Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
283 � = 0,05, maka H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara faktor
tersebut terhadap peningkatan kemampuan berpikir logis. Artinya, faktor pembelajaran dan kategori kemampuan awal matematis tidak secara bersama memberikan pengaruh terhadap
peningkatan kemampuan berpikir logis siswa. Kurva interaksi peningkatan kemampuan berpikir logis berdasarkan faktor pembelajaran dan
kategori kemampuan awal matematis dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Berdasarkan FaktorPembelajaran dan Kategori
Kemampuan Awal Matematis
Dari Gambar 1.3 dilihat bahwa rerata peningkatan kemampuan berpikir logis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. untuk menguji peningkatan kemampuan berpikir logis siswa
kelas eksperimen lebih baik secara signifikan daripada kelas kontrol berdasarkan masing-masing kategori kemampuan awal matematis dilakukan uji perbedaan dua rerata. Hasil perhitungan uji
normalitas distribusi data dengan uji
Shapiro-Wilk
sebagai berikut:
Tabel 1.7 Uji Normalitas Data Peningkatan Kemampuan Berpikir Logis
Berdasarkan Kategori Kemampuan Awal Matematis Kelas
Kategori Kemampuan Awal Matematis Tinggi
Sedang Rendah
Stat Sig
Kesimpulan Stat
Sig Kesimpulan
Stat Sig
Kesimpulan Kontrol
0,89 0,24
H diterima
0,96 0,79
H diterima
0,91 0,32
H diterima
Eksperimen 0,93 0,52
H diterima
0,93 0,38
H diterima
0,26 0,13
H diterima
H : data peningkatan kemampuan berpikir logis berdistribusi normal
H
1
: data peningkatan kemampuan berpikir logis tidak berdistribusi normal Uji normalitas distribusi data peningkatan kemampuan berpikir logis kelas kontrol dan eksperimen
kategori kemampuan awal matematis tinggi dan sedang, nilai signifikannya lebih besar dari taraf signifikansi
� = 0,05, maka H0 diterima. Artinya, untuk data kemampuan awal matematis kategori rendah, sedang dan tinggi berdistribusi normal, akibatnya uji perbedaan dua rerata
menggunakan Uji-t. Pada kemampuan awal matematis kategori tinggi, sedang, dan rendah nilai signifikansinya lebih
kecil dari
� = 0,05, berarti H0 ditolak. Artinya, untuk kemampuan awal matematis kategori tinggi, sedang, dan rendah terhadap peningkatan kemampuan berpikir logis kelas eksperimen berbeda
signifikan dengan kelas konvensional. Secara umum dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kemampuan awal matematis siswa kategori tinggi, sedang dan rendah, peningkatan kemampuan
284
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
berpikir logis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika
student facilitator and explaining
lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara kovensional. 5.
Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
a. Peningkatan kemampuan berpikir logis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan
menggunakan
student facilitator and explaining
lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Peningkatan yang terjadi ada pada kategori rendah, sedang, dan
tinggi. b.
Tidak terdapat interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan kategori kemampuan awal matematis terhadap peningkatan kemampuan berpikir logis matematis.
Artinya, pendekatan pembelajaran dan kategori kemampuan awal matematis tidak secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir logis.
5.2. Saran
a. Model pembelajaran
student facilitator and explaining
hendaknya menjadi alternatif dari metode pembelajaran bagi guru SMA khususnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir
logis. b.
Pada penelitian ini hanya dikaji kemampuan berpikir logis saja, untuk itu diharapkan pada penelitian lainnya untuk mengkaji pembelajaran matematika dengan pendekatan
student facilitator and explaining
dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Awaludin. 2007.
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Penalaran Matematika pada siswa dengan kemampuan Matematis Rendah Melalui Pembelajaran Open Ended dalam
Kelompok Kecil dengan Pemberian Tugas Tambahan
.Tesis. UPI: Tidak diterbitkan. Buchori, M. 2000
Pendidikan Antisipatoris
. Yogyakarta: Kanisius. Herman, T. 2007.
Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Menengah Pertama
SMP.
Proposal Penelitian. Bandung: Tidak diterbitkan. Mukhayat. 2004.
Mengembangkan Metode Belajar yang Baik pada Anak.
FPMIPA.UGM. Yogyakarta.
Mu llis, I.V.S., Martin, M.O., Gonzales, E.J., Gregory, KD., Garden, R. A., O‘Connors, KM.,
Krostowski, S.J., dan Smith, T.A. 2003. TIMSS:
Trends in Mathematics anf Science Study: Assessment Speciafication 2002.
Boston: The International Study Center. Poedjadi, A. 1999.
Pengantar Filsafat Bagi Pendidik
. Bandung: Yayasan Cendrawasih. Poedjawijatna. 1992.
Logika Filsafat Berpikir
. Jakarta; PT Rineka Cipta. Ruseffendi, E.T. 2005.
Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
Bandung: Tarsito Suprijono, A. 2009.
Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM
. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trends in International Mathematics and Science Study 2011.
Mathematics and Science Achievement of U.S Fourth and eight-grade Student in An International Context
. Boston: TIMSS PIRLS Interntional study Center.
Trianto. 2007.
Model-Model PembelajaranInovatif
. Jakarta: Indonesia. Turmudi. 2008.
Landasan Filsafat dan teori pembelajaran Matematika
Berparadigma Eksploratif dan Investigatif. Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.
_______. 2009.
Taktik dan strategi Pembelajaran Matematika
Referensi untuk Guru SMK, Mahasiswa, dan Umum. Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.
Wahyudin 1999.
Kemampuan Guru matematika, Calon Guru Matematika dan siswa dalam Mata Pelajaran Matematika
. Disertasi pada SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
285
MODEL PEMBELAJARAN SAVI YANG BERORIENTASI PADA PAKEM
Mega Nur Prabawati
Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Siliwangi megarafaadzanigmail.com
ABSTRAK
Pada umumnya hasil pembelajaran matematika di Indonesia, termasuk pembelajaran trigonometri di SMA masih jauh dari memuaskan, bahkan kadang-kadang boleh dikatakan
masih mengecewakan. Meskipun sudah banyak dilakukan penataran-penataran guru dalam rangka
inservice training
untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika di SMA yang pada gilirannya diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam matematika, pada
kenyataannya belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Sehingga harus diterima sebagai kenyataan bahwa pengelolaan pembelajaran di lapangan masih banyak dijumpai berbagai
kesulitan dan kendala, baik dari segi pengelolaan pembelajaran dari guru maupun dari sisi pemahaman siswa.Untuk menjawab tantangan di atas dan mencermati perkembangan
pembelajaran matematika di dunia dewasa ini, maka dikembangkanlah strategi pembelajaran matematika menggunakan model SAVI yang mengacu kepada pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan PAKEM.
Kata Kunci: SAVI, PAKEM
1. Pendahuluan
Pada umumnya hasilpembelajaran matematika di Indonesia, termasuk pembelajaran trigonometri di SMA masih jauh dari memuaskan, bahkan kadang-kadang boleh dikatakan masih
mengecewakan.Hal ini dapat dilihat dari hasil Nilai Ujian Nasional UN dari tahun ke tahun, untuk matematika, yang di dalamnya termasuk trigonometri, termasuk dalam kategori ―rendah‖. Meskipun
sudah banyak dilakukan penataran-penataran guru dalam rangka
inservice training
untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika di SMA yang pada gilirannya diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi siswa dalam matematika, pada kenyataannya belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Sehingga harus diterima sebagai kenyataan bahwa pengelolaan pembelajaran di
lapangan masih banyak dijumpai berbagai kesulitan dan kendala, baik dari segi pengelolaan pembelajaran dari guru maupun dari sisi pemahaman siswa.
Paradigma baru pendidikan, menurut Zamroni dalam Sutarto Hadi,2000, seharusnya memiliki ciri- ciri sebagai berikut:
a.
Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran
learning
dari pada pengajaran
teaching
b. Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel.
c. Pendidikan memperlakukan peserta didik sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus
dan mandiri, dan d.
Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senan-tiasa berinteraksi dengan lingkungan.
Untuk menjawab tantangan di atas dan mencermatiperkembangan pembelajaran matematika di dunia dewasa ini, maka dikembangkanlah strategi pembelajaran matematika menggunakan model
SAVI yang mengacu kepada pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan PAKEM.
286
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
2.
Pembahasan 2.1.
Model Pembelajaran Savi yang Berorintasi pada Pakem
Pembelajaran matematika yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan PAKEMpada hakikatnya adalah suatu strategi pembelajaran terpadu, yang menggunakan strategi, metoda, pendekatan dan
teknik pengajaran terpadu sedemikian rupa baik prosedur maupun tujuan pembelajarannya dapat terlaksana dan tercapai dengan baik. Menyimak pemaparan Fadjar Shadik 1999,masalah
trend
dan berbagai
issue
tentang pembelajaran matematika dewasa ini, dapat dikatakan bahwa pembelajaran PAKEM dikembangkan, atas dasar tuntutan karena perubahan paradigma pembelajaran matematika.
Di bawah ini diutarakan secara sekilas strategi PAKEM yang dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, sehingga dicapainya baik standar kompetensi maupun kompetensi-
kompetensi dasar yang dikembangkan dari padanya. 2.2.
Pembelajaran Aktif dalam Matematika.
Menurut Taslimutoharom 2006 proses belajar dapat dikatakan
a ctive lea rning
apabila mengandung :
a. Komitmen Keterlekatan pada tugas,
Berarti, materi, metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa
meaningful
, sesuai dengan kebutuhan siswa
relevant
dan bersifat pribadi
personal
. b.
Tanggung jawab
Responsibility
, Merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang pada siswa untuk krtitis, guru lebih
banyak mendengar daripada bicara, menghormat ide-ide siswa, memberi pilihan dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.
c.
Motivasi, Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, dengan lebih mengembangkan motivasi intrinsik siswa
agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasarkan, minat dan inisiatif sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain.
Motivasi belajar siswa akan meningkat karena ditunjang oleh pendekatan belajar yang dilakukan guru lebih dipusatkan kepada siswa
Student centred approach
, guru tidak hanya menyuapi atau menuangkan dalam ember, tetapi menghidupkan api yang menerangi sekelilingnya, dan bersikap
positif kepada siswa.
Active lea rning
bisa dibangun oleh seorang guru yang gembira,tekun dan setia pada tugasnya, bertanggung jawab, motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide
barudan saran dari siswa atau orang tuanyamasyarakat, tiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif, selalu membimbing, seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa
secara individual, dan mengikuti perkembangan pengetahuan. Keaktifan dalam pembelajaran adalah lebih banyak berupa
keaktifan mental
meskipun dalam beberapa hal ada juga yang diwujudkan dengan
keaktifan fisik
.Sejalan dengan faham konstruktivisme, diyakini bahwa mengajar tidak dapat disamakan dengan menuangkan air kedalam
botol, atau menuliskan suatu informasi pada selembar kertas. Konstruktivisme berlandaskan pada dua hipotesis yaitu:
1 Pengetahuan dibangun dikonstruksi secara aktif oleh dan dalam diri subyek belajar, bukan
secara pasif diterima dari lingkungan belajar. 2
Peranjakan dalam memahami sesuatu pengetahuan merupakan proses adaptif, yang mengorganisasikan pengalaman si pebelajar dalam interaksi dengan lingkungannya. Vigotsky
dalam Suparno, 1997 Dalam faham konstruktivisme diyakini bahwa pengetahuan
knowledge
tentang sesuatu merupakan konstruksi bentukan oleh subyek yang akan, sedang dalam proses memahami sesuatu itu.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
287 Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada, pengetahuan selalu merupakan
akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.Paul Suparno, 1997.Pengetahuan bukanlah tentang dunia yang lepas dari pengalaman tetapi merupakan ciptaan
manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya. Proses pembuktian ini berjalan terus menerus setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang
baru Peaget, 1991. Pengetahuan selalu merupakan konstruksi dari seseorang yang mengetahui, maka tidak dapat ditransfer kepada penerima yang pasif.Penerima sendiri harus mengkonstruksikan
sendiri pengetahuan itu. Semua yang lain entah obyek maupun lingkungan, hanyalah sarana untuk terjadinya konstruksi tersebut Paul Suparno, 1997. Berangkat dari pandangan ini maka seorang
siswa akan dapat memahami matematika termasuk di dalamnya Trigonometri SMA hanya apabila siswa secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan yang ada pada dirinya lewat pengalamannya
dengan lingkungan lewat pengalaman belajar mereka. 2.3.
Pembelajaran Matematika yang Kreatif
Pembelajaran kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan, mengimajinasikan, melakukan inovasi, dan melakukan hal-hal yang kartistik lainnya.Dikarakterkan dengan adanya keaslian dan
hal yang baru. Dibentuk melalui suatu proses yang baru. Memiliki kemampuan untuk menciptakan.Dirancang untuk mesimulasikan imajinasi.Kreatifitas adalah sebagai kemampuan
berdasarkan data dan informasi yang tersedia untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi
kuantitas, ketergantungan dan keragaman jawaban dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
Apabila pembelajaran aktif penekanannya adalah bagaimana siswa secara aktif mengkonstruksi pemahamannya tentang sesuatu yang dipelajarinya, maka pembelajaran kreatif penekanannya
bagaimana guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran matematika ini mampu memfasilitasi proses belajar mengajar sehingga memberi suasana yang kondusif untuk siswa belajar. Dengan bermodal
pada pengalaman dan pengetahuannya serta mau terus belajar dan mengamati danberkreasi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, sehingga tercapailah tujuan pembelajaran dengan baik.
James E. Stice seorang profesor dari North Carolina University mengajukan saran bagaimana seorang guru kreatif menciptakan suasana belajar agar efektif. Berikut saran-sarannya:
Fahamilah apa yang sedang anda bicarakan
Untuk ini guru tidak boleh lagi berfalsafah boleh menang semalam dari muridnya, berbagai survey yang masih diikuti survey berikutnya, akhirnya sampai pada suatu kesimpulan dari hasil penilaian
siswa kepada gurunya sebagai umpan balik, menunjukkan bahwa siswa tidak dengan mudah menerima materi pengajaran yang tidak disiapkan oleh gurunya sendiri. Hal ini menuntut guru
secara kreatif mempersiapkan materi pembelajaran, tidak sekedar mencomot darisana sini dan belum dikemas dan dimodifikasikan sesuai dengan kondisi lapangan. Sebagai contoh meskipun di pasaran
banyak terjual berbagai buku-buku teks pembelajaran matematika yang berdasar promosinya membantu gurutinggal dilaksanakan di kelas begitu saja, namun jika tidak dilakukan modifikasi oleh
guru yang bersangkutan hasilnya tidak optimal. Ajarilah dan kedepankan dengan contoh
Guru harus menunjukkan bahwa keberhasilan seseorang menjadi mantap secara intelektual, menjadi lebih profesional adalah karena pengetahuan dari hasil belajarnya. Dapat dicontohkan di sini bahwa
orang-orang yang berhasil baik dalam bidang ekonomi dan industri maupun dalam dunia politik adalah karena hasil belajar mereka, mereka selalu belajar dan belajar untuk lebih baik lagi.
Hargailah siswa anda
Salah satu bagian dari menghargai siswa adalah membuatnya berani mengajukan suatu pertanyaan dan berani mengetengahkan pendapatnya.Bahwa salah satu keberhasilan guru matematika dalam