Model Seleksi anggota KPU

506 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal Kabupaten Solok Selatan. Ketua KPU Kabupaten Solok Selatan dianggap bersalah karena tidak independen dalam memutuskan pelaksanaan tahapan Pemilu Legislatif Tahun 2014 sedangkan Ketua dan Anggota Divisi Teknis KPU Kabupaten Kepulauan Mentawai dianggap bersalah karena tidak melaksanakan pekerjaan secara professional berdasarkan kepada aturan. Tidak hanya menimpa KPU Kabupaten Solok Selatan dan KPU Kepulauan Mentawai, sepanjang pelaksanaan Pemilu Tahun 2014, KPU Kabupaten Pasaman Barat juga dilaporkan dengan dugaan pelanggaran kode etik kepada Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu terkait dengan persoalan dugaan prosedur rekapitulasi hasil penghitungan suara yang tidak sesuai dengan ketentuan. Hasil dari sidang DKPP menyatakan Ketua dan Anggota KPU Pasaman Barat bersalah pada beberapa poin tentang pelaksanaan prosedur kerja, sehingga dijatuhkan hukuman teguran tertulis oleh sidang DKPP. Salah seorang anggota panitia adhock di Kabupaten Pasaman Barat juga diberikan sanksi pemberhentian oleh DKPP terkait dengan netralitas sebagai penyelenggara pemilu. Ini merupakan kasus pertama yang menimpa penyelenggara adhock di Provinsi Sumatera Barat. Dalam Pemilihan Kepala Daerah Serentak tahun 2015 ada beberapa daerah di Provinsi Sumatera Barat yang dilaporkan oleh berbagai pihak kepada DKPP terkait dengan dugaan pelanggaran kode etik, baik pada tingkat KPU Provinsi, KPU KabupatenKota dan panitia adhock lainnya yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 2 : rincian daerah di Provinsi Sumatera Barat yang diputuskan oleh sidang DKPP pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Serentak tahun 2015 No Daerah Pengadu Teradu Hasil Keputusan Sidang 1 KPU Kab. Padang Pariaman Alfadila Hasan, Wiraswasta Ketua dan Anggota KPU Kab. Padang Pariaman Peringatan Tertulis 2 PPS Cengkeh Kota Padang Muhammad Israr, Anggota Panwaslih Kota Padang Ketua dan Anggota PPS Cengkeh, Ketua dan Anggota PPS Gates, Ketua dan Anggota PPS Batuang Taba, Ketua dan Anggota PPS Tanah Sirah Piai. Tidak Terbukti Rehabilitasi Nama 3 KPU Provinsi Sumatera Barat Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi Sumatera Barat Ketua dan Anggota KPU Provinsi Sumatera Barat Tidak Terbukti Rehabilitasi Nama 4 KPU Kab. Dharmasraya Anggota Panwas Kab. Dharmasraya Kasasi, Ketua KPU Kab. Dharmasraya Pemberhentian Tetap 5 KPU Kab. 50 Kota Sekretaris DPC PPP Ketua dan Anggota KPU Kab.50 kota, Ketua dan Anggota Panwas Kab. 50 Kota dan Ketua dan Anggota Bawaslu RI Tidak terbukti Rehabilitasi Nama 6 KPU Kab.Sijunjung Ketua dan Anggota Panwaslih Kab.Sijunjung Ketua, Anggota dan Sekretaris KPU Kab.Sijunjung Peringatan Keras dan Peringatan Jumlah kasus yang dialami oleh Provinsi Sumatera Barat pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2015 meningkat dari pelaksanaan pemilu, jumlah ini lebih rendah dari kasus-kasus di daerah lain namun menjadi sebuah catatan karena Sumatera Barat yang dikenal dengan falsafah badunsanak harusnya menjadi daerah percontohan dalam penyelenggaran Pemilihan Kepala Daerah yang jauh dari persoalan-persoalan, termasuk persoalan etika. Namun ternyata pemilihan badunsanak tidak berpengaruh dalam perilaku etika penyelenggara pemilu. Hal ini ditandai dengan kasus pelanggaran etika oleh Ketua KPU Kabupaten Dharmasraya yang diputuskan oleh sidang DKPP dengan keputusan pemberhentian tetap karena dianggap melanggar kode etik dalam bentuk memihak kepada salah satu pasangan calon kepala daerah. Kasus ketua KPU Kabupaten Solok Selatan, Ketua dan anggota divisi teknis KPU Kabupaten Kepulauan Mentawai dan Ketua KPU Kabupaten Dharmasraya mendapatkan sanksi pemberhentian tetap oleh DKPP dalam masa penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014 dan Pemilihan Kepala Daerah Serentak Tahun 2015 menarik untuk diteliti dengan dasar bahwa sebagai penyelenggara pemilu harusnya dapat bekerja secara baik dan memperhatikan asas penyelenggara dan asas penyelenggaraan Pemilu atau Pemilihan. Etika sebagai dasar moral yang mengatur tindakan 507 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Politik Lokal yang berlaku secara mengikat untuk kelompok tertentu. Terkait dengan hal ini, seharusnya penyelenggara pemilu wajib patuh dan tunduk terhadap etika yang digariskan dalam kode etik penyelenggara pemilu tanpa alasan apapun. Pelaksanaan etika juga tidak bisa dilepaskan dari tindakan-tindakan rasional tertentu karena penyelenggara pemilu memiliki sumber daya yang dapat dikuasainya, sehingga memunculkan sikap-sikap subjektif yang cenderung untuk bersikap berdasarkan kepada kebutuhan sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan orang lain. Oleh karena itu sangat sulit untuk menetapkan etika karena konsep-konsep yang diaturnya bisa didefinisikan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Namun keberadaan etika yang diatur penting untuk mencegah terjadinya kerisuhan terutama terkait penyelenggaraan Negara. Oleh karena itu, etika penyelenggara pemilu sebagai bagian dari penyelenggara Negara wajib untuk dilaksanakan oleh semua penyelenggara pemilu agar pelaksanaan dan hasil pemilu dapat dipercaya oleh masyarakat dan meningkatkan kualitas demokrasi.

2. Seleksi Anggota KPU KabupatenKota di Provinsi Sumatera Barat

Dalam membahas tentang perilaku dan etika penyelenggara pemilu tidak bisa dilepaskan dari proses-proses seleksi yang dilakukan, karena dalam proses seleksi akan terlihat bagaimana kapasitas dari seorang penyelenggara. Apakah mempunyai pengalaman kepemiluan yang cakap sehingga paham tentang pekerjaan dan resiko sebagai seorang penyelenggara atau belum mempunyai pemahaman yang cukup tentang kerja-kerja sebagai seorang penyelenggara. Model-model seleksi yang dilakukan akan menentukan kinerja dari seorang penyelenggara. Model Seleksi anggota KPU mengacu kepada model lembaga penyelenggara pemilu. Di Provinsi Sumatera Barat, seleksi anggota KPU tingkat KabupatenKota berdasarkan kepada aturan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Proses seleksi dimulai dengan pembentukan tim seleksi yang dilakukan oleh KPU Provinsi KabupatenKota. Seleksi anggota KPU KabKota di Provinsi Sumatera Barat dilakukan secara serentak pada 14 KabupatenKota yaitu : Kabupaten 50 Kota, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Kep Mentawai, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya. Proses seleksi yang dilakukan oleh tim seleksi meliputi : NO SELEKSI JADWAL 1 Penerimaan dokumen pendaftaran calon anggota KPU KabupatenKota 5- 12 April 2013 2 Seleksi Administrasi 13 – 14 April 2013 3 Seleksi Tertulis 18 – 19 April 2013 4 Seleksi Kesehatan 22 – 26 April 2013 5 Seleksi Psikologis 27 April – 4 Mei 2013 6 Seleksi Wawancara 7 – 9 Mei 2013 Tim seleksi hanya melakukan seleksi hingga hasil 10 besar calon anggota KPU KabupatenKota. Hasil tim seleksi diserahkan kepada KPU Provinsi Sumatera Barat untuk selanjutnya dilakukan wawancara dan penetapan hasil lima besar. Dilihat dari jadwal seleksi, memang seleksi terbuka membutuhkan waktu yang sangat lama dibandingkan dengan model seleksi-seleksi yang lain. Hingga ditetapkan calon terpilih memerlukan waktu selama kurang lebih dua bulan, sementara proses seleki calon anggota KPU KabupatenKota dilakukan bersamaan dengan tahapan pemilu legislatif. Hal ini merupakan sebuah tantangan tentang bagaimana seleksi yang dilakukan tidak mengganggu tahapan-tahapan pemilu. Sebagai penyelenggara yang akan melaksanakan pemilihan untuk legislative dan eksekutif, seleksi anggota KPU di tingkat KabupatenKota harus dilaksanakan dengan baik demi menjaga kepercayaan dari masyarakat, namun kadang kala seleksi dipenuhi dengan kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Seperti contoh pada seleksi yang dilakukan oleh tim seleksi di Kabupaten Solok Selatan, proses awal seleksi mengalami kendala administrasi karena adanya pergantian terhadap dua orang anggota tim seleksi, yang pertama diduga sebagai anggota Partai Politik dan yang kedua diduga belum memenuhi ketentuan umur yang telah ditentukan Pasal 9 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2013 tentang Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi