Ucapan Terima Kasih Bambang Aryan Soekisno

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 109

2. Kajian Pustaka

2.1. Metode Kumon

Metode Kumon adalah metode belajar perseorangan. Level awal untuk setiap siswa Kumon ditentukan secara perseorangan Johky, 2006. Siswa mulai dari level yang dapat dikerjakannya sendiri dengan mudah, tanpa kesalahan. Lembar kerjanya telah didesain sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soalnya. Jika siswa terus belajar dengan kemampuannya sendiri, ia akan mengejar bahan pelajaran yang setara dengan tingkatan kelasnya dan bahkan maju melampauinya. Kumon 2006 : Dengan menggali potensi yang ada pada setiap individu, dan mengembangkan kemampuan tersebut secara maksimal, kami berusaha agar dapat membentuk manusia yang sehat dan berbakat yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masyarakat. Keistimewaan Kumon diantaranya: memulai dari level yang tepat, maju dengan kemampuan sendiri, mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan kemampuan belajar mandiri, maju melampaui tingkatan kelas, bimbingan perseorangan dengan Belajar pada tingkatan yang tepat, dan menggali potensi lebih maksimal Ambarwati, 2004. Selanjutnya kekurangan Kumon diantaranya: kedisiplinan kadang membuat anak-anak menjadi tidak kreatif. Padahal matematika adalah petualangan yang kreatif, banyak memakan waktu, dan siswa jadi cepat bosan karena dijejali dgn PR. Alur belajar dengan metode kumon adalah pertama menentukan level awal yaitu pertama-tama siswa akan mengerjakan tes penempatan. Guru kemudian akan menganalisa hasil tesnya dengan cermat dan menentukan level awal siswa. Ambarwati 2004 menuliskan bahwa metode kumon terdiri dari rangkaian lembar kerja yang terdiri dari beberapa level, dan siswa maju ke level berikutnya dengan kemampuannya sendiri. Menentukan level awal yang tepat adalah kunci untuk belajar mandiri sejak dari awal belajar di Kumon. Kedua siswa mempelajari lembar kerja secara mandiri yaitu Siswa didorong untuk mempelajari lembar kerjanya secara mandiri, tanpa harus diajari secara khusus. Lembar kerja Kumon didesain sedemikian rupa sehingga siswa dapat menyelesaikan soal-soal dengan kemampuannya sendiri. Ketiga memastikan tingkatan belajar yang tepat yaitu sebelum hari belajar di kelas dimulai, Guru menyiapkan lembar kerja yang tepat untuk setiap siswa. Di kelas, Guru mengamati siswa dengan cermat, untuk memastikan setiap siswa belajar pada tingkatan yang tepat untuknya. Pada level keempat guru mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan memperdalam pemahaman siswa yaitu setelah menyelesaikan soal-soal pada lembar kerja dan memahami materi ajar, siswa menyerahkan lembar kerja yang telah dikerjakan kepada Guru. Lembar kerja kemudian dinilai dan dikembalikan kepada siswa. Jika ada kesalahan, siswa membetulkannya sendiri tentunya dengan bimbingan dari Guru secara langsung. Dengan menyelesaikan lembar kerjanya secara mandiri, siswa akan memperdalam pemahaman materinya dan mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Kelima setiap siswa diberikan pekerjaan rumah dengan tingkatan yang tepat. Setelah siswa menyelesaikan pelajarannya di kelas, guru memberikan lembar kerja yang tepat untuk dikerjakan di rumah, yang membuat dukungan orang tua di rumah menjadi sangat penting. Pekerjaan rumah yang telah dikerjakan kemudian dikumpulkan kepada Guru pada awal pertemuan berikutnya ketika siswa datang ke kelas. Pekerjaan rumah yang telah dikumpulkan kemudian dinilai oleh Guru dan jika perlu, siswa memperbaiki lembar kerjanya dengan mandiri sampai semua jawabannya benar. 2.2. Metode Kuantum Metode Kuantum adalah penggubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Metode Kuantum menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar DePorter, 2000. Metode Kuantum berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka belajar. 110 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Metode Kuantum menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar guru lewat pemaduan seni dan pencapaian-pencapaian yang terarah, apa pun mata pelajaran yang diajarkan. Dengan mengguakan metode Quantum Teaching, guru akan menggabungkan keistimewaan belajar menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi siswa. DePorter 1999 menyebutkan bahwa ―Manusia pada dasarnya memiliki kemampuan luar biasa untuk melampaui kemampuan yang ia perkirakan. Ini karena manusia memiliki potensi yang belum tergali, apalagi terasah. Untuk menggali potensi itu, lingkungan mesti mendukung agar proses belajar berlangsung mudah, menarik, dan menyenangkan.Rasa aman dan saling percaya di antara murid dan guru merupakan hal esensial bagi proses belajar.‖ DePorter 2000 Kelebihan model kuantum yaitu adanya unsur demokrasi dalam pengajaran, memungkinkan tergali dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri siswa, adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan, alami sehingga mudah dimengerti, meningkatkan kepecayaan diri siswa, dan jadikan anak lebih kreatif. Namun demikian model kuantum juga ada kekurangannya yaitu terlalu memanjakan siswa, banyak memakan waktu dan cenderung mudah melenceng ke tujuan pembelajaran sebenarnya. Adapun alur belajar model kuantum yaitu menumbuhkan minat belajar siswa dengan menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dipelajari, alami yaitu mengkaitkan materi dengan pengalaman umum yang dapat dimengerti siswa, menamai yaitu mengajak siswa menyediakan kata kunci dari konsep, model, rumus atau strategi yang merupakansebuah masukan bagi siswa, demonstrasikan yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan ide mereka, ulangi yaitu melakukan refleksi, dan reward yaitu member penghargaan terhadap siswa yang berani berpartisipasi aktif selama pembelajaran DePorter, 1999. 2.3. Hasil Belajar Belajar bukan merupakan kegiatan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu Sudjana, 1989. Hasil belajar dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari- hari ketika belajar. Hasil belajar diukur dengan berbagai cara misalnya, proses bekerja, hasil karya, penampilan, rekaman, dan tes Depdiknas: 2002. Proses belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian hasil belajar dapat dilihat dari hasil yang dicapai siswa, baik hasil belajar nilai, peningkatan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah perubahan tingkah laku atau kedewasaannya. Horward Kysley Sudjana, 1989 membagi hasil belajar diantaranya: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan cita-cita. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Namun Sudjana, 1989 menyebutkan bahwa ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

3. Metode Penelitian

3.1. Metode Kumon

Studi ini dirancang dalam bentuk eksperimen dengan disain kelompok kontrol pretes dan postes yang bertujuan menelaah hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kumon