Kemampuan Komunikasi Matematik Kajian Teoritis dan Pembahasan

344 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Nugroho, P.A. 2010. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk- Write TTW. Skripsi pada FKIP. UNY : Tidak diterbutkan Rusmono 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sumarmo, U. 2013. Berpikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. Kumpulan Makalah. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 345 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI SERTA DISPOSISI MATEMATIK SISWA SMA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING Suharsono Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi nayafiqisonoyahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah masalah pecapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi serta disposisi matematik siswa SMA antara yang menggunakan pendekatan pembelajaran probing prompting dengan pembelajaran konvensional. Penilitian ini merupakan penilitian kuasi eksperimen dengan desain tes pretest dan posttest . Pengambilan sampel dalam penelitian in menggunakan Simple Random Sampling karena anggota sampel dipilih secara acak kelas yaitu terdiri siswa kelas XII IPA2 sebanyak 33 orang dan siswa kelas XII IPA 3 sebanyak 33 orang. Metode pengumpulan data adalah tes dan non tes.. intrumen tes mencakup tes kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik sedangkan non tes mencakup tes skala sikap. Data dikumpulakan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, Rata- rata hasil belajar kemampuan pemahaman matematik siswa keas eksperimen adalah 4,484 tergolong kriteria sedang, dan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol dengan adalah 3,030 tergolong kriteria rendah. Rata – rata hasil belajar komunikasi matematik siswa kelas eksperimen adalah 8,424 tergolong kriteria tinggi dan rata-rata hasli belajar siswa kelas kontrol adalah 6,667 tergolong kriteria sedang.. disposisi matematik siswa kelas eksperimen tidak lebih baik dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara yang belajar dengan pendekatan pembelajaran probing - prompting dan siswa yang belajar dengan pmbelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan ini membuktikan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran probing-prompting lebih baik terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Kata Kunci: Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik, Disposisi Matematik, Probing Prompting

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika yang pada umumnya diterapkan oleh para guru adalah konvensional dengan menggunakan pembelajaran ekspositori. Kenyataan di lapangan peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep matematika jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki Trianto, 2007. Fakta pembelajaran matematika menggunakan pembelajaran ekspositori dapat memunculkan persepsi peserta didik yang selalumengidentikkan matematika dengan rumus. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbsis kompentensi sehingga pengembangannya diarahkan pada pencapaian kompentensi yang dirumuskan dari standar kompentensi lulusan SKL. Berkaitan dengan pemberlakuan kurikulum 2013 saat ini khususnya dalam pelajaran matematika maka diharapkan peserta didik memiliki kemampuan kompentensi inti yaitu bidang sikap, pengetahuan dan keterampilan. 346 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Kemampuan pemahaman, kemampuan komunikasi, dan disposisi matematik merupakan kemampuan yang esensial untuk dikembangkan pada siswa sekolah menengah. Pentingnya pemilikan kedua kemampuan matematik dan disposisi matematik di atas termuat dalam tujuan Kurikulum 2013 yaitu siswa memiliki kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik memiliki sikap memahami dan menerapkan serta minat dalam memecahkan masalah. Komunikasi matematik berperan untuk memahami ide-ide matematik secara benar. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematik yang baik, cenderung dapat membuat berbagai representasi yang beragam, sehingga lebih memudahkan siswa dalam mendapatkan alternatif- alternatif penyelesaian berbagai permasalahan matematik. Disisi lain pembelajaran matematika mempunyai peran arti yang lebih luas yaitu mengembangkan kemampuan bernalar, berfikir sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika , dan megembangkan sikap obyektif dan terbuka yang diperlukan dalam menghadapi masa depan yang selalu berubah. Sikap dan kebiasaan befikir seperti tersebut secara akumulatif menumbuhkan disposisi matematik Mathemathical Disposition yaitu keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematik Sumarmo, 2013:76-77. Salah satu pendekatan mengajar yang dinilai akomodatif dapat meningkatkan aktifitas berpikir siswa ad alah p end ek atan p embelajaran P r o b in g P r o mp tin g . Sebagaimana dijelaskan Suherman 2008: 6 bahwa pendekatan pembelajaran Probing Prompting adalah pendekatan pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang m en g aitk an p en g etah u an tiap siswa d an pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada siswa akan membuat siswa berpikir lebih rasional tentang pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya, dan mengaitkan pertanyaan-p ertany aan y ang d atang sehingg a tim bul pengetahuan baru. Pada saat itu berarti siswa telah dilatih untuk melakukan pemahaman dan komunikasi matematik serta disposisi matematik. Berdasarkan uraian masalah yang telah dijelaskan sebelumnya maka permasalahan dalam penelitian ini menelaah apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi dan disposisi matematik siswa yang pembelajarannya mengggunakan pendekatan pembelajaran probing prompting lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah masalah pencapaian dan peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi serta disosisi matematik siswa yang pembelajarannya mengggunakan pendekatan pembelajaran probing prompting dibandingkan dengan yang menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk semua pihak dengan dunia pendidikan, diantaranya adalah manfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti Probing Prompting adalah pendekatan pembelajaran dimana guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang m en g aitk an p en g etah u an tiap siswa d an pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut 1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung permasalahan. 2. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya. 3. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai indikator kepada seluruh siswa. 4. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya. 5. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. 6. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 347 kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing prompting . 7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen bertujuan untuk : a Menelaah kualitas kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa setelah menggunakan model pembelajaran Probing Prompting dan pembelajaran konvensional, b Mendeskripsikan sikap siswa terhadap pembelajaran Probing Prompting , c Memperoleh gambaran aktivitas siswa selama proses pembelajaran probing prompting . Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA di Kabupaten Bandung, dan mengambil desain test pretest dan postest sebagai berikut: O X O O O Keterangan: O `: Pretes postes pemahaman dan komunikasi matematik serta disposisi matematik X : Perlakuan berupa Model pembelajaran Probing Prompting Karena materi yang diberikan kepada siswa merupakan materi baru, maka diberikan tes awal dengan rasional. bahwa siswa belum memahami materi tersebut. Untuk mengetahui kesiapan siswa menerima materi baru dan untuk melihat kesamaan kemampuan awal kedua kelompok, pada awal pembelajaran diadakan tes penguasaan materi pretest. Pada akhir pembelajaran setelah semua materi pelajaran diberikan maka dilakukan pemberian postes, baik kepada siswa kelas eksperimen maupun kelas control dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan yang dicapai siswa setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran baik kelas yang menggunakan model pembelajarn probing prompting maupun yang menggunakan pembelajarn konvensional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Simple Random Sampling . Hal ini dilakukan karena anggota sampel dipilih secara acak kelas. Jumlah total siswa kelas XII di SMA Negeri 1 Pangalengan adalah 290 orang.Sampel yang diambil secara acak sebanyak 30. Selanjutnya sampel sebanyak 66 siswa dikelompokan menjadi dua kelas A2 dan A3 yang masing-masing kelas terdiri atas 33 siswa. Kelas A2 menjadi kelas kontrol dan kelas A3 menjadi kelas eksperimen. Instrumen dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes dan non tes. Instrumen berupa tes mencakup tes tentang kemampuan pemahaman matematik dan kemapuan komunikasi matematik, sedangkan instrument non tes berupa angket skala sikap. Tes kemampuan pemahaman matematik dan kemampuan komunikasi matematik berupa tes tertulis berbentuk uraian yang diberikan pada saat pretes dan postes. Pretes diberikan diawal kegiatan penelitian sebelum siswa mendapat pembelajaran materi yang akan dibahas, sedangkan postes diberikan pada akhir kegiatan penelitian setelah mendapatkan pembelajaran. Pretes dan postes diberikan pada siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil pretes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa baik kemampuan pemahaman matematik maupun kemampuan komunikasi matematik, sedangkan hasil postes digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa baik dikelas eksperimen maupun kelas kontrol