sudah menggunakan eskavator dan kompresor untuk mencari emas bawah air. Aktivitas tambang emas ini awalnya dilakukan disepanjang aliran sungai dan pada saat sekarang ini dilakukan di lokasi daratan yang berupa lahan perkebunan dan pertanian Faktor terakhir adalah lemahnya penegakan aturan hukum. Pemerintah telah mengakomodir kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat dengan mengeluarkan ijin pertambangan rakyat IPR yng dilakukan di sebuah wilayah pertambangan, yang termuat dalam Undang-Undang No. 4 tahunn2009 tentang Minerba. Undang-undang ini di dukung oleh PP No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Untuk Kabupaten Sijunjung sendiri aturan pertambangan rakyat diatur dengan Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2010 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengurusan Wilayah Pertambangan Rakyat WPR dan Izin Pertambangan Rakyat IPR. Di samping itu, Pemda Sijunjung juga mengeluarkan Perda No. 3 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral Dan Batubara. Akan tetapi aturan tersebut tidak berjalan dengan optimal. Banyak masyarakat yang tidak mau mengurus izin tambangnya dengan alasan prosedurnya yang rumit dan memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik resmi maupun yang tidak resmi 88 dan mereka mengurus izin pertambangan rakyat tersebut harus ke propinsi 89 . Dan semenjak tahun 2012 Kabupaten Sijunjung tidak lagi mengeluarkan IPR. Sehingga hamper seluruhnya tambang emas 85. Wawancara dengan Iyek, penambang yang bekerja sebagai operator dompeng. Peneliti melihat kehidupan Iyek ini memang jauh berubah tingkat kehidupannya, dari yang dahulunya Cuma punya rumah sederhana, hanya punya motor Yamaha Jupiter, setelah menjadi operator dan beruntung mendapatkan lokasi yang ada kandungan emasnya, sekarang kehidupannya langsung berubah, sudah punya rumah yang lebih besar dan sudah dapat juga untuk membeli mobil. Tapi juga tidak sedikit penliti lihat para pekerja tambang yang tidak ‘beruntung’ dan masih ‘miskin’ karena tidak menemukan lokasi tambang yang mengandung emas, malahan banyak yang terjerat hutang dengan pemilik modal dan berhutang di kedai-kedai 86. Ketua DPRD Kab Sijunjung menyatakan belum adanya Perda Reklamasi Pasca Tambang menjadi persoalan untuk melakukan upaya reklamasi pasca tambang. Hal senada juga dikatakan oleh Sekretaris Dinas Pertambangan dan Mineral Kab Sijunjung 87. Peneliti sudah mengetahui aktivitas tambang emas di Nagari Koto Tuo Kec IV Nagari semenjak peneliti mulai memasuki bangku Sekolah Dasar, perkiraan tahun 1987. Peneliti masih ingat banyak masyarakat di Nagari yang ‘mendulang omeh’ dengan wadah berupa kayu yang dibuat berbentuk kuali dan dinamakan ‘dulangjaeh’. Para bapak-bapak melakukan aktivitas ‘manyolom’ di sepanjang aliran sungai Batang Palangki. Awal tahun 1990-an masyarakat sudah melakukan aktivitas tambang emas dengan mesin dompeng dan awal tahun 2000an masyarakat sudah melakukan aktivitas tambang emas dengan eskavator dan alat berat lainnya 88. Salah satu informan peneliti mengatakan untuk mengurus izin pertambangan mereka butuh biaya yang tidak sedikit dan mereka lebih banyak mengeluarkan biaya yang tidak resmi alias duit untuk membayar oknum tertentu untuk pengurusan izin tambang. Kondisi ini juga diperparah dengan pengurusan izin pertambangan harus samapai pada propinsi, karena kabupaten hanya memberikan rekomendasi. Kondisi ini yang membuat masyarakat engan untuk mengurus izin pertambangan rakyat, hanya yang memiliki dana yang banyak yang mampu untuk mengurus izin tersebut, sementara di banyak lokasi tidak ditemukan atau sedikit kandungan emasnya 89. Kabid Pertambangan Umum Dinas Petambangan dan Energi Distamben Kabupaten Sijunjung, Benni Mapanta, mengatakan, terakhir masa berlaku izin tambang itu tersisa 5 perusahaan. Namun, tanggal 11 Maret, izin ke limanya juga berakhir. “Pemkab tidak memperpanjang izin perusahaan itu,” kata Benni. Lihat http:www.zamrudtv.comfilezamsumbarmediasumbar. php?module=detailsumbarid=7126 540 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal yang beroperasi saat sekarang boleh dikatakan illegal. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Sijunjug melakukan tindakan penertiban lokasi tambang emas illegal tersebut, akan tetapi penertiban ini tidak berjalan dengan lancar, disebabkan oleh banyaknya oknum aparat yang membecking usaha pertambangan ini dan Pemerintah daerah seolah-olah tidak berdaya menghadapi kondisi ini. Kondisi ini juga diperparah dengan munculnya konflik antara para penambang dengan pemerintahan daerah katika pemerintahan daerah bersikap tegas terhadap para penambang emas illegal tersebut

3. Potensi Konflik Tambang Emas Ilegal

Kebijakan pemerintah daerah melarang penambangan emas illegal PETI di Kabupaten Sijunjung menunjukan adanya political will pemerintah untuk membenahi potensi sumber daya alam yang ada di daerah. Maraknya penambangan illegal belakangan ini menimbulkan berbagai potensi konflik yang berujung pada terciptanya konflik yang lebih luas. Potensi konflik yang muncul pada aktivitas tambang emas illegal di Kabupaten Sijunjung dikaitkan dengan berbagai pihak dan kepentingan yang terlibat dalam aktivitas penambangan emas illegal tersebut. Ada beberapa potensi konflik yang bisa terlihat, yaitu: Pertama, Potensi konflik antara Pemerintahan Daerah Aparat penegak hukum polisi dengan para investor tambang emas pemilik modaldompeng, pemilik lahan lokasi dan pekerja tambang. Potensi konflik ini berkaitan dengan adanya kebijakan pemerintahan Kabupaten Sijunjung yang disupport oleh Polres Sijunjung untuk menertibkan tambang emas illegal. Terutama larangan untuk menggunakan alat berateskavator dalam melakukan aktivitas pertambangan, karena dengan menggunakan alat berat dapat merusak lingkungan. Dalam penertiban ini Polres Sijunjung di samping menahan para pelaku tambang juga menyita beberapa alat berat eskavator 90 . Kalau ada masyarakat yang akan melakukan aktivitas tambang emas, maka pemerintah menghimbau agar masyarakat mengurus IPR, sehingga pemerintah daerah biasa melakukan control terhadap pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat, terutama untuk keselamatan dan meminimalisir kerusakan lingkungan serta untuk melakukan reklamasi pasca tambang. Kedua, potensi konflik antara para penambang local 91 dengan pekerja tambang dari luar daerahpendatang. Umumnya penambang local bekerja sebagai pekerja tambang dan operator mesin dompeng, sementara pendatang adalah pemilik modal mesin dompeng, pemilik eskavator dengan pembagian yang besar untuk pemilik modal, sementara penambang local hanya menerima sebagian kecil saja dari keuntungan yang didapat dari pekerjaan tambang tersebut. Begitu juga dengan pemilik lahan yang juga berasal dari masyarakat local hanya mendapatkan 20-30 dari keuntungan tambang emas. Kondisi ini juga akan memicu kecemburuan antara penambang local terhadap pendatangpemilik modal, sehingga ini akan berpotensi memicu konflik horizontal di tengah-tengan masyarakat. Ketiga, potensi konflik antarpemilik lahan. Ini terjadi karena pada umumnya lahan yang dijadikan lokasi tambang berstatus tanah ulayat kaum, yang kepemilikannya dikuasai oleh mamak kepala kaum, sehingga ini akan memicu konflik antara mamak kepala waris dengan kemenakan terkait dengan pembagian hasil tambang yang didapatkan dari pemilik modal, belum lagi terkait dengan adanya ‘nomor kosong’ 92 dan biasanya dalam kelompok pekerja tambang juga pemilik modal meminta kepada pemilik lahan sebagai juru masak atau ‘tukang masak air’ 93 , ini akan terjadi rebutan antara para anggota kaum yang memiliki lahan tambang. Malahan ada mamak yang dikejar-kejar oleh para kemenakannya dengan senjata tajam dan ada juga yang sampai di sidangkan di Kantor Wali Nagari yang melibatkan KAN 94 . Dan biasanya pemilik modal hanya akan membuat perjanjian tambang baik lisan maupun tertulis dengan mamak kaum bukan dengan seluruh anggota kaum tersebut. Sehingga mamak kepala kaum sangat berperan dalam menentukan negosiasi pembagian untung tambang emas tersebut. Keempat, potensi konflik antara 90. Wartaandalas.comberita-polres-sijunjung-amankan-6-unit-eskavator-ilegal-mining 91. Masyarakat yang berasal dari nagari tempat lokasi tambang tersebut dilakukan, sementara pemilik modal berasal dari luar nagari 92. Nomor kosong, merupakan pembagian ‘bonus’ yang diberikan oleh pemilik modal kepada pemilik lahan, artinya kalau pekerja tambang tersebut berjumlah 10 orang, maka dihitung dalam pembagian keuntungan dengan jumlah 11 orang. 93. Juru masak tersebut juga mendapatkan 1 bagian yang disamakan dengan pembagian pekerja tambang 94. Dari hasil wawancara dengan Pak Bus, didapatkan keterangan ada mamak kaum Suku Chaniago di Nagari Koto Tuo yang sampai dikejar oleh kemenakan dengan senjata tajam terkait adanya kemenakan merasa mamaknya tidak adil dalam membagi hasil tambang