Kelemahan E-learning dalam Pembelajaran

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 241 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 Anik Yuliani STKIP Siliwangi anik_yuliani070886yahoo.com ABSTRAK Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri diyakini sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran matematika, dengan menerapakan model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu merangsang keterlibatan siswa secara aktif dan mengadakan suatu penelitian untuk menemukan suatu penemuan tertentu. Siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan. Karakteristik dari model pembelajaran inkuiri ini sejalan dengan karakteristik pembelajaran yang terdapat dalam Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi. Selain itu juga sejalan dengan Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, dimana dikatakan bahwa seorang pendidik dalam menilai kompetensi keterampilan dapat dilakukan melalui penilaian kinerja. Penilaian kinerja ini dapat dilihat berdasarkan hasil penemuan siswa yang telah dilakukan melalui proses penelitian. Kata Kunci: Kurikulum 2013, Model Pembelajaran Inkuiri

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Hasil studi PISA Program for International Student Assessment, yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS Trends in International Mathematics and Science Study menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah dalam kemampuan 1 memahami informasi yang komplek, 2 teori, analisis dan pemecahan masalah, 3 pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan 4 melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang Kemendikbud, 2012. Salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. Seiring dengan pergantian kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013, semua pendidik semakin dituntut untuk memiliki kompetensi yang sangat baik dalam mengembangkan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Para pendidik dituntut untuk dapat menghasilkan peserta didik yang handal dibidang sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Adapun salah satu karakteristik dari kurikulum 2013 meliputi penilaian autentik authentic assessment dan pembelajaran saintifik scientific Learning. Guru merupakan salah satu ujung tombak keberhasilan implementasi kurikulum 2013, dimana guru dituntut untuk mampu menerapkan kurikulum 2013 secara tepat dan benar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru matematika dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Banyak aspek yang harus menjadi perhatian guru dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan siswa, materi bahan ajarnya, fasilitas serta media pembelajaran yang tersedia serta kondisi dari guru itu sendiri. 242 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, salah satu model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah model pembelajaran inkuiri. Gulo 2002 mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Inkuiri merupakan suatu proses, proses inkuiri dimulai dari kegiatan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan. Semua tahapan dalam proses inkuiri tersebut merupakan kegiatan belajar dari siswa. Peranan guru pada model pembelajaran inkuiri ini hanya untuk memfasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar serta sebagai motivator dan pengarah. Model pembelajaran inkuiri diyakini sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran matematika, dengan menerapakan model pembelajaran inkuiri diharapkan mampu merangsang keterlibatan siswa secara aktif dan mengadakan suatu penelitian untuk menemukan suatu penemuan tertentu. Siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh keterampilan. Hasil akhir yang berupa penemuan yang telah dilakukan melalui proses penelitian ini sejalan dengan standar penilaian yang dimuat dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian. Dalam standar penilaian dikatakan bahwa seorang pendidik untuk melakukan penilaian kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, dimana penilaian tersebut menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktek, proyek dan penilaian portofolio. Model pembelajaran inkuiri ini juga sangat menekankan pada sikap ilmiah dan berfikir ilmiah. Selain kompetensi pengetahuan dan sikap, sikap ilmiah dan berfikir ilmiah tersebut merupakan salah satu bentuk keterampilan yang harus dimiliki siswa, dimana keterampilan merupakan salah satu kompetensi inti dari Kurikulum 2013. Jadi, dapat dikatakan bahwa inti dan karakteristik dari model pembelajaran inkuiri ini sangat sesuai dan mendukung tujuan Kurikulum 2013. 1.2. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah: Apa saja karakteristik model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran matematika yang dapat mendukung implementasi kurikulum 2013?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran matematika yang dapat mendukung implementasi kurikulum 2013.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan penulisan artikel ini, penulis berharap akan memberikan masukan-masukan bagi para pembaca mengenai pentingnya menerapkan model pembelajaran inkuiri untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.

2. Pembahasan

2.1. Model Pembelajaran Inkuiri

Dalam bahasa inggris inkuiri adalah inquiry, yang diartikan sebagai pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Gulo 2002 mengemukakan bahwa inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 243 penemuannya dengan penuh percaya diri. Hal senada juga diungkapkan oleh Sanjaya 2009 strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Sanjaya 2009 juga mengemukakan bahwa proses pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang memiliki tahap-tahap dalam proses pembelajarannya, adapun tahapan-tahapan tersebut meliputi : a. Orientasi Pada tahap ini, guru harus menciptakan suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Guru menjelaskan pentingnya topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Guru juga menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, menjelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. Serta guru harus menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. b. Merumuskan masalah Pada langkah ini siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang diberikan kepada siswa merupakan persoalan yang menantang dan siswa diharapkan mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Proses penyelesaian masalah tersebut merupakan hal penting dalam pembelajaran inkuiri, karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikirnya. c. Merumuskan hipotesis Pada langkah ini siswa membuat dugaan atas pertanyaan yang diberikan guru. Hipotesis yang dibuat diuji kebenarannya, karena merupakan jawaban sementara. Guru harus mampu mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa, dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan yang mendorong siswa untuk dapat merumuskan dugaannya atau merumuskan berbagai dugaan kemungkinan jawaban terhadap masalah yang dikaji. d. Mengumpulkan data Pada tahap mengumpulkan data, siswa menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Peran guru pada tahap ini adalah untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. e. Menguji hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan jawaban yang dianggap benar sesuai dengan data yang diperoleh. Siswa dituntut untuk menggunakan segala pengetahuannya. Dalam pengujian hipotesis, siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasionalnya. Sehingga kebenaran jawaban yang diberikan berdasarkan argumentasi dari data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. f. Merumuskan kesimpulan Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh siswa berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk memperoleh kesimpulan yang akurat guru sebaiknya menunjukkan pada siswa data mana yang relevan untuk digunakan. Sagala 2011 juga mendefinisikan model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Sementara itu Aziz Ahmad, 2011 mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model yang menempatkan dan menuntut guru untuk membantu siswa menemukan sendiri data, fakta dan informasi tersebut dari berbagai 244 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi sumber agar dengan kegiatan itu dapat memberikan pengalaman kepada siswa. Pengalaman ini akan berguna dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.

2.2. Kurikulum 2013

Mengingat semakin menurunnya kualitas moral serta mental generasi muda saat ini, maka banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki masalah tersebut. Salah satu upaya pemerintah tersebut adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. Kurikulum yang diterapkan saat ini adalah kurikulum 2013, dimana dalam kurikulum 2013 ini lebih mengutamakan pembentukan karakter peserta didik. Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah harus meningkat dari kurikulum yang dirubah sebelumnya, kepentingan peserta didik harus lebih diutamakan. Tilaar 1999 mengemukakan bahwa sejak tahun 1945 pemerintah sudah melakukan banyak sekali perubahan kurikulum di Indonesia. Tahun 1947 kurikulum rencana pelajaran dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, 1973 kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan PPSP, 1975 Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 Kurikulum 1984, 1994 Kurikulum 1994, 1997 revisi Kurikulum 1994, 2004 rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, 2006 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan saat ini kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2013. Kemendikbud 2012 menjelaskan bahwa kurikulum merupakan salah satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: 1 manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan 2 manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan 3 warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan paling tidak satu sampai dua dekade dari sekarang. Artinya, konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggungjawab di masa mendatang. Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan proses psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas ―menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan‖. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas ―mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta‖. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas ―mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta‖. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat