Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
299
PENERAPAN STRATEGI
KNOWLEGDE SHARING
DALAM MENINGKATKAN
SELF-DEVELOPMENT
SISWA DI SMA
Ishaq Nuriadin
Pendidikan Matematika, FKIP UHAMKA Ishaq_nuriadinyahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini tujuan mengetahui efektifitas strategi
knowlegde sharing
dalam meningkatkan sikap
self-development
di SMA.
Self-development
siswa adalah sikap atau prilaku yang mengerakkan seseorang siswa tentang cara berpikir dalam mengembangkan kemampuan diri
secara sungguh-sungguh dalam mencari solusi dengan penuh tanggung jawab. Strategi
knowledge sharing
yang meliputi: sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut mengunakan
pretes-postes non equivalent group desain
. Populasi dalam penelitian ini siswa SMAN di Kota Tangerang tahun ajaran 20132014 siswa
kelas XI. Teknik pengambilan sempel menggunakan teknik
stratified sampling
sebanyak 70 siswa pada level sekolah sedang dan rendah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi
knowlegde sharing
dapat meningkatkan
self-development
siswa pada level sekolah sedang sebesar 20,8 dan level sekolah rendah sebesar 6,4. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan peningkatan s
elf-development
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
knowledge sharing
pada level sekolah sedang lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
knowledge sha ring
pada level sekolah rendah.
Kata Kunci: Strategi
Knowledge Sharing, Self-Development
1. Pendahuluan
Belajar matematika dimaksud untuk membentuk pengetahuan dan sikap agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar matematika merupakan suatu proses kegiatan untuk
mengubah tingkah laku siswa yang disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Sardiman 2003 diantara sekian banyak faktor yang memiliki pengaruh dalam belajar itu faktor psikologis dalam
belajar akan memberikan andil yang cukup tinggi. Aspek psikologis senantiasa memberikan kemudahan dalam usaha mencapai tujuan belajar matematika secara optimal.
Self- development
merupakan faktor psikologis yang bersifat non intelektual berperan sebagai pengerak dan penyemangat belajar. Untuk memahami pelajaran matematika dengan baik, sangat penting bagi
siswa memiliki yang
self- development
kuat mengingat matematika merupakan pelajaran yang sering diabaikan, karena dianggap pelajaran paling sulit bagi sebagian siswa.
Self-development
dalam belajar matematika dijadikan sebagai tenaga pendorong dalam diri siswa untuk mengikuti pembelajaran secara sungguh-sungguh.
Tujuan pelajaran matematika BSNP, 2006 agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
300
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
perhatian, dan minat dalam memperlajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah‖. Berdasarkan tujuan belajar matematika tersebut, siswa tidak hanya terampil
dalam menyelesaikan masalah matematis tetapi juga siswa diharapakan memiliki sikap atau prilaku yang baik agar dapat diterima dalam masyarakat tempat mereka berada.
Pembelajaran matematika di lapangan belum sepenuhnya menekankan pada pengembangan daya nalar, logika, dan proses berpikir matematis siswa. Pembelajaran matematika di sekolah pada
umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa memperhatikan tingkat kemampuan matematis siswa. Siswa tidak dipandu dalam mengoptimalkan
potensi yang ada pada dirinya. Sering kali ada siswa yang mampu mengerjakan dan menyelesaikan soal yang diberikan guru dengan tepat, namun ketika temannya meminta untuk menjelaskan proses
penemuan jawaban yang diberikan terlihat masih kebingungan untuk menjelaskan jawabannya. Bahkan, tidak jarang malah memunculkan rasa keraguan atas jawaban mereka sendiri, secara tidak
langsung mengurangi rasa pecaya diri peserta didik. Selain itu, ada peserta didik yang selalu mengeluh tak punya kemampuan apa-apa dalam pembelajaran matematika. Jika sikap mudah
menyerah dan mengeluh peserta didik muncul, maka proses berpikir siswa tidak terjadi. Proses berpikir yang terhenti mengakibatkan tidak bertambahnya kemampuan siswa. Kebiasan berpikir
berdampak pada meningkatnya kemampuan matematis siswa. Kemampuan dalam memahami konsep matematika secara mendalam diharapkan dapat membentuk
kebiasaan pengembangan diri s
elf-development
siswa.
Self- development
merupakan
bagian soft skill
. Soft skill yang ditanamkan pada peserta didik secara berkelanjutan saat pembelajaran matematika akan membentuk disposisi matematik
mathematical disposition
. Disposisi matematik merupakan kesadaran, keinginan, kegigihan, dedikasi, dan kecendrungan yang kuat pada diri
peserta didik untuk berpikir dan berbuat secara positif guna mengembangkan diri dalam kemampuan matematis. Polking 1998 berpendapat bahwa disposisi matematis menunjukkan a
rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan; b fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematika dan
berusaha mencari metode alternatif dalam memecahkan masalah; c tekun mengerjakan tugas matematika; d minat, rasa ingin tahu, dan dayatemu dalam melakukan tugas matematika; e
cendrung memonitor, merefleksikan penampilan dan penalaran mereka sendiri; f menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan pengalaman sehari-hari; g apresiasi peran
matematika dalam kultur dan nilai, matematika sebagai alat dan bahasa. Pelaksanaan pembelajaran matematika harus mempu menanamkan sikap s
elf-development
sebagai komponen
soft skill
matematika dilaksanakan secara terintegratif dengan pengembangan kemampuan matematis peserta didik sebagai komponen
hard skill
matematika.
Self-development
merupakan aspek afektif dalam diri seorang siswa. Aspek afektif ini didasarkan pada asumsi bahwa perilaku siswa pada tingkat yang lebih rendah merupakan prasyarat bagi
perilaku tingkat yang lebih tinggi. Itulah sebabnya, ranah ini diurutkan ke dalam suatu garis kontinum dalam bentuk hierarkis dan pencapaiannya bersifat komulatif. Mulai dari tahap pertama
yaitu menerima suatu nilai, keinginan untuk merespon, kepuasan yang didapat ketika merespon akan memunculkan penghargaan pada nilai itu, selanjutnya mengorganisasi nilai-nilai ke suatu
sistem nilai yang sifatnya amat pribadi, dan akhirnya berperilaku secara konsisten berdasarkan nilai yang dimiliki dan dipercayainya.
Aspek
self-development
bagian dari bentuk
soft skills
seperti kreativitas, produktivitas, berpikir kritis, bertanggungjawab, memiliki kemandirian, berjiwa kepemimpinan serta kemampuan
berkolaborasi yang perlu dimiliki oleh peserta didik. Penghargaan terhadap keragaman kemampuan, memiliki kesadaran akan nilai-nilai kesatuan dalam kemajemukan yang didasarkan
pada nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan religi, amat perlu dikembangkan. Keseimbangan saat pelaksanaan pembelajaran matematika harus mempu menanamkan sikap s
elf-development
sebagai komponen
soft skill
matematika dilaksanakan secara terintegratif dengan pengembangan kemampuan matematis peserta didik sebagai komponen
hard skill
matematika. Kegiatan-kegiatan yang disarankan oleh Woodcook Francis 1981 dalam membiasakan sikap
self-development
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
301 peserta didik yaitu sebagai berikut: a menentukan sasaran yang jelas; b menentukan cara
menilai keberhasilan; c mensyukuri kemajuan walaupun hanya sedikit; d berani mengambil resiko; e perkembangan diatur oleh diri anda sendiri; f memanfaatkan setiap kesempatan yang
ada; g terbuka untuk belajar dari siapa saja dalam kontek untuk mengembangkan potensi diri; h belajar dari kesalahan dan selalu bersikap realistis; i jangan hanya berbicara, tetapi kerjakan yang
anda ucapkan.
Self-development
siswa merupakan sikap atau prilaku yang mengerakkan seseorang siswa tentang cara berpikir dalam mengembangkan kemampuan diri secara sungguh-sungguh dalam mencari
solusi dengan penuh tanggung jawab. Aspek pengembangan diri
self-development
menurut Nuriadin 2014 meliputi: a inisiatif belajar; b mempersiapkan kebutuhan pendukung belajar;
c menetapkan tujuan belajar yang sesuai; d memonitor kemajuan target belajar; e mengatur dan mengontrol belajar; f mengidentifikasi kesulitan belajar; g mencari dan memanfaatkan
sumber referensi yang relevan; g memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah; h mengevaluasi kebenaran proses dan hasil belajar; i mengkreasikan pengetahuan yang dimiliki
dengan beragam pemecahan masalah.
Pembelajaran yang membentuk s
elf-development
dan mengenalkan konsep matematika dapat disajikan melalui masalah kehidupan sehari-hari salah satunya dengan strategi
knowledge sharing
.
Knowledge sharing
menjadi pilihan dalam pembelajaran matematika karena didasarkan pada hasil diskusi. Matematika yang bersifat abstrak, suka dipahami apabila di pelajari secara individu, untuk
itu di perlukan proses diskusi dalam mempelajarinya. Berbagi keterampilan dan pengalaman dalam hal teknik-teknik dalam penyelesaian masalah matematika menjadi hal penting dalam aktifitas
belajar peserta didik, berbagi pemahaman tentang simbol-simbol yang digunakan dan aturan-aturan dalil, teorema dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.
Knowledge sharing
merupakan siasat yang digunakan guru untuk mempromosikan praktek berbasis bukti dan pengambilan
keputusan, serta untuk memicu pertukaran ide atau gagasan dari peserta didik diluar dugaan guru. Sehingga, dapat melatih berkembangnya pola pikir atau penalaran peserta didik.
Tujuan pembelajaran matematika menggunakan
strategi
knowledge sharing
dalam setiap kegiatan untuk berbagi pengetahuan dan keahlian di antara siswa agar dapat menyebarluaskan pemahaman
saat pembuktian matematis dan pengambilan keputusan berupa kesimpulan. Situasi saat berbagi pengetahuan tidak mungkin menjadi tujuan secara eksplisit, namun pengetahuan dan keahlian tetap
dapat diinformasikan dan dibagi kepada yang memerlukan. Strategi
Knowledge sharing
sering digambarkan sebagai kegiatan pembelajaran dalam bentuk mendiskusikan permasalahan tertentu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara kelompok,
namun setiap peserta didik dapat menjadi subjek penyelidikan dan sumber informasi yang terpercaya berdasarkan referensi. Keragaman sumber belajar dan intelektual yang dimiliki peserta
didik juga menjadi tantangan bagi guru dalam memilah-milah informasi yang sukar dipahami. Meier 2002:99 menambahkan bahwa intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana
yang digunakan seseorang untuk berpikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Belajar secara intelektual merupakan bagian mencipta, memecahkan masalah dan
membangun makna. Menurut Nutchey 2011 yang secara eksplisit dengan
Knowledge sharing
mampu menggambarkan masyarakat belajar dan pemahaman istimewa masing-masing dari peserta didik. Agar
knowledge sharing
berjalan dengan baik, perlu investasi dan sumber daya yang mencukupi berupa pemahaman, keterampilan dan pengalaman dari tiap-tiap peserta didik. Guru sebagai fasilitator
harus memiliki kepekaan dalam membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam berbagi pengetahuan. Menurut Binz-Scharf 2003:15 hal penting yang perlu diperhatikan dalam
knowledge sharing,
sebagai berikut: a
Model
knowledge sharing
. Pengetahuan dapat ditiru, disalin, atau ditransfer melalui komunikasi Zander Kogut, 1995, masing-masing kasus menghasilkan hasil yang berbeda
sesuai dengan peran yang terlibat baik individu, maupun kelompok;
302
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
b Faktor yang berpengaruh
knowledge sharing
. Pengalaman, kepercayaan, motivasi, dan kesulitan transfer pengetahuan secara signifikan mempengaruhi apakah dan seberapa efektif
pengetahuan dapat dibagi; c
Budaya konteks. latar belakang budaya berdampak setiap fungsi individu maupun kelompok dalam berbagi pengetahuan, yang dapat dengan sendirinya mewakili subkelompok budaya;
d Penggunaan teknologi informasi. menerapkan teknologi informasi, penggunaannya oleh
anggota kelompok mempengaruhi cara pengetahuan dibagi, oleh karena itu perlu dimasukkan dalam diskusi;
e Koordinasi mekanisme pengetahuan.
Knowledge sharing
adalah berbeda dalam hirarki, rutinitas, jaringan, dan kelompok, mekanisme yang berdampingan.
Menurut Burch 2007:26 prinsip dalam
knowledge sharing
sebagai berikut: a semakin banyak pengetahuan yang dibagi, semakin bertambah pengetahuan baru; b pengetahuan tidak dapat
ditransfer, hanya dapat berbagi; c setiap orang dalam kelompok memiliki pengetahuan yang berharga; d keragaman pengalaman dan pendapat harus dihormati agar proses berbagi terlaksana
dengan baik; e karena setiap peserta memiliki pengetahuan mengenai topik yang didiskusikan, kontribusi setiap orang sama-sama berharga; f dalam kelompok diskusi, berkaitan dengan topik
tertentu, tidak ada yang merasa lebih baik semua anggota ahli; g mengakui bahwa kontribusi orang lain dapat mengubah dan meningkatkan pengetahuan baik secara individu maupun kolektif;
h mengakui bahwa waktu adalah langka sehingga sangat penting untuk menghormati waktu yang diberikan masing-masing untuk berbicara membuat jelas bahwa waktu tambahan yang diambil oleh
satu orang untuk berbicara partisipasi batas lain dan menghambat interaksi proses. Szulanski 2003:75 mengidentifikasi tiga hambatan yang paling penting untuk
knowledge sharing:
1 keterlambatan dari hubungan antara pengirim dan penerima; 2 kurangnya penerima kapasitas serap atau kemampuan untuk mengadopsi pengetahuan dan menerapkannya; dan 3 ambiguitas
kausal atau kurangnya penerima memahami signifikansi. Dengan demikian, strategi
knowledge sharing
merupakan siasat atau kiat yang direncanakan guru untuk pembelajaran agar proses pertukaran pengetahuan dan informasi yang meliputi keterampilan, pengalaman dan pemahaman
antar anggota kelompok dan kelompok-kelompok yang berbeda. Mengajar dengan strategi
knowlegde sharing
memberi peluang bagi guru untuk menghubungkan atau menjembatani kerangka pikir eksternal ke dalam proses pembelajaran. Proses berbagi
pengetahuan bagi, siswa melakukan kerja keras untuk mendapatkan pengetahuan baru secara mandiri didukung oleh informasi dan sumber belajar yang tepat. Pengetahuan baru dari sumber
belajar yang terpercaya, siswa menjadi lebih percaya diri dan pembelajaran lebih bermakna saat siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki mengendap dalam
pikirannya. Bimbingan dengan strategi
knowlegde sharing
secara tidak langsung dilakukan guru melalui
scaffolding
, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan ataupun dengan bertanya pada siswa baik dalam satu kelompok maupun dengan kelompok lain dengan
mengamati dan memberikan pertanyaan pancingan kepada setiap kelompok. Pertanyaan- pertanyaan dapat berupa pertanyaan yang menggiring siswa pada penyelesaian masalah, pertanyaan
yang memacu siswa untuk berpikir, dan pertanyaan yang dapat menghubungkan pengetahuan siswa sebelumnya untuk dapat menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan. Selanjutnya, ada
beberapa teknik yang diarahkan guru ketika peserta didik memberikan alasan jawaban atas pertanyaan peserta didik lainnya, yaitu: a menjelaskan secara lengkap alasan jawaban dari
masalah yang diberikan; b menginformasikan sumber belajar yang digunakan sebagai penguatan; c menjelaskan strategi yang digunakan; d memprediksi kemungkinan yang dapat terjadi; e
mengidentifikasi pertanyaan yang tidak sesuai f mengembangkan pertanyaan untuk menciptakan masalah yang relevan.
Kegiatan pembelajaran menggunakan strategi
knowlegde sharing
akan memicu guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran yang tepat. Setiap langkah dalam pembelajaran yang