Metode Penelitian Bambang Aryan Soekisno

124 Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Tabel 4. Hasil Uji – t Data Awal dan Akhir SRL Siswa Kelompok Data N Rata- rata Beda Rata- rata t df Sig . 2-arah H Awal SRL CORE 31 127,29 1,59 0,395 59 0,695 Diterima Awal SRL KONV 30 125,70 Akhir SRL CORE 31 134,19 7,92 2,131 59 0,037 Ditolak Akhir SRL KONV 30 126,27 Hasil perhitungan uji Mann-Whitney untuk N- gain peningkatan siswa disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan Uji Mann-Whitney N- gain Siswa Kelompok Data Rata- rata U Mann Whitney Z sig. 2-arah H N- gain SRL CORE 0,11 289,500 -2,534 0,011 Ditolak N- gain SRL KONV -0,02 Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 4 dan Tabel 5, dapat disimpulkan bahwa SRL siswa di awal pembelajaran tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok pembelajaran. Hal ini memberikan alasan peneliti untuk menguji pencapaian SRL siswa. Di samping itu, jika terjadi perbedaan pencapaian atau peningkatan SRL di akhir pembelajaran antara kedua kelompok pembelajaran, dapat disebabkan oleh perlakuan yang berbeda, bukan karena perbedaan SRL di awal pembelajaran. Hasil lain yang dapat disimpulkan berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5 adalah pencapaian serta peningkatan SRL siswa berbeda secara signifikan antara kedua kelompok pembelajaran. Hasilnya menunjukkan bahwa pencapaian dan peningkatan SRL siswa pada kelompok pembelajaran CORE lebih tinggi dari siswa pada kelompok pembelajaran konvensional. Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran CORE lebih efektif dalam mencapai SRL yang lebih baik bagi siswa, dan lebih efektif dalam meningkatkan SRL siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. 3.2. Pembahasan Pembelajaran CORE Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pembelajaran CORE lebih efektif dalam mencapai SRL yang lebih baik bagi siswa, dan lebih efektif dalam meningkatkan SRL siswa dibandingkan pembelajaran konvensional. Lebih efektifnya pembelajaran CORE tersebut dibandingkan pembelajaran konvensional dapat dijelaskan melalui langkah-langkah pembelajaran CORE sebagai berikut. Kegiatan pada tahap connecting , yang menghubungkan konsep atau prinsip matematika yang lama dengan konsep atau prinsip matematika baru dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar matematika. Demikian juga motivasi dapat berkembang ketika siswa mengetahui tujuan pembelajaran. Hal ini berakibat juga, siswa dapat menetapkan arah yang hendak dicapai. Kegiatan pada tahap ini juga dapat menyebabkan kemampuan merefleksi siswa dapat berkembang, karena melalui pengingatan materi lama siswa dapat mengetahui kesalahan yang terjadi dan langsung dapat memperbaikinya. Kegiatan organizing pembelajaran yang memuat aktivitas merencanakan, melaksanakan, memonitoring, dan mengevaluasi membentuk SRL siswa dalam merancang belajar yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa melakukan berbagai strategi. Kejelasan tahapan dalam organizing pembelajaran menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, sedangkan kegiatan monitoring pembelajaran berdampak terhadap kegiatan siswa dalam memonitor belajarnya. Siswa selalu berupaya secara mandiri memonitor aktivitas belajarnya, agar Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi 125 dapat memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan belajar. Kegiatan organizing pembelajaran juga berkontribusi terhadap SRL dalam aspek kegiatan refleksi dan kemajuan belajar siswa. Kegiatan reflecting dalam pembelajaran membentuk SRL dalam aspek melakukan refleksi belajar. Siswa berupaya mengontrol dirinya dalam belajar melalui kegiatan refleksi yang bertujuan untuk memastikan langkah belajar yang dilakukannya telah sesuai dengan aturan dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan. Kegiatan extending yang memperluas wawasan materi pembelajaran berdampak terhadap SRL dalam melakukan berbagai strategi pengembangan belajar siswa maupun dalam melakukan aktivitas evaluasi internal belajar. Evaluasi tersebut dilakukan siswa, agar kegiatan pengembangan materi maupun wawasan tetap berada dalam konteks pencapaian tujuan belajar. Keterkaitan pembelajaran CORE dengan SRL siswa dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 2. Keterkaitan Pembelajaran CORE dengan SRL Pembelajaran CORE menawarkan sebuah proses pembelajaran yang memberi ruang bagi siswa untuk berpendapat, mencari solusi serta membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk berbuat dan berpikir sehingga diharapkan SRL siswa dapat meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Curwen, et.al . 2010, Wijayanti 2012, dan Azizah 2012. Curwen, et.al , 2010 menemukan bahwa model pembelajaran CORE merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dalam pengembangan profesi guru yang mendukung pengembangan metakognisi mereka. Hasil penelitian Wijayanti 2012 menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran CORE lebih baik dari pada kelas dengan pembelajaran konvensional. Azizah 2012 hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa di kelas yang menggunakan pembelajaran CORE bernuansa konstruktivistivisme pada materi persamaan lingkaran mencapai tuntas belajar dengan nilai rata- rata kelas 73 dan terdapat 87,5 siswa melampaui batas nilai KKM sebesar 70. Self-Regulated Learning SRL Aspek yang diukur dalam SRL meliputi aspek menetapkan tujuan belajar, menumbuhkan motivasi, menggunakan strategi belajar, mengatur dan memonitor belajar, serta mengevaluasi kemajuan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian dan peningkatan SRL siswa yang mendapat pembelajaran CORE lebih tinggi dari siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini sesuai dengan Nindiasari 2013 yang mengatakan bahwa peningkatan kemandirian belajaran siswa yang mendapat pembelajaran metakognitif lebih besar dari siswa yang Connecting Organizing Reflecting Extending Tahapan Pembelajaran CORE Menetapkan tujuan Menumbuhkan motivasi Mengevaluasi Mengatur dan memonitor Aspek Kemandirian Belajar Matematis Menggunakan strategi