Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematik

340 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi menjadi bingung dan kesulitan dalam menjelaskan. Selain itu, masih seringnya ditemukan kesalahan siswa dalam menyatakan notasi matematika, symbol dan istilah. Seperti yang pernah penulis alami ketika mengajarkan materi program linear, siswa mengalami kesulitan dalam menyatakan suatu situasi kehidupan sehari-hari ke dalam bentuk model matematika dan siswa tidak memahami serta tidak dapat menjelaskan kembali apa maksud dari bentuk model matematika. Sering kali siswa mengalami kesulitan dalam menentukan daerah penyelesaian dari sebuah sistem pertidaksamaan dan terkadang salah dalam menyatakan fungsi tujuan dari sebuah situasi matematika. Dalam hal ini penulis menyadari bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa masih kurang. Terdapat beberapa indikator kemampuan komunikasi matematik yang diungkapkan oleh Sumarmo 2013:5 yang harus dicapai oleh siswa diantaranya adalah siswa dapat menyatakan suatu situasi dalam kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa, simbol, idea atau model matematika, siswa dapat menjelaskan idea, situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dan siswa dapat mengungkapkan kembali suatu uraian matematika dalam bahasa sendiri. Indikator-indikator kemampuan komunikasi matematik tersebut harus dicapai siswa dalam menyelesaikan masalah- masalah pada materi program linear sehingga siswa dapat memahami penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain dari kurangnya kemampuan komunikasi matematik siswa, pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas juga mempengaruhi ketercapaian indikator-indikator komunikasi matematik. Memperhatikan karakteristik matematika yang rasional, yaitu memuat cara pembuktian yang valid, rumus-rumus atau aturan yang umum atau sifat penalalaran matematika yang sistematik memerlukan pendekatan pembelajaran yang objektif dan deduktif. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong menjadi proses pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal bagi pengembangan seluruh potensi anak. Pendekatan pembelajaran yang digunakan haruslah yang berpusat pada siswa. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran, akan terciptanya siswa belajar aktif. Penggunaan pendekatan yang tepat dapat meningkatkan kemampuan matematik yang diharapkan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah dengan menggunakan pendekatan Problem based learning PBL. Baron Rusmono, 2012:74 mengungkapkan ciri-ciri pendekatan PBL yaitu menggunakan permasalahan dalam dunia nyata, pembelajaran dipusatkan pada penyelesaian masalah, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa, dan guru berperan sebagai fasilitator. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarka n latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan ―Apakah kemampuan komunikasi matematik siswa MA yang pembelajarannya menggunakan pendekatan problem based learning lebih baik dari pada siswa yang pembelajarannya menggunakan cara biasa ?‖ 1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini bertujuan untuk menelaah atau menganalisis kemampuan komunikasi matematik siswa MA yang pembelajarannya menggunakan pendekatan problem based learning dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan cara biasa.

2. Kajian Teoritis dan Pembahasan

2.1. Kemampuan Komunikasi Matematik

Dalam National Council of Teachers of Mathematics NCTM laporan Cockroft menyatakan bahwa: ― We believe that all these perceptions of the usefulness of mathematics arise from the fact that mathematics provides a means of communication which is powerful, concise, and Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 341 unambiguous ‖. Pernyataan ini menunjukkan perlunya para peserta didik belajar matematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Disamping itu NCTM menyatakan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika, bahwa program pembelajaran matematika sekolah harus memberi kesempatan kepada siswa, a. Menyusun dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi. b. Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara logis dan jelas kepada teman-temannya, guru, dan orang lain. c. Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi yang dipakai orang lain. d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar. Indikator kemampuan komunikasi matematika yang diungkapkan oleh Sumarmo 2013:5 komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa dalam, a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika; b. Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbul matematika; d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; e. Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis; f. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi; g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Sedangkan indikator komunikasi matematis menurut NCTM menyatakan, a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; b. Kemampuan memahami, mengiterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan pendekatan-pendekatan situasi. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP terdapat beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang didalamnya memberikan nuansa baru dalam pembelajaran matematika. Tidak hanya konsep dan pemecahan saja, penalaran dan komunikasi matematika pun tidak luput dari penilaian matematika. Adapun tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut menyiratkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai yaitu kemampuan pemecahan masalah problem solving , kemampuan berargumentasi reasionning , kemampuan berkomunikasi communication , kemampuan membuat koneksi connection , dan kemampuan representasi representation . Dengan demikian pembelajaran matematika kini telah berpindah dari pandangan mekanistik kepada pemecahan masalah, meningkatkan pemahaman dan kemampuan berkomunikasi secara matematika dengan orang lain. Adapun aspek-aspek untuk mengungkap kemampuan komunikasi matematika siswa menurut Ujang Nugroho, 2010:19 antara lain: a. Kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan. b. Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam pendekatan matematika. c. Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian. Berdasarkan uraian di atas, kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan yang dapat menyertakan dan memuat berbagai kesempatan untuk memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan, mengubah bentuk uraian ke dalam pendekatan matematika, dan mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian yang relevan. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika dilakukan observasi pada saat pembelajaran dan pemberian tes kemampuan komunikasi matematika secara tertulis dengan indikator sebagai berikut: a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematik, 342 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi b. Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar, c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika, d. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari. Contoh soal kemampuan komunikasi matematik: Indikator: Menyatakan suatu situasi kedalam bahasa, simbol, idea atau model matematika. Seorang pedagang buah dengan menggunakan gerobak menjual jeruk dan pepaya. Pedagang tersebut membeli jeruk dan pepaya disebuah grosir dengan harga pembelian jeruk Rp. 15.000,- tiap kilogram, dan pepaya Rp. 5.000,- tiap kilogram. Modal yang dimiliki pedagang adalah Rp. 500.000,- dan muatan gerobak tidak dapat melebihi 400 kg. Penjual buah tersebut menjual kembali jeruk dan pepaya masing-masing dengan harga Rp. 20.000,- tiap kilogram dan Rp. 6.000,- tiap kilogram. Nyatakan situasi yang dialami pedagang buah di atas ke dalam model matematika? 2.2 Problem Based Learning Berdasarkan karakteristik dari permasalahan yang dipilih, pendekatan pembelajaran problem based learning dapat memudahkan siswa dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa di dalam pembelajaran matematika di kelas. Dalam pelaksanaannya, pendekatan PBL tentunya memiliki kelebihan dan kelemahannya menurut Lidinillah 2011 yaitu: a. Kelebihan PBL 1 Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata. 2 Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar. 3 Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubunganna tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi. 4 Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok. 5 Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi. 6 Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. 7 Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. 8 Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching b. Kekurangan PBL 1 PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah. 2 Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. 3 PBL kurang cocok untuk diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok. PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah. 4 PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi. 5 Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik. 6 Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap Barret dalam Lidinillah 2011 menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan PBL sebagai berikut: a. Siswa diberi permasalahan oleh guru atau permasalahan diungkap dari pengalaman siswa,