Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
329
3. Kesimpulan, Saran dan Tindak Lanjut
3.1 Kesimpulan
Pemecahan masalah pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas PTK terhadap siswa kelas IV SDN Malangbong 01 Kecamatan Malangbong Kabupaten garut dalam
bentuk proses berdaur Siklus. Pada pelajaran matematika pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana ternyata
terbukti hasilnya ada peningkatan. Hasil penelitian pada pembelajaran matematika dapat disimpulkan :
a.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal dalam pembelajaran tentang materi jaring- jaring kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga
b. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga berjalan dengan
baik bahkan dapat meningkatkan pemahaman siswa c.
Hasil yang dicapai dalam pembelajaran matematika ini ada peningkatan dari siklus 1 sampai siklus 2
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga sederhana tentang materi jaring-jaring kubus dan balok dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Malangbong 01 Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut.
3.2
Saran dan Tindak Lanjut
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana pada pembelajaran matematika hendaknya lebih ditingkatkan lagi. Dengan menggunakan alat peraga siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Untuk lebih meningkatkan lagi kemampuan siswa pada materi tentang jaring-jaring kubus dan
balok pada pemebelajaran matematika yaitu : a.
Dalam perencanaan pembelajaran pada materi tersebut di atas dengan meggunakan alat peraga sederhana guna memperoleh hasil yang baik, maka rencana pembelajaran dan alat peraga
benar-benar dipersiapkan b.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga harus ses uai dengan teori c.
Untuk lebih meningkatkan lagi guru dan siswa harus bersama-sama aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Burhan mustaqim, Ary Astuty 1998.
Ayo Belajar Matematika untuk SD Kelas IV.
Pusat Perbukuan, Depdiknas
Departemen Pendidikan dan kebudayaan 1993.
Kurikulum Pendidikan Dasar.
Jakarta: Depdikbud Departemen Pendidikan Nasional 2003.
Pelayanan Profesional Kurikulum 2004
:
pembelajaran yang efektif.
Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan Pusat Kurikulum Dediknas. Depdiknas. 2004.
Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kelas IV Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Gatot Muhsetyo 2007.
Pembelajaran Matematika SD
: Universitas Terbuka Karim A, Muchtar, dkk 2007.
Pendidikan Matematika 2
: Jakarta Universitas Terbuka Mastur. Dkk 2007.
Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SDMI Kelas IV.
Semarang Aneka Ilmu Ruseffendi, E.T. 1997.
Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG.
Bandung: Tarsito Suciati, dkk 2004
Belajar dan Pembelajaran 2,
Jakarta: Universitas Terbuka. Sudjana, Nana 2004
Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Al Gresindo
330
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
Suradisastra, D. 1992.
Pendidikan IPS 3.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
Tim FKIP 2007.
Pemantapan Profesional,
Jakarta: Universitas Terbuka Permendiknas no.22 tahun 2006
tentang untuk Pendidikan Dasar dan Menengah
2008 Jakarta Depdiknas
Wardari, I.G.A.K
Et.al
2004.
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Universitas Terbuka
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
331
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK
Wawan Setiawan
SMP YP Mustika Padalarang Kabupaten Bandung Barat w.setiawan1969gmail.com
ABSTRAK
Artikel ini membahas pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir komunikasi dan pemecahan masalah matematik peserta didik melalui pendekatan kontekstual. Uraian pada
artikel ini meliputi 1 komunikasi matematik, pemecahan masalah matematik, dan pendekatan kontekstual, dan 2 bagaimana cara menerapkan pendekatan kontekstual dalam
mengembangkan kemampuan berpikir komunikasi dan pemecahan masalah matematik tersebut.
Kata Kunci: komunikasi matematik, pemecahan masalah matematik, pendekatan kontekstual
1. Pendahuluan
Dalam hidup ini, komunikasi sangatlah penting dan diperlukan oleh semua orang sebagai sarana untuk menyampaikan pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan. Komunikasi berfungsi sebagai
media untuk memberitahu, menyampaikan pendapat, atau prilaku baik langsung maupun tidak langsung. Dalam berkomunikasi kita harus berpikir bagaimana caranya agar pesan yang kita
sampaikan itu dapat diterima dan dipahami si penerima pesan. Dalam pembelajaran matematika standar komunikasi menitik beratkan pada pentingnya dapat
berbicara, menulis, menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Dengan menggunakan bahasa matematis, siswa diharapkan bisa aktif di kelas untuk menyampaikan ide-ide,
gagasan, maupun pendapat. Pada zaman sekarang, matematika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara kita
tahu, bahwa di negara kita pada umumnya pengetahuan siswa tentang matematika sangat rendah. Bahkan paling rendah bila dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan tentang ilmu yang
lainnya. Para siswa menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit bahkan paling sulit. Mereka menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang penuh dengan hitungan dan
membosankan. Mereka banyak yang antipati bahkan cenderung menghindari pelajaran matematika. Mereka malas belajar jika sudah bertemu dengan pelajaran matematika. Hal ini terbukti dengan
rendahnya nilai ujian nasional matematika yang diperoleh siswa di Indonesia. Sebenarnya anggapan-anggapan siswa seperti di atas tadi terhadap matematika terjadi karena salah
komunikasi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Matematika adalah ilmu yang penuh dengan simbol-simbol yang abstrak dan sulit dikomunikasikan. Oleh karena itu, bahasa
komunikasi matematis sangatlah diperlukan di dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa bisa menerima konsep-konsep maupun strategi penyelesaian masalah matematika yang disampaikan
guru di dalam kelas. Pemecahan masalah bisa dilaksanakan bila komunikasi matematiknya sudah lancar. Pemecahan
masalah sangat diperlukan siswa sebagai bekal hidupnya nanti jika sudah terjun ke masyarakat. Hal ini senada dengan pendapat Manalu Juhadi,2013, yang mengatakan bahwa pemecahan masalah
terutama yang bersifat matematika dapat menolong seseorang untuk meningkatkan daya analitis
332
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
dan dapat membantu mereka untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan pada berbagai situasi yang lain. Pendapat ini juga sejalan dengan pendapat Gagne Juhadi, 2013 bahwa
pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi yang dapat membantu dan mengembangkan keterampilan intelektual tingkat tinggi.
Kemampuan pemecahan masalah sangatlah penting dan diperlukan siswa di masyarakat. Tetapi kenyataan sangatlah bertolak belakang dengan yang diharapkan. Di lapangan, kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia masih rendah. Bahkan sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswa PGSD pun mengatakan hal yang sama. Berdasarkan
hasil penelitian Wakiman 1995: 28 terhadap mahasiswa D-II Penyetaraan Tatap Muka FIP IKIP Yogyakarta menunjukkan bahwa pemahaman terhadap soal-soal pemecahan masalah matematika
dalam bentuk cerita masih rendah. Salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, dan pemecahan masalah
matematis, kita bisa melakukan pembelajaran di kelas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah sebuah pembelajaran yang terfokus
dalam melibatkan siswa aktif memperoleh informasi yang dilaksanakan dengan mengenalkan mereka pada lingkungan serta terlibat secara langsung dalam proses pembelajarannya. Jadi dalam
pembelajaran ini guru lebih aktif memberikan strategi pembelajaran daripada informasi pembelajaran.
Uraian di atas sesuai dengan pendapat Ahmadi, dkk 2011, yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan metode belajar yang membantu semua guru mempraktikkan dan
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa dan menuntut siswa membuat hubungan beberapa pengetahuan yang pernah dialami siswa dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual meruapkan konsep belajar yang memudahkan guru mengaitkan materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Komunikasi Matematik
Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahu, pendapat, atau perilaku baik langsung
secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Di dalam berkomunikasi tersebut harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan seseorang itu dapat dipahami oleh
orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, orang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.
Menurut Wahyudin Sobandi, 2013 : 11 komunikasi adalah bagian esensial dari matematika dan pendidikan matematika. Kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang
dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam
kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Sedangkan menurut Asikin Sobandi, 2013 : 11 komunikasi matematika dapat diartikan sebagai
suatu peristiwa saling hubungandialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan dari guru kepada siswa. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika
yang dipelajari di kelas.
Collins, dkk Abadi, 2002:493 mengatakan ―salah satu tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para siswa untuk
mengembangkan keterampilan berkomunikasi melalui
modeling, speaking, writing, talking and