Memahami Konsep Kejujuran dengan Konsep Perkalian

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 69 pembelajaran akan efektif, jika peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya dengan berpikir kritis tentang topik yang dipelajarinya. Peserta didik tidak hanya sebagai penerima informasi yang pasif, sehingga belajar akan menjadi lebih bermakna. Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematik adalah melalui pembelajaran yang menekankan pada pemahaman dan penguasaan konsep dengan melatih peserta didik belajar aktif menguji hipotesis, yaitu pembelajaran pencapaian konsep concept attainment . Hal ini disebabkan, pembelajaran pencapaian konsep lebih memfokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta didik, terutama dalam merumuskan dan menguji hipotesis. Selain itu, pembelajaran pencapaian konsep dirancang untuk memahami mempelajari suatu konsep secara tepat dan efisien Joyce, Weil, Calhoun, 2009.

2. Berpikir Kritis Matematik

Berpikir merupakan kegiatan memanipulasi dan mentransformasi informasi dalam memori. Kegiatan berpikir memiliki tujuan untuk membentuk konsep, menalar, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah Santrock, 2009. Kegiatan berpikir seperti ini merupakan kegiatan yang dilakukan dalam matematika atau dikenal dengan berpikir matematik. Menurut Sumarmo 2006, berpikir matematik mathematical thinking berarti kegiatan dalam otak yang tidak dapat diamati prosesnya, tetapi dapat dianalisis hasil kegiatannya. Salah satu tujuan kegiatan berpikir adalah berpikir kritis. Ennis 1996 berpendapat, berpikir kritis adalah berpikir logis dan reflektif yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional dan diyakini kebenarannya. Berpikir logis berarti memiliki keyakinan yang didukung oleh bukti yang cukup dan relevan. Sedangkan reflektif berarti mempertimbangkan dengan matang segala keputusan yang diambil. Hal ini berarti, berpikir kritis menuntut penggunaan berbagai strategi untuk mengambil keputusan sebagai dasar suatu tindakan. Sejalan dengan pendapat ini, Santrok 2009 menyatakan bahwa berpikir kritis meliputi berpikir secara reflektif dan produktif, serta mengevaluasi bukti. Sedangkan Eggen Kauchak 2012 mendefinisikan berpikir kritis sebagai kemampuan membuat dan menilai suatu kesimpulan yang berdasarkan bukti. Terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis dan dikenal dengan singkatan FRISCO Ennis, 1996 yang diuraikan sebagai berikut: 1 Focus fokus . Fokus terhadap permasalahan yang ada sebelum mengambil keputusan yang meyakinkan. 2 Reason alasan. Memberikan alasan yang rasional terhadap suatu putusan yang diambil. 3 Inference kesimpulan. Membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang meyakinkan dengan cara mengidentifikasi asumsi dan mencari alternatif pemecahan, serta mempertimbangkan situasi dan bukti. 4 Situation situasi. Memahami situasi atau keadaan dengan memperjelas permasalahan dan mencari kunci permasalahan tersebut. 5 Clarity kejelasan. Menjelaskan arti dari istilah-istilah yang digunakan. 6 Overview memeriksa kembali. Melakukan pemeriksaan kembali secara menyeluruh keputusan yang sudah diambil. Ennis dalam Costa 1985 mengidentifikasi dua belas indikator berpikir kritis yang dibagi dalam lima kelompok kegiatan, yaitu: 1 memberi penjelasan sederhana elementary clarification . Indikatornya: memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan; 2 membangun keterampilan dasar basic support . Indikatornya: mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi; 3 menyimpulkan inference . Indikatornya: mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, membuat dan menentukan hasil pertimbangan; 4 membuat penjelasan lebih lanjut anvanced clarification . Indikatornya: mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mengidentifikasi asumsi-asumsi; dan 5 menerapkan strategi dan taktik strategies and tactics . Indikatornya: menentukan suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain. 70 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikap sebagai berikut: 1 keinginan untuk mencari informasi dan bukti; 2 bersikap terbuka; 3 menghargai pendapat orang lain; 4 toleransi terhadap perbedaan Eggen Kauchak, 2012.

3. Pembelajaran Pencapaian Konsep

Pembelajaran pencapaian konsep concept Attainment dibangun berdasarkan studi berpikir yang dilakukan oleh Bruner, Goodnow, dan Austin pada tahun 1967, serta diadaptasikan oleh Lighthall dan Joyce. Model pembelajaran ini dirancang bukan hanya untuk mengembangkan berfikir induktif, tetapi juga untuk menganalisis dan mengajarkan konsep serta membantu peserta didik lebih efektif mempelajari konsep. Selain itu, pembelajaran pencapaian konsep ini sangat efisien dalam menyajikan informasi pada setiap tingkat perkembangan peserta didik Joyce, Weil, Calhoun, 2009. Proses pembelajaran pencapaian konsep menurut Joyce, Weil, dan Calhoun 2009 terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1 Menyajikan data dan identifikasi konsep, 2 Menguji pencapaian konsep, dan 3 Analisis strategi berpikir. Tahap-tahap pembelajaran ini dikemas dalam bentuk sintaks yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Pencapaian Konsep Tahapan Kegiatan Guru Siswa Pertama Menyajikan Data dan identifikasi Konsep • Memberikan contoh dan bukan contoh • Meminta peserta didik membuat hipotesis • Meminta peserta didik untuk mendefinisikan • Membandingkan ciri-ciri pada contoh dan bukan contoh • Mengajukan hipotesis • Menyatakan definisi konsep sesuai ciri-ciri esensial Kedua Menguji Pencapaian Konsep • Menyajikan Contoh tambahan tanpa label • Meminta contoh lain • Mengkonfirmasi hipotesis, merevisi definisi konsep atau ciri-ciri sebagaimana mestinya. • Identifikasi contoh tambahan • membuat contoh lain • modifikasi hipotesis • merevisi definisi konsep atau ciri-ciri sebagaimana mestinya Ketiga Analisis Strategi Berpikir • Membimbing dan mengevaluasi strategi berpikir peserta didik • Memberikan beberapa masalah • Diskusi menguraikan pemikirannya hipotesis • Menyelesaikan masalah Tahap pertama, peserta didik diberikan contoh dan bukan contoh. Tujuannya untuk memperkenalkan kepada peserta didik tentang konsep dari suatu objek berdasarkan ciri esensial yang dimiliki oleh objek tersebut, sedangkan bukan contoh diberikan agar peserta didik dapat menemukan ciri esensial yang lebih spesifik dari objek. Peserta didik mengembangkan suatu hipotesis tentang hakekat konsep dengan membandingkan dan menjastifikasi ciri-ciri dari perbedaan yang ada pada contoh. Selanjutnya peserta didik menyatakan definisi konsep sesuai dengan ciri-ciri esensial dari objek.