Kekecewaan Terhadap Calon Petahana Ali Mukhni.
857
Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia
Pemilu dan Parlemen
INDEPENDENT INDONESIAN MODEL
Kajian Mengenai Model Badan Penyelenggara Pemilu Indonesia
Hasnul Marli
S2 Konsentrasi Tata Kelola Pemilu, FISIP, Universitas Andalas E-mail: hasnul_marliyahoo.com
Abstrak
Pemilu merupakan salah satu instrumen dalam demokrasi dan badan penyelenggara pemilu yang profesional merupakan aspek utama yang menentukan apakah suatu pemilu telah dilaksanakan sesuai standar pemilu yang
demokratis. Sejarah kepemiluan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah badan penyelenggara pemilu Indonesia. Rekam jejak badan penyelelenggara pemilu dimasa orde baru memerikan kesan yang negatif bahwa penyelenggara
pemilu hanyalah merupakan alat oleh penguasa untuk melegitimasi kekuasaannya melalui pemilu yang penuh dengan rekayasa dan intimidasi. Secara umum terdapat tiga model badan penyelenggara pemilu yaitu governmental
model, independent model dan mixed model. Dihubungkan dengan teori tersebut, badan penyelenggara pemilu Indonesia disebut sebagai independent model. Namun jika diteliti lebih jauh lagi, ternyata badan penyelenggara
pemilu Indonesia memiliki bentuk organisasi yang unik. Sesuai cita-cita konstitusi, badan penyelenggara pemilu indonesia bersifat nasional, tetap dan mandiriindependen. Namun, terdapat dua badan sebagai satu kesatuan fungsi
pemilu yaitu KPU dan Bawaslu. Fungsi birokrasi pemilu yang dijalankan oleh sekretariat KPU juga memberikan warna dalam independensi badan penyelenggara pemilu Indonesia. Hasil analisa dari makalah ini menyimpulkan
bahwa model penyelenggara pemilu Indonesia tidaklah sepenuhnya independen sesuai teori independent model. Perkembangan pemilu pada era reformasi membuat badan penyelenggara pemilu indonesia bertranformasi menjadi
model independen ala Indonesia yang dapat disebut sebagai Independent Indonesian Model. Bagi negara maju, model seperti ini sangat rumit dan kompleks. Namun, sebagai negara demokrasi baru model ini cocok bagi Indonesia untuk
menjamin pelaksanaan pemilu yang demokratis dan profesional sesuai standar internasional.
Keywords: pemilu, badan penyelenggara pemilu, electoral management bodies, independent model
PENDAHULUAN
Pemilu merupakan salah satu instrumen dalam demokrasi dan badan penyelenggara pemilu yang profesional merupakan aspek utama yang menentukan apakah suatu pemilu telah dilaksanakan sesuai standar pemilu yang
demokratis. Indonesia telah mempunyai sejarah pemilu yang cukup panjang. Sejarah perkembangan badan penyelenggara pemilu Indonesia ikut menjadi bagian dari sejarah pemilu tersebut. Tercatat tiga era kepemerintahan
yang mewarnai kepemiluan Indonesia yaitu era orde lama, orde baru dan era reformasi sampai sekarang. Dalam tiga era pemerintahan tersebut, badan penyelenggara pemilu mengalami pasang surut. Mulai dari penyelenggaraan
pemilu yang dinilai paling demokratis pada tahun 1955, kemudian menjadi alat kekuasaan orde baru sebagai pelaksana pemilu untuk melanggengkan kekuasaan. Hingga pada masa reformasi mulai mencari bentuk terbaik
yang lebih demokratis, profesional dan berintegritas.
Pada tahun 1955, pelaksanaan pemilu dilakukan oleh Panitia Pemilihan Indonesia PPI.
127
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1953, Pemilu dimaksudkan untuk memilih anggota Konstituante dan Anggota
DPR.
128
Badan-badan penyelenggara kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang ini. Presiden membentuk PPI pada tingkat pusat dan Menteri Kehakiman membentuk Panitia Pemilihan pada setiap daerah pemilihan.
Di tingkat Kabupaten dibentuk Panitia Pemilihan Kabupaten PPK yang ditunjuk oleh menteri dalam negeri. Selanjutnya di tingkat kecamatan dibentuk Panitia Pemungutan Suara PPS dan terakhir di tingkat desa dibentuk
Panitia Pendaftaran Pemilih PPP.
127. Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, 2006, Jakarta, Sekretariat Jenderal Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia, hal 26 128. Ali Masykur Musa salah seorang anggota panitia pembahasan menggarisbawahi bahwa ...yang namanya komisi pemilihan umum
itu sebutannya tidak seperti itu. Karena itu kemarin diskusinya k-nya kecil, p-nya kecil, u-nya kecil. Jadi bukan singkatan KPU. Lebih lengkap baca Risalah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 1999-2002 Tahun Sidang 2000
Buku Ketujuh Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2008
858
Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
Pemilu dan Parlemen
Tahun 1971 diselenggarakan pemilu pertama di era orde baru. Penyelenggara pemilu dibentuk oleh Presiden dengan nama Lembaga Pemilihan Umum LPU yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri. LPU terdiri dari dewan
pimpinan, dewananggota petimbangan dan sekretariat. Apabila terdapat persoalan yang konfliktual, presiden memberikan ketentuan akhir.
129
Regulasi yang sama dilaksanakan untuk penyelenggaraan pemilu tahun 1977. Pada pemilu tahun 1982, terdapat beberapa perubahan dimana didalam kepanitiaan pemilu dilibatkan
unsur partai politik Golkar, PDI dan PPP. Pada pemilu ini untuk pertama kali dikenal istilah Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu Panwaslak Pemilu. Anggotanya berasal dari unsur pemerintah, partai politik dan ABRI.
Penyelengaaraan pemilu selanjutnya pada tahun 1987, 1992 dan 1997 memakai landasan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985 yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1985. LPU mengalami
“penyempurnaan” dimana Dewan Pimpinannya terdiri dari Mentri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Keuangan, Menteri Pertahanan dan Keamanan, Menteri Perhubungan, Menteri Pariwisata, Menteri Luar Negeri
dan Panglima ABRI. Sedangkan Dewan Pertimbangan terdiri atas 1 Ketua, 4 wakil ketua, perwakilan Golkar, PDI, PPP dan ABRI masing-masing 3 orang.
Setelah orde baru runtuh dan digantikan dengan era reformasi, Pemilu tahun 1999 diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum KPU yang diisi oleh unsur partai politik peserta pemilu masing-masing 1 orang dan
unsur pemerintah sebanyak 5 orang. Pembentukan KPU diresmikan oleh Presiden melalui Keputusan Presiden. Untuk menggantikan Panwaslak Pemilu, dibentuk Panitia Pengawas dari tingkat pusat sampai kecamatan. Secara
berturut-turut Panitia Pengawas dibentuk oleh Mahkamah Agung, Pengadilan Tinggi, dan Pengadilan Negeri. Panitia pengawas ini terdiri dari unsur hakim, perguruan tinggi dan unsur masyarakat.
130
Pemilu kemudian dimandatkan oleh konstitusi sebagai indikator untuk melaksanakan keadaulatan rakyat dalam Pasal 22E yang disahkan pada Perubahan Ketiga tahun 2001.
131
Masuknya Pemilu dalam Bab tersendiri yaitu Bab VIIB tentang Pemilihan Umum dalam Pasal 22E Ayat 1 sampai 6 yang disahkan pada Perubahan Ketiga, merupakan
respons atas tuntutan reformasi dalam rangka menyelenggarakan pemilihan umum yang demokratis. Dalam Pasal 22E Ayat 1 sampai Ayat 6 ini mengatur mengenai sifat Pemilu, anggota dari lembaga apa saja yang akan dipilih,
siapa peserta pemilu, dan siapa penyelenggaranya. Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR dan DPRD adalah partai politik [Ayat 3], dan peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan [Ayat
4]. Penyelenggara pemilihan umum adalah komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri [Ayat 5].
132
Secara legal framework, KPU telah diatur dalam konstitusi. KPU termasuk lembaga negarakomisi negara yang bersifat independen berdasarkan konstitusi atau memiliki conctitutional importance.
133
Dalam hal ini sejajar dengan Komisi Yudisial, Bank Indonesia, TNI, Polri, Kejaksaan Agung, KPK dan Komnas HAM.
Pemilu Tahun 2004 diselenggarakan pertama kali oleh penyelenggara yang langsung mendapat mandat dari UUD 1945 Pasal 22 E ayat 5 yang berbunyi “pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum
yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”. Selanjutnya dibentuk Komisi Pemilihan Umum KPU berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Anggota KPU berjumlah 11 orang ditingkat pusat dan 5 orang ditingkat Provinsi dan KabupatenKota. Pada Pemilu ini juga diselenggarakan untuk pertama kali
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dalam melaksanakan tugasnya, KPU menyusun kode etik dan membentuk Dewan Kehormatan yang bersifat ad hoc. Dewan Kehormatan ini beranggotakan 3 orang yang
berasal dari anggota KPU yang dipilih. Kemudian Panitia Pengawas Pemilu dibentuk dari tingkat pusat sampai kecamatan oleh KPU. Unsur keanggotaanya berasal dari kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, tokoh masyarakat
129. Jimly Asshiddiqie, Menegakkan Etika Penyelenggara Pemilu, 2013, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 29. 130. Jimly Asshiddiqie, Peradilan Etik dan Etika Konstitusi, Perspektif Baru tentang Rule of Law and Rule Of Ethics Constitutional
Law and Constitutional Ethics, 2015, Sinar Grafika, Jakarta, hal 278 131. Valina Singka Subekti, 2015, Dinamika Konsolidasi Demokrasi Dari Ide Pembaruan Sistem Politik Hingga ke Praktek Pemerintahan
Demokratis, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, hal 251 132. Ibid hal 16
133. ibid