Revitalisasi full proseding JILID 2
626
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
PENGUATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA MELALUI PERATURAN DAERAH
Mochammad Farisi
Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jambi E-mail: siraf_farisyahoo.com
A b s t r a k
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya narkotika merupakan masalah sosial yang urgen yang harus segera dicarikan solusi karena Indonesia sudah masuk kategori
darurat narkoba. Meluasnya penyalahgunaan narkoba ini telah merambah kesemua lapisan masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan serta dari berbagai
jenis profesi. Narkoba juga telah merambah kepemukiman masyarakat yang memicu terciptanya kawasan-kawasan rawan narkoba, yang akhir-akhir ini marak di kota-kota besar di Indonesia, seperti daerah Pulau Pandan di Jambi,
Kampung Ambon di Jakarta dan Kampung Kubur di Medan. Salah satu penyebab lingkungan masyarakat yang rawan narkoba adalah karena memudarnya sistem pengawasan dan peran serta masyarakat akan pelaksanaan norma
dan nilai-nilai luhur yang menjadi indikator ketertiban bersama. Selama ini upaya Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika P4GN telah dilakukan berlandaskan UU No. 35 Tahun 2009
tentang Narkotika oleh BNN dan aparat-aparat lain yang terkait seperti Kepolisian, TNI serta Bea dan Cukai, namun faktanya angka penyalahgunaan dan peredaran gelap masih terus meningkat setiap tahun. Ini membuktikan
bahwa tidak cukup hanya mengandalkan aparat penegak hukum untuk melakukan upaya P4GN tersebut. Dengan memperhatikan fenomena-fenomena diatas semua komponen bangsa ini harus menyadari dan mengambil peran
untuk ikut serta dan bertanggungjawab dengan sungguh-sungguh dan dengan cara yang tidak biasa dalam mencegah dan memberantas Narkotika. Untuk itu, ditingkat daerah diperlukan payung hukum berbentuk Peraturan Daerah
Perda untuk melakukan upaya P4GN dengan fokus mengatur peran serta masyarakat dalam hal melakukan antisipasi dini dan usaha pencegahan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari Narkotika.
Kata kunci:
peran serta masyarakat, P4GN, Peraturan Daerah
PENDAHULUAN
Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropoka dan bahan adiktif lainnya Narkotika baik ditingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah menjadi kejahatan luar biasa extra ordinary crimes yang
terus mengancam dan merusak sendi-sendi kehidupan manusia, berbangsa dan kemajuan. Penyalahgunaan Narkoba trennya semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik dimedia cetak
maupun elektronik yang hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat BNN maupun pihak POLRI merata hampir disemua daerah di Indonesia.
Meluasnya penyalagunan sekaligus korban tindak pidana narkotika ini telah merambah kesemua lapisan masyarakat tanpa terkecuali mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang tua, baik yang berpendidikan maupun
orang yang tidak berpendidikan serta dari berbagai jenis profesi. Yang lebih mengkhawatirkan bahwa ancaman bahaya Narkoba juga telah merambah kalangan generasi muda di lingkungan pendidikan mulai dari tingkat
pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi baik negeri, swasta dan pendidikan agama pesantren.
Sementara itu dilingkungan kerja, ancaman Narkoba tidak kalah berbahayanya, terutama lingkungan pekerjaan dibidang transportasi, hiburan malam dan penegak hukum seperti polisi, jaksa, hakim, pegawai lapas,
dokter dan apoteker dll. Pekerja yang bertempat tinggal tidak bersama dengan keluarga, terutama dirumah kos lebih rentan menjadi penyalahguna. Para pekerja ini karena kebutuhan dan telah memilik penghasilan maka
penyalahgunaan Narkoba cenderung lebih besar kuantitas maupun kualitasnya.
Dilingkungan masyarakat, Narkoba telah merambah ke lingkungan-lingkungan keluarga dan dilingkungan pemukiman yang memicu terciptanya kawasan-kawasan merah rawan Narkoba, yang akhir-akhir ini marak di
seluruh ibukota provinsi di Indonesia, contoh daerah Pulau Pandan di Jambi. Salah satu indikasi lingkungan masyarakat yang rawan Narkoba adalah karena memudarnya system pengawasan dan pengendalian masyarakat
akan pelaksanaan norma dan nilai-nilai luhur yangmenjadi indikator ketertiban bersama.
627
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Kebijakan Publik, Administrasi Publik
Faktor lain dari kerawanan Narkoba adalah adanya ketidakberdayaan masyarakat secara sosial dan ekonomi akibat kemiskinan dan pengangguran. Keduanya merupakan lingkaran setan yang tidak pernah ada
habisnya kecuali diputus dengan upaya yang sungguh-sungguh dengan konsep pencegahan dan pemberdayaan masyarakat. Kerawan peredaran gelap Narkoba juga terjadi pada kotakabupaten yang penduduknya majemuk
dan multikultural dengan tingkat urbanisasi yang tinggi, banyaknya pengangguran dan kemiskinan yang tinggi serta banyak tempat-tempat hiburan.
Tingginya mobilitas jasa transportasi tanpa pengawasan yang ketat dari pemerintah daerah juga menjadikan banyak penyeludupan Narkoba melalui travel, terminal, cargo dan jasa pengiriman paket. Sementara itu keberadaan
hunian dengan tingkat interaksi rendah dengan masyarakat seperti kos-kosan, rumah bedeng, rumah kontrakan, apartemen, rumah susun dll menjadikan tempat-tempat tersebut menjadi sarang produksi Narkoba.
Selama ini upaya Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika P4GN telah dilakukan oleh aparat BNN berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan juga melibatkan
aparat-aparat lain yang terkait seperti Kepolisian, TNI serta Bea dan Cukai, namun faktanya angka penyalahgunaan dan peredaran gelap masih terus meningkat setiap tahun. Ini membuktikan bahwa tidak cukup mengandalkan
aparat penegak hukum untuk melakukan upaya P4GN tersebut. Adanya kompetisi yang tidak sehat antara aparat penegak hukum menjadi faktor tidak berjalan secara maksimal upaya P4GN, belum lagi adanya oknum dari
penegak hukum yang menyalahgunakan kewenangan dengan melakukan aksi “86” atau damai ditempat terhadap pelaku, silahkan diamati sendiri bagaimana lifestyle aparat bagian penindakan.
Pemerintah Daerah Pemda sebenarnya juga mempunyai peran besar dalam upaya P4GN, dengan dikeluarkanya Inpres RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan Strategis Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011–2015 yang menginstruksikan kepada para Menteri, Gubernur dan BupatiWalikota untuk menyusun dan melaksanakan rencana aksi Pencegahan,
Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi dan Pemberantasan Narkoba tahun 2011–2015. Namun penulis merasa sangat sedikit daerah yang melaksanakan atau tolong bantu penulis untuk menyebutkan daerah mana yang telah
melaksanakan Inpres tersebut? bahkan yang lebih parah Kepala Daerah, Sekda, dan SKPD terkait justru tidak mengetahui ada Inpres tersebut.
Tahun 2013 Mendagri juga telah mengeluarkan Permendagri No. 21 Tahun 2013 Tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dimana dijelaskan bahwa BupatiWalikota melaksanakan fasilitasi
pencegahan dengan tugas; menyusun perda, meningkatkan partisipasi masyarakat, melakukan kemitraan dengan ormas, swasta, perguruan tinggi,dll, melibatkan forum kerukunan umat beragama, dan menyusun program
kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika. Namun lagi-lagi faktanya tidak banyak daerah yang melakukan.
Dengan memperhatikan fenomena-fenomena diatas semua komponen bangsa ini harus menyadari dan mengambil peran untuk ikut serta dan bertanggungjawab dengan sungguh-sungguh dan dengan cara yang tidak
biasa dalam mencegah dan menanggulangi masalah Narkoba. Untuk itu, ditingkat daerah diperlukan payung hukum berbentuk Peraturan Daerah Perda untuk melakukan upaya P4GN dengan fokus melakukan antisipasi
dini, pencegahan, dan partisipasi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang bersih dari Narkoba.
Ruang lingkup pengaturan yang bisa dilakukan seperti: 1. Menyeleksi calon siswa, mahasiswa, pegawai pekerja dengan test narkoba. 2. Melakukan Komunikasi Informasi Edukasi KIE tentang bahaya narkoba
dan pola hidup sehat dalam materi ajar, lingkungan kerja dan masyarakat seperti di posyandu PKK dll secara intensif dan kontinyu. 3. Melakukan pengaturan pemondokan, kos-kosan, hotel dan tempat-tempat usaha
lainnya untuk membuat papan larangan penyalahgunaan narkoba, membuat surat pernyataan diatas materai bagi penghuni, 4. Peningkatan peran serta masyarakat, misalnya; disetiap lingkungan pendidikan, kerja, kelurahan
desa diupayakan terbentuk kader anti narkoba, satuan tugas anti narkoba, lembaga konseling, 5. pemberdayaan lingkungan masyarakat membentuk kampung anti narkoba dan pemberdayaan lingkungan kerja melalui inisiatif
menciptakan lingkungan bersih narkoba seperti dengan melakukan test urine dan test rambut secara berkala pada anggotanya dan pada saat proses rekruitmen pegawai, seleksi masuk lembaga pendidikan, prosedur kenaikan
pangkat, maupun penyuluhan dari kader yang ditunjuk di masing-masing lingkungan.