628
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Dengan adanya perda tersebut daerah mempunyai landasan hukum lebih kuat dalam upaya Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika P4GN. Dengan keterlibatan semua lapisan
masyarakat memerangi narkoba, semoga bangsa ini segera bebas dari peredaran gelap narkoba sehingga tercipta generasi penerus yang sehat dan siap membangun dearah, bangsa dan negara.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Narkotika
Pengertian Narkotika menurut beberapa pendapat adalah sebagai berikut; Menurut Sudarto, “Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunani “Narke”, yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.
1
Sedangkan Smith Kline dan Freech Clinical Staff mengemukakan definisi tentang narkotika;
“Narcotics are drugs which product insensibility or stuporduce to their depressant offer on the central nervous system, included in this definition are opium-opium derivativis morpine, codein, methadone”. Artinya adalah zat-zat atau obat yang dapat mengakibatkan
ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut berkerja mempengaruhi susunan syaraf sentral. Dalam definisi narkotika ini sudah termasuk candu, zat-zat yang dibuat dari candu morphine, codein, methadone.
2
Sedangkan Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah:
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini
digunakan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium. 2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan
dan penelitian. Contoh : petidin, benzetidin, dan betametadol. 3. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk
pengobatan dan penelitian. Contoh : kodein dan turunannya. Adapun pengertian Psikotopika berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang–Undang Nomor 5 Tahun 2007 tentang
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Sedangkan Zat adiktif menurut Drs. Ahmad Jazuli, adalah zat atau bahan kimia yang apabila masuk ke dalam tubuh manusia akan memengaruhi tubuh, terutama susunan syaraf pusat, sehingga menyebabkan perubahan aktivitas
mental, emosional, dan prilaku. Apabila digunakan secara terus menerus akan dapat menimbulkan kecanduan.
3
Selain narkotika dan psikotropika yang termasuk zat adiktif lainnya adalah: Minuman beralkohol, Inhalansia lem, thiner, penghapus cat kuku, bensin dan Tembakau mengandung nikotin dalam rokok. Maka orang yang
merokok biasanya merasakan nikmat dan nyaman. Begitu juga orang yang kecanduan, apabila mereka tidak merokok maka dia akan merasa loyo, tidak produktif, tidak konsentrasi. Pada para remaja, rokok sering menjadi
pemula penyalahgunaan napza lain yang lebih berbahaya.
4
2. Penyalahgunaan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Penyalahguna diartikan sebagai orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau melawan hukum. Sedangkan Ketergantungan Narkotika
adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangi danatau dihentikan
secara tiba-tiba, menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
1. Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 2006, hal.36. 2. Moh. Taufik Makaro, Suhasril, dan Moh. Zakky A.S, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 18
3. Ahmad Jazuli, Upaya Menajaga Diri Dari Bahaya Narkoba. Bengawan Ilmu, Semarang, 2007, hal. 13 4. Ibid., hal.14
629
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan Narkotika adalah sebagai berikut
5
:
a. Lingkungan Sosial
1. Rasa ingin tahu, pada masa remaja seseorang lazim mempunyai sifat selalu ingin tahu segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak negatifnya.
2. Kesempatan, kesibukan kedua orang tua maupun keluarga dengan kegiatannya masing-masing, atau dampak perpecahan rumahtangga akibat broken home serta kurangnya kasih sayang merupakan celah
kesempatan para remaja mencari pelarian dengan cara menyalahgunakan narkotika. 3. KemudahanFasilitas atau prasarana dan sarana, kemudahan mendapatkan Narkotika, kebiasaan orang
tua memberikan fasilitas dan uang yang berlebih bisa jadi pemicu penyalah-gunakan uang saku untuk membeli rokok dan segala hal yang ingin dicoba. Biasanya para remaja mengawalinya dengan merasakan
merokok dan minuman keras, baru kemudian mencoba-coba narkotika dan obat terlarang.
4. Faktor pergaulan, pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal–hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas,
hal itulah yang harus dihindari. 5. Konflik keluarga, konflik keluarga seperti perceraian dan orang tua yang sering bertengkar menyebabkan
anak tidak betah dirumah dan mencari pelarian diluar. 6. Lingkungan Pendidikan, lingkungan Sekolah, persaingan antar sesama teman seperti ingin berprestasi,
terlihat bergengsi, sok jagoan dan sebagainya, bila tidak diselesaikan oleh sekolah, maka remaja yang cenderung pendiam, malas mengejar prestasi dan beraktivitas akan mengalami stres dan berpotensi
terjerumus ke dalam tindakan penyimpangan seperti penyalahgunaan narkoba.
7. Lingkungan masyarakatnya yang permisif, lingkungan yang tidak patuh terhadap hukum dan norma- norman sosial. Status sosial masyarakat yang tinggal di suatu daerah yang tingkat kejahatannya tinggi,
yang juga dicirikan oleh kondisi-kondisi kemiskinan dan kehidupan yang padat, menambah kemungkinan bahwa seorang akan menjadi nakal.
b. Kepribadian
1. Kondisi kejiwaan. Orang-orang yang cukup mudah tergoda dengan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif adalah para remaja atau dewasa yang jiwa labil, pada masa ini mereka sedang
mengalami perubahan biologis, psikologis maupun sosial. 2. Perasaan. Perasaan rendah diri dalam pergaulan bermasyarakat, seperti di lingkungan sekolah, tempat kerja
dan lingkungan sosial sehingga tidak dapat mengatasi perasaan itu, sesorang berusaha untuk menutupi kekurangannya agar dapat menunjukan eksistensi dirinya melakukannya dengan cara menyalahgunakan
narkotika, sehingga dapat memperoleh apa-apa yang diangan-angankan antara lain lebih aktif, lebih berani dan sebagainya.
3. Emosi. Kelabilan emosi remaja pada masa pubertas dapat mendorong remaja melakukan kesalahan fatal. Pada masa -masa ini biasanya mereka ingin lepas dari ikatan aturan-aturan yang di berlakukan oleh orang
tuanya 4. Mental. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan
orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup. Menurut definisi ini seseorang dikatakan bermental sehat bila dia menguasai dirinya sehingga terhindar dari tekanan-tekanan perasaan atau hal-hal
yang menyebabkan frustasi.
5. Faktor Individu. Sederhananya, orang tua pelaku penyalahgunaan Narkotika cenderung menurun kepada anaknya, terlebih pada ibu yang sedang hamil. Faktor-faktor individu lainnya sifat mudah terpengaruh,
kurangnya pemahaman terhadap agama, pencarian sensasi.
5. Ibid., hal. 15-18
630
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Dampak Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif, memang sangatlah berbahaya bagi manusia. Narkoba dapat merusak kesehatan manusia baik secara fisik, emosi, maupun perilaku pemakainya. Bahkan, pada pemakaian
dengan dosis berlebih atau yang dikenal dengan istilah over dosis OD bisa mengakibatkan kematian, tetapi masih saja banyak yang menyalahgunakannya.
Dampak negatif Narkotika terhadap fisik, emosi dan perilaku pemakai adalah sebagai berikut: a. Terhadap fisik, berat badannya akan turun secara drastis, matanya akan terlihat cekung dan merah, mukanya
pucat,bibirnya menjadi kehitam-hitaman, tangannya dipenuhi bintik-bintik merah., buang air besar dan kecil kurang lancar, sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
b. Terhadap emosi, pemakai akan mengalami perubahan emosi sebagai berikut sangat sensitif danmudah bosan, jika ditegur atau dimarahi, pemakai akan menunjukkan sikap membangkang, emosinya tidak stabil, kehilangan
nafsu makan. c. Terhadap perilaku, akan menunjukkan perilaku negatif sebagai berikut; malas, sering melupakan tanggung
jawab, jarang mengerjakan tugas-tugas rutinnya, menunjukan sikap tidak peduli, menjauh dari keluarga, mencuri uang di rumah, sekolah, ataupun tempat pekerjaan, menggadaikan barang-barang berharga di
rumah, sering menyendiri menghabiskan waktu ditempat-tempat sepi dan gelap, seperti di kamar tidur, kloset, gudang, atau kamar, takut akan air ,batuk dan pilek berkepanjangan, bersikap manipulatif, sering berbohong
dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan, sering menguap, mengaluarkan keringat berlebihan, sering mimpi buruk, sakit kepala, nyeri sendi.
3. Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.
Pencegahan adalah semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan antisipatik, sehingga memungkinkan orang mempunyai ketahanan diri dan dapat memberdayakan
masyarakat untuk mencipkan dan memperkuat lingkungannya, guna mengurangi atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan tersebut. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika adalah segala upaya dan
tindakan untuk menghindari orang memulai penggunaan narkoba dengan menjalankan cara hidup sehat serta mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang terjangkit penyalahgunaan narkoba.
Menurut standar UNODC United Nation Office Drugs and Crime organisasi dunia dibawah PBB yang secara khusus menangani kejahatan narkoba dan kriminal menyatakan ada 3 tiga tipe pencegahan yaitu:
1. Pencegahan Primer. Melakukan upaya pencegahan sejak dini agar tidak menyalahgunakan narkoba. Ditujukan bagi masyarakat yang tidak atau belum menyalahgunakan narkoba.
2. Pencegahan Sekunder. Diperuntukkan bagi mereka yang telah mulai, menginisiasi penyalahgunaan narkoba, disadarkan agar tidak berkembang menjadi adiksi, menjalani terapi dan rehabilitasi. Serta diarahkan agar yang
bersangkutan melaksanakan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari -hari. 3. Pencegahan Tersier. Ditujukan bagi mereka yang telah menjadi pecandu, direhabilitasi agar pulih dari
ketergantungan sehingga dapat kembali bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat.
4. Peran serta masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya
untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Pada hakikatnya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari keikutsertaan masyarakat dalam 5 tahap kegiatan, yaitu kegiatan pengambilan inisiatif, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi, serta pengelolaan dan pemeliharaan. Dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan adanya peran serta masyarakat.
6
6. Buku Pedoman Bidang Peran serta masyarakat, Direktorat Peran Serta Masyarakat Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat Badan Narkotika Nasional Tahun 2013, hal. 11-12.
631
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memerangi bahaya penyalahgunaan dan peredaran Narkotika dari berbagai elemen masyarakat baik pemerintah, BUMN, swasta,
dan seluruh komponen masyarakat lainnya untuk mencapai lingkungan bebas Narkotika, Psikotropika, dan zat adiktif. Peran serta masyarakat di jamin dalam UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 104
sampai dengan pasal 108, sebagai berikut: a. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Pasal 104 b. Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Pasal 105 c. Hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika
dan Prekursor Narkotika diwujudkan dalam bentuk: 1. mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana Narkotika
dan Prekursor Narkotika; 2. memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika;
3. menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika
4. memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum atau BNN;
5. memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan. Pasal 106
6. Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika mengetahui adanya penyalahgunaan atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika Pasal 107
7. Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104, Pasal 105, dan Pasal 106 dapat dibentuk dalam suatu wadah yang dikoordinasi oleh BNN Pasal 108
Permasalahan penyalahgunaan Narkotika merupakan hasil interaksi berbagai faktor seperti ketersediaan Narkotika, faktor kepribadian dan prilaku individu dan faktor lingkungan meliputi sosial budaya, keluarga,
sekolah, dan teman sebaya. Dengan demikian masyarakat setempatlah yang lebih banyak tahu dan tentunya untuk menanggulangi masalah tersebut maka peran serta masyarakat sangat dibutuhkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan mengatur peningkatan kapasitas lingkungan dan masyarakat yang bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya. Penelitian menggunakan
metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah terutama data sekunder dan juga dilengkapi data primer. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian terdiri dari bahan
hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan erat dengan pencegahan dan pemberdayaan masyarakat terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, seperti;
1. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya pasal 104-108 mengenai pentingnya peran serta
masyarakat sebagai tanggung jawab seluruh komponen bangsa untuk melakukan P4GN. 2. Instruksi Presiden No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan
Narkotika yang menugaskan pemerintah daerah menyusun peraturan daerah mengani narkotika.
632
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Sedangkan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal hukum yang terkait, dan media massa digital yang mengulas tentang strategi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya. Penyusunan naskah akademik ini juga akan dilengkapi dengan dengan data primer melalui kegiatan focus group discussion FGD, wawancara dengan berbagai stake
holder terkait dan rapat dengar pendapat dengan narasumber dan para ahli.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
1. Jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup materi peran serta masyarakat yang diatur didalam peraturan daerah
Peraturan daerah ini akan mengatur peningkatan kapasitas lingkungan dan masyarakat yang bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya akan mengacu pada UU
No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya pasal 104-108 mengenai pentingnya peran serta masyarakat sebagai tanggung jawab seluruh komponen bangsa untuk melakukan P4GN.