382
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
5 Siswa menyajikan solusi yang mereka temukan,
6 Siswa dibantu oleh guru melakukan evaluasi berkaitan dengan seluruh kegiatan pembelajaran.
Hal ini meliputi sejauhmana pengetahuan yang sudah diperoleh oleh siswa serta bagaimana peran masing-masing siswa dalam kelompok.
Menurut Rumi dalam Rachmawati, 2008:15, kelebihan dari model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah:
a. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pengaplikasian konsep pada masalah.
b. Menjadikan siswa aktif dan belajar lebih mendalam deep learners.
c. Memungkinkan siswa untuk membangun keterampilan dalam pemecahan masalah.
d. Meningkatkan pemahaman melalui dialog dan diskusi dalam kelompok.
e. Menjadi pembelajar yang mandiri.
4. Kesimpulan
1. Kemampuan Pemahaman matematik adalah tingkatan berfikir yang masih sederhana yakni
melakukan perhitungan, mencoba dan membuktikan serta memperkirakan kebenaran sesuatu dengan penuh keyakinan dan percaya diri.
2. Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan dalam mengaitkan konsep-konsep
matematika, baik antar konsep matematika itu sendiri maupun dengan bidang lainnya dengan mata pelajaran lain dan dengan kehidupan nyata sehari-hari
3. Disposisi matematis adalah kecenderungan sikap positif serta kebiasaan untuk melihat
matematika sebagai sesuatu yang logis, dan berguna. 4.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah: pembelajaran yang menekankan pada meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pengaplikasian konsep pada masalah dan menjadikan siswa aktif
belajar lebih mendalam deep learners, sehingga memungkinkan siswa untuk membangun keterampilan dalam pemecahan masalah dan meningkatkan pemahaman melalui dialog dan
diskusi dalam kelompok serta menjadi pembelajar yang mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2005.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.
Dault Jagul.S. 2012: http:id.shvoong.comsocial-scienceseducation2264360- kemampuan- pemahaman-matematisixzz2xbd0Tl60[2 Maret 2014]
Hendriana, H dan Rohaeti, E.E. 2007.Bahan Ajar Penelitian Pendidikan.Diktat Pembelajaran. Bandung: Tidak diterbitkan.
Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.JICA. Universitas Negeri Malang
Hudoyo, Herman. 1985. Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.
Ibrahim, M dan Nur, M.2000. Pembelajaran Berbasis Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
NCTM.1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.Reston, VA : NCTM Ruseffendi.2006. Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito
Sumarmo, U.2012. ―Bahan Ajar Mata kuliah Proses Berpikir Matematik Program S2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi‖. Bandung.
Sumarmo, U. 1994. Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan penelitian IKIP Bandung. Bandung: Tidak
diterbitkan. Suradijono, SHR. 2004. ―Problem-based learning: Apa dan bagaimana?‖.Makalah Seminar.
Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem Based Learning berbasis ICT Information and Communication Technology, 1552004, Yogyakarta.
Syaban, M. 2008.Menumbuhkan daya dan disposisi siswa SMA melalui pembelajaran investigasi. Tersedia: http:www.uai.nonocontentdownload2math.html[9 Maret 2014]
Wardani, S. 2002 Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematka melalui Model kooeratif Tipe Jigsaw. Tersedia: http:www.matedu.cinvestav.mxadalira.pdf[9 Maret 2014]
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
383
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIK SISWA PADA MATERI
INTEGRAL MELALUI PEMBELAJARAN LANGSUNG-TAK LANGSUNG
Sidik Tamsil
Mahasiswa S-2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi dikseriesyahoo.co.id
ABSTRAK
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik sangat diperlukan siswa, terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
proses pembelajaran matematika. Namun kenyataan menunujukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa-siswa Indonesia khususnya siswa SMA masih
belum memuaskan. Penelitian ini berfokus pada upaya untuk mengetahui secara komprehensif mengenai jenis-jenis
kesalahan siswa khususnya pada topik integral yaitu kesalahan konsep, kesalahan prosedural dan kesalahan teknikal serta bagaimana upaya untuk meminimalkan kesalahan-kesalahan yang
sering dijumpai pada pokok bahasan ini. Berdasarkan identifikasi dan pengamatan kesalahan-kesalahan siswa, maka disimpulkan bahwa
pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa dalam setiap proses belajar mengajar serta pendekatan pembelajaran langsung-tak langsung akan mengeliminir
berbagai jenis kesalahan yang ditemui siswa pada pokok bahasan integral.
Kata Kunci:
Berpikir Kritis, Kreatif, Pembelajaran Langsung-Tak Langsung
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Kemampuan Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi dalam pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menjawab tantangan zaman yang semakin
komplek dan kompetitif. Untuk itu masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif agar dapat menjadi bagian penting dalam menghadapi masalah dalam
berbagai situasi dan kondisi. Selain itu kemampuan berpikir kritis dan kreatif akan melahirkan ide-ide berupa inovasi dari setiap perubahan dan perkembangan zaman yang
semakin komplek. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang bermuara pada penarikan kesimpulan tentang
apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama adalah mempertanyak an jawaban,
fakta, atau informasi yang ada. Berpikir kritis mencakup tindakan untuk mengevaluasi situasi, masalah atau argumen dan memilih pola investigasi yang menghasilkan jawaban
terbaik yang bisa didapat Feldman, 2010 : 4. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan
dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau
komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif. Evans Siswono, 2009 menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah
suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan conections yang terus menerus