Keberhasilan Keberhasilan dan Kegagalan

332 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi dan dapat membantu mereka untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada berbagai situasi yang lain. Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat Gagne Juhadi, 2013 bahwa pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi yang dapat membantu dan mengembangkan keterampilan intelektual tingkat tinggi. Kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting dan diperlukan siswa di masyarakat. Tetapi kenyataan sangatlah bertolak belakang dengan yang diharapkan. Di lapangan, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia masih rendah. Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswa PGSD pun mengatakan hal yang sama. Berdasarkan hasil penelitian Wakiman 1995: 28 terhadap mahasiswa D-II Penyetaraan Tatap Muka FIP IKIP Yogyakarta menunjukkan bahwa pemahaman terhadap soal-soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk cerita masih rendah. Salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, dan pemecahan masalah matematis, kita bisa melakukan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah sebuah pembelajaran yang terfokus dalam melibatkan siswa aktif memperoleh informasi yang dilaksanakan dengan mengenalkan mereka pada lingkungan serta terlibat secara langsung dalam proses pembelajarannya. Jadi dalam pembelajaran ini guru lebih aktif memberikan strategi pembelajaran daripada informasi pembelajaran. Uraian di atas sesuai dengan pendapat Ahmadi, dkk 2011, yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan metode belajar yang membantu semua guru mempraktikkan dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa dan menuntut siswa membuat hubungan beberapa pengetahuan yang pernah dialami siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual meruapkan konsep belajar yang memudahkan guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Komunikasi Matematik

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis. Menurut Wahyudin Sobandi, 2013 : 11 komunikasi adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Sedangkan menurut Asikin Sobandi, 2013 : 11 komunikasi matematika dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling hubungandialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan dari guru kepada siswa. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas. Collins, dkk Abadi, 2002:493 mengatakan ―salah satu tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi melalui modeling, speaking, writing, talking and