Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
363 kondisi seperti ini penulis menyajikan penelitian ini dengan menggunakan pedekatan pembelajaran
berbasis masalah dimana siswa diajak untuk aktif dan belajar untuk berpikir sehingga mereka memiliki potensi untuk meyakini diri mereka sendiri mengerjakan soal matematika. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan strategi belajar yang berfokus pada pemecahan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis dan merumuskan penyelesaian.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini diidentifikasi dan dirumuskan sebagai berikut:
d. Apakah pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang
memperoleh pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran berbasis Masalah lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?
e. Apakah pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa SMP yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran berbasis Masalah lebih baik dari siswa yang memperoleh pembelajaran biasa?
f. Apakah terdapat kaitan antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
komunikasi matematis siswa SMP?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menelaah : f.
Pencapaian kemampuan pemecahan masalah, komunikasi matematis dan kemampuan diri siswa SMP sebelum dan sesudah pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran biasa.
g. Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
h. Pencapaian kemampuan komunikasi matematis siswa SMP yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.
i. Kaitan antara kemampuan pemecahan masalah dengan komunikasi matematis siswa SMP..
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: a.
Bagi guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematis dan
kemampuan diri siswa dalam matematika. b.
Bagi siswa, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, komunikasimatematis siswa dan kemampuan diri siswa dalam matematik.
c. Bagi pembelajaran matematika memberikan kontribusi kepada pembelajaran matematika
serta mampu mengoptimalkan pencapaian kemampuan diri dan kemampuan matematis melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah.
1.4. Definisi Operasional
g. Retensi adalah kemampuan untuk menyimpan dalam ingatan atau memori, konsep yang
dipahami secara baik oleh siswa dari pembelajaran yang diberikan. h.
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Matematis adalah kemampuan yang meliputi: pemecahan masalah, berpikir kritis dan berpikir kreatif matematik.
4 Pemecahan Masalah Matematik adalah kemampuan siswa dalam menerapkan strategi
untuk menyelesaikan berbagai masalah yang sejenis maupun yang baru dan menjelaskan hasil yang diperoleh sesuai dengan permasalahan awal serta menyelesaikannya.
5 Berpikir Kritis Matematik adalah kemampuan yang meliputi: a Menganalisis dan
mengevaluasi argumen dan bukti; b Menyusun klarifikasi dan membuat pertimbangan yang bernilai; c Menyusun penjelasan berdasarkan data yang relevan dan yang tidak
relevan; d Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi. 6
Berpikir Kreatif Matematik adalah kemampuan meliputi: kemahirankelancaran, kelenturan, Keaslian dan Elaborasi.
364
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
i. Pembelajaran Kontekstual adalah proses kegiatan belajar-mengajar yang diawali dengan
menghadapkan siswa pada masalah nyata atau yang disimulasikan dalam suatu ko nteks sosial dan fisik yang menantang siswa, kemudian diangkat ke dalam konsep yang akan
dipelajari. Pembelajaran kontekstual ini berisikan karakterisitik sebagai berikut: berbasis masalah kontekstual terstruktur, berpandangan konstruktivisme
constructivism
, mengajukan pertanyaan
questioning
, menemukan
inquiry
, komunitas belajar
learning community
, menggunakan model
modeling
, melaksanakan refleksi
reflection
dan
authentic assessment
.
2. Kajian Teoritis
2.1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Dalam penelitian ini, pemecahan masalah dinterpretasikan sebagai tujuan. Menurut NCTM dalam Walle,
2008, bahwa ―dalam standar pemecahan soal, semua siswa harus membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan soal.‖ Ini berarti pemecahan soal harus dijadikan sarana bagi
siswa untuk mengembangkan ide-ide matematika dalam Walle, 2008. Salah satu standar proses dari prinsip-prinsip dan standar matematika sekolah yang telah ditetapkan
oleh NCTM dalam Walle, 2008 adalah standar pemecahan soal. Pada standar pemecahan masalah harus memungkinkan siswa untuk 1 membangun pengetahuan matematis baru melalui pemecahan
soal, 2 menyelesaikan soal yang muncul dalam matematika dan dalam bidang lain, 3 menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok untuk memecahkan soal, dan
4 mengamati dan mengembangkan proses pemecahan soal matematis. Berikut adalah indikator dari pemecahan masalah matematis menurut Sumarmo 2012 sekaligus
merupakan indikator yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain. a.
Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur. b.
Membuat model matematika. c.
Menerapkan strategi menyelesaikan masalah dalamdi luar matematika. d.
menginterpretasikan hasil. e.
Menyelesaikan model matematika dan masalah nyata. f.
Menggunakan matematika secara bermakna. Berikut contoh soal kemampuan pemecahan masalah dengan indikator mengidentifikasi unsur yang
diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur; Asti dan Anton bekerja pada sebuah perusahaan sepatu. Asti dapat membuat tiga pasang sepatu setiap jam dan Anton dapat membuat empat pasang
sepatu setiap jam. Jumlah jam bekerja Asti dan Anton 10 jam sehari, dengan banyak sepatu yang dapat dibuat 55 pasang. Jika banyaknya jam bekerja keduanya tidak sama, berapakah lama bekerja
Asti dan Anton? Budi suryatin, 2009. 2.2 Kemampuan Komunikasi Matematis
Dengan pengertian bahwa komunikasi adalah sebuah cara berbagi ide-ide dan memperjelas pemahaman, maka melalui komunikasi ide-ide direfleksikan, diperbaiki, didiskusikan, dan diubah.
Sudrajat 2001 mengatakan ketika seorang siswa memperoleh informasi berupa konsep matematika yang diberikan guru maupun yang diperoleh dari bacaan, maka saat itu terjadi
transformasi informasi matematika dari sumber kepada siswa tersebut. Siswa akan memberikan respon berdasarkan interpretasinya terhadap informasi itu. Masalah yang sering timbul adalah
respon yang diberikan siswa atas informasi yang diterimanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini mungkin terjadi karena karakteristik dari matematika yang sarat dengan istilah
dan simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang sedang dikerjakannya.
Untuk mengurangi terjadinya hal seperti ini, siswa perlu dibiasakan mengkomunikasikan menyampaikan secara lisan kepada orang lain informasi yang diperoleh sesuai dengan
penafsirannya sendiri. Sehingga orang lain dapat menilai dan memberikan tanggapan atas