Pelanggaran Kode Etik oleh KPU KabupatenKota di Sumatera Barat

508 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal Pemilihan Umum Kabupaten. Hal ini merupakan sebuah ketidaktelitian dari KPU Provinsi Sumatera Barat dalam menetapkan tim seleksi calon anggota KPU Kabupaten Solok Selatan.

a. Seleksi Psikologi Anggota KPU KabupatenKota

Seleksi anggota KPU KabupatenKota terdiri atas seleksi administrasi, seleksi kesehatan dan psikologi dan seleksi wawancara. Seleksi Psikologi bukan dilakukan dalam bagian yang terpisah namun disatukan dengan rangkaian tes kesehatan. Sehingga psikologi tidak diberikan dengan porsi yang besar, sementara salah satu bagian yang terpenting untuk menilai integritas seseorang adalah melalui penilaian psikologi. Seleksi psikologi terdiri atas seleksi tertulis dan seleksi wawancara. Seleksi tertulis dalam bentuk menjawab pertanyaan berdasarkan pilihan yang disediakan. Sedangkan wawancara psikologi lebih dilihat dalam mencari solusi terhadap persoalan-persoalan yang mungkin dihadapi oleh penyelenggara. Seleksi Psikologi dilakukan oleh tim psikologi bukan dilaksanakan oleh tim seleksi, karena seleksi psikologi harus dilakukan oleh tim yang ahli dalam bidang psikologi. Seleksi Psikologi yang dilaksanakan oleh KPU KabupatenKota di Provinsi Sumatera Barat rata-rata menggunakan tim dari Jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang. Pelaksanaan seleksi ini didasarkan kepada banyaknya jumlah peserta,ada yang dilaksanakan satu hari namun ada juga yang dilaksanakan dua hari. Seperti di kabupaten Solok Selatan dengan jumlah peserta sekitar 40 orang, menggunakan waktu seleksi psikologi selama dua hari berturut-turut. Model seleksi psikologi yang dilakukan dengan wawancara memang mendekati penilaian tentang seseorang berintegritas namun tidak memberikan porsi yang besar karena tim seleksi psikologi tidak sepenuhnya juga menguasai tentang kerja kepemiluan. Oleh karena ini perlu sebuah model seleksi psikologi yang dilaksanakan oleh tim yang berpengalaman terhadap psikologi politik sehingga dapat menilai jawaban-jawaban yang disampai oleh calon anggota KPU apakah berbentu tindakan rasional atau berbentuk tindakan yang beretika. Sayangnya, memang ditingkat Sumatera Barat, belum ditemui adanya ahili-ahli psikologi politik. Mungkin juga bisa melibatkan kerjasama antar disiplin ilmu yaitu Ilmu Psikologi Sosial dan Ilmu Politik atau Ilmu Hukum. Selain itu untuk memastikan seseorang yang terpilih adalah orang-orang yang pilihan, maka model seleksi dari tim seleksi juga harus memberikan porsi yang seimbang antara hasil seleksi tertu lis yang merupakan informasi kepemiluan dengan hasil seleksi tim psikologi. Selama ini diperhatikan bahwa hasil seleksi psikologi hanya menjadi pertimbangan, sementara yang utama adalah hasil seleksi tertulis. Peringkat cenderung berdasarkan kepada seleksi tertulis, padahal peringkat seleksi psikologi bisa jadi bertentangan dengan peringkat seleksi tertulis tersebut. Kondisi seleksi yang seperti inilah yang menyebabkan bahwa banyak penyelenggara pemilu yang banyak bermasalah dengan kode etik karena pemahaman mengenai kode etik tidak menjadi bagian penting dalam seleksi calon anggota KPU KabupatenKota. Hal yang berkesinambungan dengan seleksi psikologi yang dapat dilakukan untuk menilai etika atau integritas seseorang adalah seleksi psikologi dilakukan tersendiri terpisah dari seleksi kesehatan bahkan seleksi psikologi bisa dilakukan sebagai seleksi terakhir yang memastikan orang-orang yang hampir terpilih adalah orang-orang yang terbaik tidak hanya kemampuan intelektual tetapi juga kualitas diri yang sesuai dengan konsep kode etik penyelenggara pemilu. Hal yang sama dilakukan pada seleksi TNIPolri, seleksi psikologi berupa mental dan ideologi menjadi seleksi terakhir sebelum memastikan seseorang layak untuk dipilih.

b. Bimbingan Teknis Penyelenggara Pemilu

Model Seleksi terbuka tetap harus dilakukan untuk seleksi anggota KPU KabupatenKota namun bagian- bagian seleksi harus memperhatikan banyak ketentuan agar seleksi menghasilkan orang-orang yang kompeten secara keilmuan dan berintegritas dalam tindakan dan prilaku sehingga dapat melaksanakan tahapan Pemilihan Umum dengan baik tanpa adanya masalah. Sebagai sebuah solusi ini tidak sulit untuk dilaksanakan, hanya memisahkan antara seleksi kesehatan dengan seleksi psikologi dan memberikan porsi yang besar kepada seleksi psikologi. Konsekwensi dari ini juga adalah tim seleksi psikologi yang orang yang memahami tentang integritas dan berpengalaman dalam kegiatan kepemiluan. 509 Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia Politik Lokal Setelah terpilih melalui seleksi yang baik, maka anggota KPU KabupatenKota harus dibekali dengan pengetahuan dan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemilu termasuk kode etik. Jika selama ini, seleksi anggota KPU KabupatenKota banyak dilaksanakan pada masa tahapan pemilu seperti kasus seleksi tahun 2013 yang berlangsung saat tahapan pendaftaran bakal calon anggota legislatif, hendaknya proses seleksi harus disesuaikan jadwalnya sebelum tahapan dilaksanakan. Hal ini agar tidak mengganggu konsentrasi calon anggota KPU KabupatenKota yang masih menjabat. Selain itu juga memudahkan pemahaman kerja bagi anggota KPU KabupatenKota yang terpilih. Dengan kondisi yang seperti ini, maka pembekalan kerja bisa dilakukan dalam waktu yang cukup panjang tidak dua atau tiga hari namun paling kurang 10 hari atau dua minggu. Solusi ini untuk memastikan bahwa penyelenggara pemilu paham dengan tugas dan tanggungjawabnya sehingga bisa diimplementasikan dalam pekerjaan. Dalam bimbingan teknis juga diberikan pemahaman tentang etika dan pelanggarannya dan bagaimana implementasi kode etik dalam pelaksanaan. Lebih jauh kegiatan bimbingan teknis ini lebih kepada internalisasi nilai-nilai sebagai seorang penyelenggara. Internalisasi nilai-nilai moral dan etika dalam diri penyelenggara pemilu diperlukan, agar etika tidak dipandang dengan cara yang tradisional. Namun dipandang secara menyeluruh dan pelaksanaan pekerjaan sebagai penyelenggara dilaksanakan atas kesadaran sebagai seorang manusia yang beretika. KESIMPULAN Semenjak dibentuk KPU dengan sifat independen pada tahun 2001 untuk penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 ditemui banyak masalah dari penyelenggaranya. Bahkan beberapa dari penyelenggara pada periode ini harus menerima hukuman penjara dikarenakan kesalahan-kesalahan prosedur. Ketika itu, persoalan tersebut belum dilihat dari persoalan etika, karena belum ada lembaga yang dibentuk khusus untuk menindak permasalahan yang disebabkan oleh penyelenggara. Pada pelaksanaan tahapan pemilu 2014 dengan adanya DKPP, banyak pihak dapat melakukan pelaporan terhadap persoalan etika penyelenggara. Yang menarik adalah Laporan dugaan pelanggaran etika atau kode etik tidak hanya pada penyelenggara tingkat KPUKPU ProvinsiKPU Kabupaten Kota, namun hingga ke tingkat KPPS. Untuk itu, perlu dicari solusi bagaimana memastikan bahwa penyelenggara dapat bekerja dengan baik sesuai dengan prinsip kode etik yang sudah diatur. Menghadapi pemilu serentak tahun 2019, maka model seleksi yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa penyelenggara pemilu di tingkat KPU KabupatenKota di Sumatera Barat adalah dengan seleksi anggota KPU KabupatenKota yang lebih memperhatikan seleksi psikologi. Seleksi psikologi harus dilakukan sebagai bagian terakhir yang sangat menentukan dari rangkaian seleksi bukan gabungan antara seleksi kesehatan dan seleksi psikologi. Tim seleksi psikologi harus terdiri dari orang-orang yang berpengalaman dalam bidang psikologi politik atau gabungan antara orang-orang yang memahami tentang pemilu dan memahami tentang psikologi sosial. Kemudian untuk memastikan bahwa anggota KPU KabupatenKota adalah orang-orang yang beretika dan berintegritas maka model bimbingan teknis dilakukan dalam waktu yang cukup panjang bukan kegiatan dua atau tiga hari. Bimbingan Teknis untuk penyelenggara harus dilakukan dengan metode internalisasi nilai- nilai, sehingga nilai-nilai tersebut menjadi bagian setiap tindakan dan perilaku penyelenggara pemilu dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Ini penting karena pemilu serentak tahun 2019 akan berhadapan dengan banyak kepentingan dan penyelenggara pemilu yang beretika sangat diperlukan demi suksesnya pemilu tersebut. DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal Adona, Fitri. 2006.Citra dan Kekerasan Simbolik dalam Iklan Perusahaan di Televisi. Andalas University Press : Padang Asshiddiqie, Jimly.2013. Menegakkan Etika Penyelenggara Pemilu. PT RajaGrafindo kerjasama dengan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu : Jakarta 510 Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas Politik Lokal Indrayana, Maria N. D. K. 2004. Tampilan Iklan Televisi Menurut Perspektif Etika Kekristenan. Jurnal Desain Komunikasi dan Visual Nirmana, Volume 6 Nomor 1. Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra : Surabaya Rumah Pemilu. 2014. Pemilu 2014 di Indonesia, Laporan Akhir Oleh Rumah Pemilu. Rumah Pemilu :Jakarta Sugihariyadi,Moh dan Joni Rahardjo.2015. Menakar Profesionalisme Penyelenggaraan Pemilu 2014 di Kota Garam : Analisis Kepemimpinan, Integritas, Independensi dan Kompetensi Kepemiluan. Jurnal Addin, Volume 9, Nomor 1, Februari 2015. STAIN Kudus : Kudus Surbakti, Ramlan dan kawan-kawan. 2014. Integritas Pemilu 2014 : Kajian Pelanggaran, Kekerasan dan Penyalahgunaan Uang pada Pemilu 2014. Kemitraan Partnership : Jakarta Surbakti, Ramlan dan Kris Nugroho. 2015. Studi Tentang Desain Kelembagaan Pemilu yang Efektif. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan : Jakarta. Suseno, Franz Magnis. 2003. Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Peraturan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 2 Tahun 2013 tentang Seleksi Anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum KabupatenKota Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilihan Umum dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2012, 11 tahun 2012 dan 1 tahun 2012. Website www.dkpp.go.id www.kpu.go.id Bahan Lainnya Materi penyampaian Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik, pada Kuliah Umum Matrikulasi Mahasiswa Magister Tata Kelola Pemilu di Universitas Andalas, 2 September 2015