Kelangsungan Usaha Dasar Akrual Bahasa Pelaporan Mata Uang Penyajian Transaksi Mata Uang Asing

6-2 6.08 PE yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. 6.09 PE tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang disyaratkan dalam SAK.

5. Kelangsungan Usaha

6.10 Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan PE untuk mempertahankan kelangsungan usaha. 6.11 Jika PE menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka PE mengungkapkan fakta tersebut.

6. Dasar Akrual

6.12 PE menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.

7. Bahasa Pelaporan

6.13 Laporan keuangan harus dibuat dalam bahasa Indonesia. Jika laporan keuangan juga dibuat dalam bahasa selain bahasa Indonesia, maka laporan keuangan dimaksud harus memuat informasi yang sama. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran akibat penerjemahan bahasa, maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan keuangan dalam bahasa Indonesia.

8. Mata Uang Penyajian

6.14 Mata uang penyajian adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan wajib disajikan dalam mata uang rupiah.

9. Transaksi Mata Uang Asing

6.15 Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang fungsional PE. Pada saat pengakuan awal, transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara mata uang fungsional dan mata uang asing pada tanggal transaksi. Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi. 6.16 Pada setiap akhir periode pelaporan: 1. Pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup. 2. Pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi. 3. Pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan. 6.17 Selisih kurs yang timbul pada saat penyelesaian pos moneter atau pada saat penjabaran pos moneter diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan. 6.18 Jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam pendapatan komprehensif lainnya, maka setiap komponen selisih kurs dari keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif 6-3 lainnya. Sebaliknya, jika keuntungan atau kerugian pos nonmoneter diakui dalam laporan laba rugi, maka setiap komponen selisih kurs dari keuntungan atau kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi.

10. Saling Hapus