Saran Bambang Aryan Soekisno

192 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi. Lesson study merupakan sebuah proses sistematis yang digunakan oleh para guru di Jepang untuk menguji keefektifan pembelajaran dalam rangka mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Lesson study menghendaki proses pembelajarannya bermula dari suatu masalah yang nyata, terciptanya pembelajaran yang kolaboratif terutama guru yang sebidang sehingga tercipta kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya suatu pembelajaran kolaboratif antar guru. Prinsip utama Lesson study adalah peningkatan kualitas pembelajaran secara bertahap dengan cara belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Mahasiswa calon guru dapat belajar dari pengalaman orang lain untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan Lesson study sangat efektif dilakukan oleh calon guru untuk meningkatkan kinerja serta keprofesionalannya. Berdasarkan hasil observasi, dan uji pendahuluan terhadap mahasiswa tingkat 2 diperoleh terdapat beberapa permasalahan yaitu calon pendidik kurang aktif dalam proses pembelajaran. Adapun beberapa permasalahan yang ditemukan pada mahasiswa calon pendidik tersebut yaitu : 1 kurang memperhatikan materi yang disampaikan; 2 sulit menguasai konsep pelajaran; 3 sibuk dengan kegiatan lain dikelas.

2. Kajian Teoritis

2.1. Lesson Study Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management , yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Bill Cerbin Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 empat tujuan utama, yaitu untuk : 1 memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; 2 memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study ; 3 meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. 4 membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Lesson study dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu: 1 perencanaan plan; 2 pelaksanaan do: dan 3 refleksi see. Tahap pertama, Plan membuat perencanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa secara kolaboratif. Tahap kedua, do, menerapkan rencana pembelajaran di kelas oleh seorang guru sementara yang lain mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran. Tahapan ketiga adalah see, diskusi pasca pembelajaran untuk merefleksikan efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan langsung setelah pembelajaran dilaksanakan. Adapun alur lesson study adalah sebagai berikut: Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 193 Gambar 2. Siklus pembelajaran Lesson Study Lesson study adalah suatu proses sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran Garfield, 2006. Sejalan dengan pendapat tersebut Hendayana dkk 2006 menyatakan bahwa lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

a. Keterampilan Proses

Kemampuan proses belajar adalah tujuan pendidikan yang belum banyak disinggung dalam pendidikan. Kemampuan proses adalah kemampuan seseorang dalam mendapatkan informasi, mengolah informasi, menggunakan informasi dan mengkomunikasikan hasil. Keterampilan proses merupakan kemampuan yang akan dikembangkan dalam setiap mata pelajaran di kedua sekolah. Kemampuan dalam keterampilan proses terdiri atas tujuh kemampuan yaitu 1. Mengamati 2. Mengelompokkan 3. Memproyeksikan 4. Menerapkan 5. Menganalisis 6. Melakukan penelitian sederahan 7. Mengkomunikasikan hasil Sedangkan menurut Semiawan 2002, terdapat sepuluh keterampilan proses dan mengapa perlu diterapkannya keterampilan proses yaitu: 1. Kemampuan mengamati 2. kemampuan menghitung 3. kemampuan mengukur 4. kemampuan mengklasifikasikan 5. kemampuanmenemukan hubungan 6. kemampuan membuat prediksi 7. kemampuan melaksanakan penelitian 8. kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data 9. kemampuan menginterpretasikan data 10. kemampuan mengkomunikasikan hasil 194 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Semiawan dkk 1985 merinci alasan perlunya diterapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari: 1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut maka para siswa harus dibekali keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk pembelajara. 2. Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit. 3. Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik. Konsep di satu pihak serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan. Untuk keterampilan dasar, proses-prosesnya meliputi keterampilan mengobservasi, mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan.Keterampilan mengobservasi adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat-sifat dari objek-objek atau kejadian-kejadian dari kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya: menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda, sistem-sistem, dan organisme hidup.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati tindakan calon pendidik dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan keterampilan proses dan penguasaan konsep matematika sekolah.Penelitian ini dilaksanakan di STKIP Siliwangi Bandung, dilaksanakan pada mahasiswa tingkat 2 pendidikan matematika kelas A2 Reguler. Tahapan pengumpulan data yaitu observasi dilakukan bersamaan dengan implementasi tindakan. Proses observasi menggunakan lembar monitoring tahap perencanaan, pelaksanaan, refleksi dalam Lesson Study danlembar observasi keterampilan proses, lembar observasi penguasaan konsep matematika sekolah. Tes dilakukan setelah pemberian tindakan penerapan pembelajaran dengan Lesson Study pada tiap akhir pokok bahasan. Tes berupa soal objektif dan soal uraian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kualitatif yang terdiri dari tiga komponen yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

4. Hasil Penelitian dan dan Pembahasan

Keterlaksanaan lesson study oleh guru model mahasiswa pendidikan matematika yang terdiri dari 4 siklus. Paparan data mengenai keterlaksanaan lesson study oleh guru model sebagai berikut. Pada LS I persentase ketuntasan belajar yaitu sebesar 87. Pada LS I dengan materi suku banyak,para mahasiswa secara berkelompok merancang pembelajaran . Sebelum kegiatan berlangsung terlebih dahulu dipilih observer sebanyak sembilan orang yang diambil masing-masing satu orang dari tiap kelompok. Kegiatan pembelajaran mahasiswa yaitu mahasiswa secara berkelompok dengan kelompok ahli menyusun sistematika materi suku banyak setelah itu dianalisis, kemudian menyusun rencana pembelajaran dari sistematika materi yang telah dibuat. Kegiatan mahasiswa setelah berdiskusi dengan kelompok asal yaitu diskusi kelas dengan mempresentasikan hasil pengamatan selama berdiskusi. Berdasarkan tahap pelaksanaan do lesson study , guru model dalam hal ini dipilih satu orang dari satu kelompok untuk memberikan materi suku banyak yang berorientasi kepada kurikulum 2013.Guru model tanggapan mengenai kesulitan untuk mengorganisasikan waktu kegiatan pembelajaran dan mengondisikan siswa untuk menerima pembelajaran. Tahap seeobserver memberikan masukan mengenai kesiapan mahasiswa dalam