Pembahasan Bambang Aryan Soekisno

364 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi i. Pembelajaran Kontekstual adalah proses kegiatan belajar-mengajar yang diawali dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau yang disimulasikan dalam suatu ko nteks sosial dan fisik yang menantang siswa, kemudian diangkat ke dalam konsep yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual ini berisikan karakterisitik sebagai berikut: berbasis masalah kontekstual terstruktur, berpandangan konstruktivisme constructivism , mengajukan pertanyaan questioning , menemukan inquiry , komunitas belajar learning community , menggunakan model modeling , melaksanakan refleksi reflection dan authentic assessment .

2. Kajian Teoritis

2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Dalam penelitian ini, pemecahan masalah dinterpretasikan sebagai tujuan. Menurut NCTM dalam Walle, 2008, bahwa ―dalam standar pemecahan soal, semua siswa harus membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan soal.‖ Ini berarti pemecahan soal harus dijadikan sarana bagi siswa untuk mengembangkan ide-ide matematika dalam Walle, 2008. Salah satu standar proses dari prinsip-prinsip dan standar matematika sekolah yang telah ditetapkan oleh NCTM dalam Walle, 2008 adalah standar pemecahan soal. Pada standar pemecahan masalah harus memungkinkan siswa untuk 1 membangun pengetahuan matematis baru melalui pemecahan soal, 2 menyelesaikan soal yang muncul dalam matematika dan dalam bidang lain, 3 menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan soal, dan 4 mengamati dan mengembangkan proses pemecahan soal matematis. Berikut adalah indikator dari pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo 2012 sekaligus merupakan indikator yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain. a. Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur. b. Membuat model matematika. c. Menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalamdi luar matematika. d. menginterpretasikan hasil. e. Menyelesaikan model matematika dan masalah nyata. f. Menggunakan matematika secara bermakna. Berikut contoh soal kemampuan pemecahan masalah dengan indikator mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur; Asti dan Anton bekerja pada sebuah perusahaan sepatu. Asti dapat membuat tiga pasang sepatu setiap jam dan Anton dapat membuat empat pasang sepatu setiap jam. Jumlah jam bekerja Asti dan Anton 10 jam sehari, dengan banyak sepatu yang dapat dibuat 55 pasang. Jika banyaknya jam bekerja keduanya tidak sama, berapakah lama bekerja Asti dan Anton? Budi suryatin, 2009. 2.2 Kemampuan Komunikasi Matematis Dengan pengertian bahwa komunikasi adalah sebuah cara berbagi ide-ide dan memperjelas pemahaman, maka melalui komunikasi ide-ide direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan diubah. Sudrajat 2001 mengatakan ketika seorang siswa memperoleh informasi berupa konsep matematika yang diberikan guru maupun yang diperoleh dari bacaan, maka saat itu terjadi transformasi informasi matematika dari sumber kepada siswa tersebut. Siswa akan memberikan respon berdasarkan interpretasinya terhadap informasi itu. Masalah yang sering timbul adalah respon yang diberikan siswa atas informasi yang diterimanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini mungkin terjadi karena karakteristik dari matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang sedang dikerjakannya. Untuk mengurangi terjadinya hal seperti ini, siswa perlu dibiasakan mengkomunikasikan menyampaikan secara lisan kepada orang lain informasi yang diperoleh sesuai dengan penafsirannya sendiri. Sehingga orang lain dapat menilai dan memberikan tanggapan atas Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 365 penafsirannya itu. Melalui kegiatan seperti ini siswa akan mendapatkan pengertian yang lebih bermakna baginya tentang apa yang sedang ia lakukan. Ini berarti guru perlu mendorong kemampuan siswa dalam berkomunikasi pada setiap pembelajaran. Sebagai aktivitas, komunikasi juga membantu siswa dalam mengembangkan bahasanya sendiri untuk mengekspresikan ide-ide matematika dan apresiasi terhadap perlunya ketelitian dalam bahasa yang digunakannya. Proses-proses komunikasi juga membantu membangun pengertian dan keakuratan ide serta membuatnya dapat disampaikan kepada orang lain. Percakapan yang mengungkapkan ide-ide matematika dalam banyak perspektif membantu siswa dalam mengasah pikirannya dan membuat hubungan-hubungan. Siswa yang terlibat dalam diskusi, khususnya terlibat dalam perbedaan pendapat atau mencari solusi dari suatu permasalahan, akan memahami matematika lebih baik. Hal ini sebagai akibat dari usaha mereka untuk meyakinkan teman- temannya tentang idenya atau perbedaan pandangan itu. Kemampuan komunikasi dalam matematika dan pembelajaran matematika menjadi sesuatu yang diperlukan diungkapkan olehLindquist Linquist Elliott, 1996 yang berpendapat bahwa jika kita sepakat bahwa matematika itu merupakan suatu bahasa dan bahasa tersebut sebagai bahasan terbaik dalam komunitasnya, maka mudah dipahami bahwa komunikasi merupakan esensi dari mengajar, belajar, dan mengassess matematika. Pada bagian lain Cai, Lane, dan Jakabcsin 1996 mengatakan adalah mengejutkan bagi siswa ketika mereka diminta untuk memberikan pertimbangan atau penjelasan atas jawabannya dalam belajar matematika. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sangat jarangnya para siswa dituntut untuk menyediakan penjelasan dalam pelajaran matematika, sehingga sangat asing bagi mereka untuk berbicara tentang matematika. Karena itu menurut Pugalee 2001 siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi lebih bermakna baginya. Indikator dalam penelitian yang akan dilakukan penulis adalah : Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika; menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis; membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari Berikut contoh soal kemampuan komunikasi matematis dengan indikator ; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika; Seorang anak yang membeli 3 buku tulis dan 2 pensil, harus membayar Rp.26.000,00, adiknya membeli 5 buku tulis dan 1 pensil, dan harus membayar Rp.27.000,00. Harga 1 buah buku tulis adalah ..., sedangkan 1 pensil adalah .... Budi suryatin, 2009. 2.3 Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Smith 2005, mengemukakan bahawa manfaat PBM di atas menemukan bahwa siswa akan meningkat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkat pemahamannya, meningkat pengetahuannya yang relevan dengan dunia praktik, mendorong mereka penuh pemikiran, membangun kemampuan kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan dari Pendekatan pembelajaran berbasis masalah PBM ini adalah sebagai berikut : Kelebihannya adalah : a. Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi b. PBM memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri c. PBM membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran