Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
391 dimulai dengan kegiatan awal berupa pengetahuan awal dan pengenalan masalah untuk menarik
perhatian siswa. Kemudian kegiatan memecahkan masalah lalu guru memperhatikan tugas-tugas siswa yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi objektif siswa
3. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan alternatif penyelesaian, maka dapatlah disimpulkan bahwa: 1.
Pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa diharapkan dapat mengeliminir kesalahan-kesalahan siswa dalam pokok bahasan integral.
2. Pembelajaran langsung-tak langsung merupakan sebuah inovasi pembelajaran yang diharapkan
dapat mengeliminir kesalahan-kesalahan siswa khususnya dalam pokok bahasan integral, karena siswa disamping akan menemukan konsep dengan sendirinya juga secara langsung akan
mendapatkan berbagai informasi yang mendukung pada penguatan konsep.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, H. 2011.
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Melalui Pendekatan Pembelajaran Langsung dan Tak Langsung.
Tesis Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UPI: Tidak Diterbitkan
Feldman, DA. 2010.
Berpikir Kritis. Strategi untuk Penga mbilan Keputusan.
Jakarta: Penerbit PT Indeks
Kiat, Kiat Eng. 2003. Analysis of Students’ Difficulties in Solving Integration Problems. The
Mathematics Educator Vol. 9, No.1, 39-5 Nisa, Titin Fardatun. 2010.
Analisis Kesa lahan Siswa Kelas VIII SMP Kemala Bhayangkari Surabaya dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Bangun Ruang.
Surabaya: UNESA.
Noer, SH. 2009.
Peningka tan kema mpua n berpikir kritis matema tis siswa smp melalui pembelaja ra n berbasis masala h
. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Rohaeti, EE. 2008.
Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi untuk Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Disertasi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan Sahriah, dkk. 2010.
Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP Negeri Malang
. Malang: UM Suryadi. 2005.
Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung Serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP.
Disertasi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan
392
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP
Novi Nurwantini
SD Negeri Sosial 2 Cimahi denovieeyahoo.com
ABSTRAK
Kemampuan dalam memecahkan masalah sangat diperlukan dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi
halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas. Siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Aktivitas mental yang dapat dijangkau dalam pemecahan masalah antara lain adalah mengingat,
mengenal, menjelaskan, membedakan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi. Ada beberapa pendekatan yang berpeluang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis salah satunya adalah dengan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses pada hakekatnya adalah memproses transformasi yaitu informasi
pembelajaran. Pendekatan ini sebagai pendekatan yang menekankan pada penumbuhan dan pengembangan sejumlah keterampilan tertentu pada diri siswa agar mampu memproses
informasi sehingga ditemukan hal-hal yang baru yang bermanfaat baik berupa fakta, konsep, maupun pengembangan sikap dan nilai sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam
pemecahan masalah matematis. Rumusan masalah dari makalah ini adalah apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan keterampilan
proses lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan biasa. Berdasarkan latar belakang serta kelebihan dan bahan perbandingan dari keterampilan proses yang diungkapkan
di dapat hipotesis bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan keterampilan proses lebih baik daripada siswa yang menggunakan
pendekatan biasa.
Kata Kunci:
Pendekatan Keterampilan P roses, Kemampuan Pemecahan Masalah, Proses Belajar
1. Pendahuluan
Matematika adalah salah satu pengetahuan tertua dan dianggap sebagai induk atau alat dan bahasa dasar banyak ilmu. Hudoyo Arifin, 2010 mengatakan bahwa hakikat matematika berkenaan
dengan ide - ide, struktur - struktur dan hubungan - hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis, jadi matematika berkenaan dengan konsep - konsep yang abstrak. Banyak permasalahan
yang terjadi ketika siswa belajar matematika, dibutuhkan kemampuan
– kemampuan khusus agar siswa dapat menyelesaikan atau memecahkan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran
maupun dalam soal matematika, salah satunya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. Pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu untuk merespon atau mengatasi
halangan atau kendala ketika suatu jawaban atau metode jawaban belum tampak jelas Siswono Sumarno, 2013. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat
penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk
diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini, aspek - aspek kemampuan matematika seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,
penggeneralisasian, komunikasi matematik dan lain - lain dapat dikembangkan secara lebih baik. Aktivitas mental yang dapat dijangkau dalam pemecahan masalah antara lain adalah mengingat,
mengenal, menjelaskan, membedakan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi
393 Pada kenyataannya di lapangan kegiatan pemecahan masalah belum dijadikan sebagai kegiatan
utama dalam proses pembelajaran matematika. Pemecahan masalah masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam pembelajaran matematika. Berbagai kesulitan yang muncul antara
lain mencari jawaban dipandang sebagai satu
– satunya tujuan yang ingin dicapai, dan kebanyakan siswa lebih fokus pada jawaban, siswa sering kali salah memilih teknik penyelesaian yang sesuai.
Branca Susilawati, 2014 meninterpretasikan pemecahan masalah menjadi 3 bagian, yaitu : a.
Pemecahan masalah sebagai suatu tujuan goal yang menekankan pada aspek mengapa matematika diajarkan, dengan sasaran utama yang ingin dicapai adalah bagaimana cara
menyelesaikan masalah untuk menjawab suatu soal atau pertanyaan. b.
Pemecahan masalah sebagai suatu proses process diartikan sebagai suatu kegiatan yang aktif. Dalam hal ini penekanan utamanya terletak pada metode, strategi, prosedur yang digunakan
oleh siswa dalam menyelesaikan masalah hingga menemukan jawaban. c.
Pemecahan masalah sebagai suatu keterampilan basic skill menyangkut dua hal yaitu keterampilan umum yang harus dimiliki oleh siswa untuk keperluan evaluasi di tingkat lokal
dan keterampilan minimum yang diperlukan siswa agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat.
Kemampuan pemecahan masalah matematis perlu diasah kembali terhadap siswa, karena dengan siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah siswa dapat menggali pengetahuan dan ide
– ide mereka ketika membaca sebuah soal matematika sehigga mereka dapat menemukan proses
penyelesaiannya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Susilawati 2014 : 55 pemecahan masalah dalam matematika dapat menyelesaikan masalah yang cara penyelesaiannya
mempunyai prinsip aturan, rumus, dll tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan atau membuktikan jawaban terhadap masalah tersebut. Bagian masalah untuk
menemukan adalah apa yang dicari, bagaimana data yang diketahui, dan bagaimana syaratnya. Namun pada kenyataannya kemampuan tersebut masih rendah terbukti dari hasil penelitian
TIMSS The Trends in International Mathematics and Science Study tahun 2003 Suryadi, 2005 dengan menekankan pada pengetahuan fakta, prosedur dan konsep, pemecahan masalah,
pemahaman dan aplikasi matematika, serta komunikasi dan penalaran, ternyata Indonesia berada pada posisi ke 34 dari 46 negara dan pada laporan TIMSS tahun 2011 pun Indonesia mengalami
penurunan pada urutan ke 38 dengan skor 386 dari 42 negara Rizki, 2012. Ada beberapa pendekatan yang berpeluang untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis salah satunya adalah dengan pendekatan keterampilan proses. Sagala 2005 : 74 mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses memberikan
kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pembelajaran ini menekankan kepada akivitas dan pemahaman
siswa, guru menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam berbagai pengalaman. Dalam pendekatan keteranpilan proses ini, siswa tidak hanya belajar dari
guru, tetapi juga dari teman
– temannya dan lingkungan sekitarnya. Kelebihan dari pendekatan ini adalah siswa dapat menjadi lebih aktif, kreatif, dan dapat
meningkatkan keterampilan berfikir dalam cara memperoleh pengetahuan, serta mendorong siswa untuk menemukan konsep
– konsep baru. Namun pendekatan pembelajaran tidak semuanya sempurna sama halnya dengan pendekatan keterampilan proses memiliki beberapa kelemahan,
yaitu memerlukan banyak waktu dan memerlukan fasilitas yang cukup baik, namun kelemahan itu dapat dikurangi dengan cara guru sebelumnya melakukan segala persiapan termasuk pengaturan
waktu agar pembelajaran dapat terselsaikan dengan tuntas. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berkeinginan untuk membuat makalah yang berjudul
―Pengaruh Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP‖.